Krisis Energi Hingga Perubahan Nilai Logistik Bakal Dibawa ke Pertemuan G20

Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/YU
MerahPutih.com - Dunia akan menghadapi berbagai tantangan di tahun 2022, seperti perubahan nilai logistik, krisis energi, dan pandemi COVID-19 yang masih berlangsung.
Menteri Perdagangan, Muhammad Lutfi mengatakan perdagangan akan sulit untuk menopang tahun 2022 jika permasalahan penyumbatan logistik di berbagai pelabuhan di dunia tidak diselesaikan.
Baca Juga:
Keuangan Digital Hadirkan Business Solution untuk UMKM dan Korporasi
Sementara untuk krisis energi, kalau harganya masih tinggi seperti saat ini, dikhawatirkan dapat memberikan ancaman dalam ekonomi.
"Ketiga permasalahan ini akan Indonesia bawa ke G20 dan juga sistem perdagangan multilateral," kata M. Lutfi di Jakarta, Kamis (13/1).
Diharapkan, Indonesia dapat mengatasi ketiga permasalahan tersebut dan dapat terus melanjutkan perdagangan. Sehingga perdagangan dapat menjadi mesin pertumbuhan, bukan hanya untuk Indonesia tapi juga untuk seluruh dunia.
"Karena kita tidak dapat melakukannya sendiri," ungkap Mendag.
Baca Juga:
UU Cipta Kerja dan Jokowi Diklaim Manjakan UMKM
Lutfi menyampaikan, 2021 merupakan tahun pemecahan rekor bagi perdagangan Indonesia. Pada periode Januari-November 2021, ekspor Indonesia naik 42,62 persen dibanding periode yang sama 2020.
"Pada periode ini, Indonesia juga mengalami surplus USD 34,32 miliar. Tahun ini, pertumbuhan perdagangan sangat kuat. Jika kondisi ini konsisten, surplus Indonesia pada 2021 berkisar USD 36-37 miliar. Ini jumlah tertinggi, lebih tinggi dari 2021," kata Mendag.
Ekspor non migas terbesar Indonesia berasal dari batubara, diikuti minyak kelapa sawit, serta produk besi dan baja. Khusus untuk besi dan baja, pada periode Januari-November 2021 tercatat sebesar USD 18,62 miliar tumbuh mencapai 92,83 persen dibanding periode yang sama tahun 2020.
Baca Juga:
Periksa Istri Alex Noerdin, KPK Dalami Uang Rp 1,5 Miliar saat OTT Bupati Banyuasin
“Batubara dan CPO tumbuh cukup baik, akan tetapi besi dan baja juga tumbuh sangat bagus sehingga diversifikasi ekspor menjadi lebih baik. Elektronik juga tumbuh cukup baik menempati posisi keempat," paparnya.
Namun, yang terpenting sektor otomotif juga meningkat dan diharapkan tahun ini akan lebih meningkat lagi sehingga menjadi salah satu sektor yang paling penting untuk Indonesia. (Asp)
Bagikan
Asropih
Berita Terkait
Rencana Pembebasan Tarif Bea Masuk Produk AS: Berpotensi Timbulkan Efek Mengerikan

Produk Kecantikan Rambut Indonesia Tembus Pasar Italia, Surplus Dagang Diharapkan Terus Naik

Neraca Perdagangan Mei 2025 Surplus USD 4,30 Miliar

Donald Trump Paksa TSMC Bangun Pabrik di AS, Ancam Kenakan Pajak hingga 100 Persen

Prabowo Minta Kuota Impor Tak Diskriminatif, Anggap Hanya Untungkan Perusahaan Besar

Berdagang Dengan China, Indonesia Selalu Defisit

Surplus Neraca Perdagangan Indonesia Kian Menipis

Surplus Neraca Perdagangan Makin Tipis

Indonesia Alami Defisit Berdagang Dengan China

Dengan Tiga Negara Ini Indonesia Alami Defisit Neraca Perdagangan
