Kisah Tangan Kanan Diponegoro Bawa Tradisi Lebaran Ketupat ke Celebes


Warga bersama-sama menyiapkan perayaan Lebaran Ketupat. Foto: Antara
MerahPutih.com - Silahturahim dan saling memaafkan merupakan salah satu tradisi Lebaran yang tak pernah dilupakan sejak dahulu kala. Tradisi turun-temurun itu terwujud dalam perayaan Lebaran Ketupat yang dilakukan umat Muslim di Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) setelah perayaan Idul Fitri.
Ketua Forum Ukhuwah Antar Pondok Pesantren (FUAPP) Sulut K H Muyasir Arif menjelaskan Lebaran Ketupat atau Hari Raya Ketupat biasa dilaksanakan setelah hari ketujuh setelah Lebaran.
Yang konon, katanya, asal muasalnya yaitu setelah melaksanakan puasa syawal enam hari, yang mana keutamaannya disabdakan oleh Rasul Muhammad SAW: "Barang siapa yang berpuasa di bulan Ramadhan kemudian diikuti enam hari di bulan syawal maka ia seperti puasa setahun penuh".
Ustad Muyasir juga menjelaskan yang biasa dilakukan masyarakat pada Lebaran Ketupat adalah setiap rumah menyiapkan makanan untuk menerima saudara dan handai taulan yang akan bersilaturrahim ke rumahnya.
Dibawa dari Jawa

Perayaan Lebaran Ketupat banyak dilakukan di kabupaten dan kota yang memiliki mayoritas umat muslim, misalnya Bolaang Mongondow, Minahasa, dan Manado. Di Kabupaten Minahasa, satu perkampungan yang masyarakatnya mayoritas beragama Islam, yakni Kampung Jawa Tondano, leluhur dari masyarakat tersebut memang berasal dari Pulau Jawa.
Tradisi di Tondano ini berawal dari ditangkapnya Kyai Modjo yang merupakan Penasehat Agama sekaligus Panglima perang dari Pangeran Diponegoro pada Perang Jawa (1825-1830).
Pada 1828, Kyia Modjo kemudian dibawa ke Batavia (Jakarta Saat Ini). Selanjutnya tangan kanan Diponegoro dan 63 orang pengikutnya itu diasingkan Belanda sebagai tahanan politik ke Pulau Celebes. Mereka ditempatkan di Kecamatan Tondano Utara, Kabupaten Minahasa, Sulut.
Oleh penduduk setempat dan sekitarnya, daerah ini kemudian dikenal dengan "Kampung Jawa Tondano" yang penduduknya merupakan keturunan dari Kyai Modjo dan 63 orang pengikutnya serta mayoritas beragama Islam.

Toleransi Antar Agama
Ada begitu banyak budaya Jawa yang kemudian disadur ke dalam Islam yang justru bemula dari Kampung Jawa Tondano ini, seperti Lebaran Ketupat yang tak lain sebagai bentuk silahturahim antarsesama pemeluk agama Islam dan penduduk sekitar yang nonmuslim.
Provinsi Sulut memiliki penduduk yang memeluk agama Kristen Protestan, Katolik, Islam, Hindu, Budha, dan Konghuchu. Karena Sulut terkenal dengan daerah toleran, maka setiap kegiatan hari besar agama, semua saling bertemu dan menyapa satu sama lain dan memberikan ucapan selamat.
Tradisi ketupat ini selain dirayakan di Kampung Jawa Tondano juga yang tidak kalah meriah perayaannya yaitu umat Islam di Kecamatan Tuminting, Kecamatan Sindulang, dan Kecamatan Singkil, Kota Manado.

Kegiatan silaturahim tersebut kebanyakan, dirangkaikan dengan berbagai kegiatan, seperti makan bersama, pentas seni dan budaya hingga rekreasi bagi kalangan generasi muda.
" Perayaan lebaran ketupat ini perlu dilestarikan, karena menjadi budaya lokal mempersatukan sesama masyarakat dari berbagai agama dan etnis," kata Hesry K, warga Minahasa yang turut menyaksikan pentas seni itu, dilansir Antara.
Tradisi Hari Raya Ketupat secara filosofi mengandung arti untuk memperkuat tali silahturahim antara sesama, baik keluarga, tetangga, kerabat, masyarakat, maupun sesama manusia yang berbeda agamanya.
Sama halnya ketupat yang terbuat dari janur kuat teranyam dengan rapih, begitu pula yang diharapkan dari kehidupan masyarakat Sulut harus saling berdampingan karena "Torang Samua Basudara" (kita semua bersaudara) dan "Torang Samua Ciptaan Tuhan". (*)
Bagikan
Wisnu Cipto
Berita Terkait
Tradisi Yaa Qowiyyu Klaten, Ribuan Warga Berebut Gunungan Apem

Tradisi Murok Jerami Desa Namang Resmi Diakui Jadi Kekayaan Intelektual Khas Indonesia

Lebaran Sapi, Tradisi Unik Warga Lereng Merapi Boyolali Rayakan Hewan Ternak

Filosofi Tradisi Kutupatan Jejak Peninggalan Sunan Kalijaga

4 Tips Prank April Mop Sukses Mengundang Gelak Tawa

Tradisi Sungkeman sebelum Puasa Ramadan di Indonesia, Simak Beberapa Manfaatnya

Mencari Jelmaan Putri lewat Tradisi Bau Nyale, Budaya Khas Suku Sasak

Merawat Empati Lewat Tradisi Begawe Nyiwak khas NTB

Mengenal Tradisi Belis di NTT, Mahar yang Harus Disiapkan untuk Meminang Perempuan

Gotong Toapekong, Tradisi Cap Gomeh khas Banten
