Alami Kondisi Langka, Pria ini Tidur 300 Hari dalam Setahun


(Foto: unsplash/adi goldstein)
SEORANG pria 42 tahun di India baru-baru ini menjadi berita utama internasional karena menderita suatu kondisi yang menyebabkan dia tidur 300 hari dalam setahun.
Pria itu bernama Purkharam, seorang warga paruh baya asal desa Bhadwa, Rajasthan, India. Dia diduga menderita HPA axis hyper, sebuah kondisi langka yang menyebabkan dia tidur dalam waktu yang lama. Bahkan bisa berlangsung hingga 25 hari.
Baca Juga:
Pada 23 tahun lalu, Purkharam pertama kali didiagnosis dengan kelainan langka. Dia tidur sekitar 15 jam setiap hari. Namun, gejalanya berangsur-angsur memburuk.

Hingga pada 2015, keluarganya mulai menghitung jadwal tidurnya dalam hitungan hari, bukan jam. Pemilik toko kecil tersebut akan tidur selama lebih dari 7 hingga 8 hari pada satu waktu. Namun, kondisinya kan memburuk. Sekarang dia bisa tidur hingga 25 hari. Dalam 365 hari, dia bisa menghabiskan sekitar 300 hari untuk tidur.
Purkharam memiliki sebuah toko lokal di desa asalnya. Namun, lantaran kondisinya, dia sekarang bisa mengoperasikan hanya selama 5 hari dalam sebulan.
Bahkan, terkadang Purkharam tertidur ketika dia sedang bekerja. Begitu hal tersebut terjadi, dia tidak bisa bangun. Hal yang bisa dilakukan keluarganya ialah membawanya pulang, memberi makan, dan bahkan memandikannya saat dia tidur.
Baca Juga:
Lantaran jadwal tidurnya yang terbilang aneh, pria berusia 42 tahun itu dijuluki Kumbhakaran oleh masyarakat Bhadwa. Julukan itu diambil dari nama adik laki-laki Rahawana dalam kisah Ramayan. Kumbhakaran dikenal tidur selama enam bulan dalam satu waktu.
Kepada Republic World, istri Purkharam, Lichmi Devi, mengatakan dia bangun pada Minggu setelah tidur selama 12 hari berturut-turut. Hal pertama yang dia lakukan ialah membuka tokonya.
Sayangnya, tidak ada yang tahu berapa lama dia bisa mengurus tokonya hingga kembali mengalami hipersomnia.
Saat ini belum ada obat yang diketahui untuk kondisi Purkharam. Pengobatan yang telah dia coba selama bertahun-tahun memiliki efek samping. Seperti sakit kepala parah dan kelelahan. Namun, keluarganya yakin bahwa dia akan pulih dan kembali menjalani kehidupan normal. (Ryn)
Baca Juga:
Tempat Tidur Pintar dengan Teknologi AI, Bikin Si Kecil Lebih Nyenyak
Bagikan
Berita Terkait
Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian

DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong

Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut

Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat

Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular

Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran

Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar

Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional

Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa

Periksakan ke Dokter jika Vertigo Sering Kambuh Disertai Gejala Lain, Bisa Jadi Penanda Stroke
