KPAI Dorong Sekolah Perkuat Sistem Deteksi Dini Usai Ledakan di SMAN 72 Jakarta
Gedung SMAN 72. (Foto: MerahPutih.com/Didik)
MerahPutih.com - Insiden ledakan di SMAN 72 Jakarta yang diduga didalangi oleh seorang murid korban perundungan menuai perhatian publik. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) meminta adanya penguatan sistem deteksi dini di sekolah untuk mencegah peristiwa serupa terjadi kembali.
Komisioner KPAI Aris Adi Leksono menekankan pentingnya penerapan Early Warning System (sistem peringatan dini) di lingkungan sekolah guna memantau perubahan perilaku siswa.
“Penguatan sistem peringatan dini di sekolah diperlukan untuk mendeteksi dini perubahan perilaku siswa, termasuk gejala isolasi sosial, ujaran kebencian, atau ketertarikan terhadap konten kekerasan,” ujar Aris kepada wartawan di Jakarta, Rabu (12/11).
Baca juga:
Polisi Ungkap Pelaku Ledakan SMAN 72 Jakarta Bawa 7 Bom Aktif, Ditaruh di Masjid hingga Taman Baca
Aris juga menilai bahwa literasi digital anak perlu diperkuat agar siswa tidak mudah terpapar konten berbahaya di dunia maya.
“Tanpa literasi digital yang kuat, anak dapat dengan mudah terpapar konten yang mengandung kekerasan, kebencian, dan ideologi ekstrem yang dibalut dengan moralitas palsu,” katanya.
Sementara itu, Komisioner KPAI lainnya, Diyah Puspitarini, menduga ada faktor lain di balik kasus ledakan yang terjadi di SMAN 72, Kelapa Gading, Jakarta Utara.
Menurut Diyah, kasus tersebut tidak semata-mata dipicu oleh perundungan (bullying), melainkan merupakan hasil dari berbagai faktor yang saling berkaitan.
“Latar belakang anak itu melakukan (ledakan), mungkin ada dugaan bullying, iya. Tetapi ada faktor lain yang membuat anak ini melakukan hal seperti itu. Jadi ini tidak berdiri sendiri,” jelas Diyah.
Baca juga:
Motif Pelaku Ledakan SMAN 72 Jakarta Terungkap, Polisi Sebut tak Ada Kaitan dengan Terorisme
Diyah menambahkan bahwa KPAI akan berkoordinasi dengan Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) untuk memperkuat pengawasan terhadap media sosial dan permainan daring (game online), yang diduga berpotensi menjadi faktor pemicu perilaku ekstrem di kalangan pelajar.
Ledakan di SMAN 72 Jakarta terjadi pada Jumat (7/11) sekitar pukul 12.15 WIB di lingkungan sekolah yang berada di kompleks Kodamar TNI Angkatan Laut, Kelapa Gading.
Peristiwa itu menyebabkan puluhan korban mengalami luka bakar dan luka akibat serpihan, serta menimbulkan kepanikan di lingkungan sekolah dan masyarakat sekitar. (Knu)
Bagikan
Joseph Kanugrahan
Berita Terkait
Penyandang Disabilitas Wicara Dirundung, DPR Sebut Masih Rendahnya Pemahaman dan Empati
3 Pekan Pasca-Ledakan SMAN 72 Jakut, 4 Siswa Masih Dirawat di RS
Korban Kekerasan Anak Meningkat, Komisi XIII DPR Minta Pendampingan Psikologis Diperkuat
Aturan Antiperundungan di Sekolah Terbit Tahun Depan, Peran Guru dan BK bakal Dimaksimalkan untuk Pencegahan
3 Orang Masih Dirawat Akibat Ledakan di SMAN 72, Terduga Pelaku Dirawat di RS Polri
Gubernur Pramono Pastikan KJP Plus Pelaku Ledakan SMAN 72 Tidak Dicabut
Belajar-Mengajar di SMAN 72 Jakarta Utara sudah Normal, Gubernur DKI Jakarta Pramono Akui belum Semua Siswa Hadir
Polisi Periksa 6 Saksi Kasus Siswa SMPN 19 Tangsel Tewas Dibully, Belum Ada Tersangka
Marak Kasus Bullying, Sekolah Harus Punya Ahli Psikolog
Siswa SMPN di Tangsel Tewas Akibat Perundungan, DPR RI: Sekolah Wajib Memastikan Keamanan Pelajar