Kisah 'Mojang Bandung' Jadi Relawan Vaksin Flu Babi, Kini Jajal COVID-19


Proses pendaftaran relawan uji tes Vaksin COVID-19. (MP/Iman Ha)
MerahPutih.com – Sehari-hari Nina Fatimah kerja sebagai perawat di sebuah klinik di Bandung. Perempuan berkerudung ini terpanggil menjadi relawan vaksin COVID-19 tujuannya tak lain agar pandemi ini segera berakhir.
Sebelum menjadi relawan vaksin COVID-19 buatan Sinovac Biotech Ltd, China, Nina pernah menjadi relawan untuk vaksin flu babi (Influenza H1N1) ketika wabah ini pernah menghantui dunia, meski waktu itu skalanya tak sebesar pandemi COVID-19 yang hanya bisa ditandingi pandemi flu Spanyol atau flu 1918.
Baca Juga:
Pengalaman menjadi relawan vaksin bagi Nina bukan sesuatu yang baru walau kali ini emosionalnya lebih tinggi mengingat pandemi COVID-19 terus menginfeksi jutaan orang di dunia, menimbulkan korban jiwa, termasuk di Indonesia.
Nina merupakan relawan angkatan pertama yang mendapat penyuntikan uji klinis vaksin COVID-19 di Bandung, Rabu 12 Agustus lalu, setelah sebelumnya dinyatakan lolos pemeriksaan kesehatan dan tes swab Covid-19. Lengan kiri Nina disuntik vaksin dalam penelitian yang digelar PT Bio Farma bekerja sama dengan Fakultas Kedokteran Unpad.

Saat disuntik, dia hanya merasakan gejala lokal di titik yang disuntik, setelahnya tidak merasakan gejala apa-apa. Tidak ada demam, bengkak, pusing, atau gejala lain yang dimungkinkan terjadi akibat vaksinasi.
Hingga kini, Nina tetap menjalankan aktivitas sehari-hari sebagai perawat di sebuah klinik di kawasan Sukajadi, Bandung. Sebagai perawat, ia sadar betul dengan pekerjaannya yang termasuk garda berisiko di musim pandemi virus corona ini. Tidak sedikit rekan sejawatnya di Indonesia yang terinfeksi virus jenis baru ini.
“Selama beraktivitas di luar rumah tetap harus pakai protokol, ke mana-mana harus tetap bawa hand sanitizer, pakai masker, sering cuci tangan, jaga jarak juga kita masih tetap. Meski sudah dikasih vaksin,” ungkap Nina Fatimah, Jumat (28/8).
Protokol kesehatan untuk mencegah penularan Covid-19 dilaksanakan relawan vaksin karena mereka masih dalam masa pemantauan. Jika vaksinnya efektif, relawan akan terbebas dari Covid karena sudah memiliki sistem kekebalan tubuh untuk melawan virus corona. Sebaliknya, jika vaksin tidak manjur maka relawan beresiko terinfeksi virus SARS CoV 2, penyebab penyakit Covid, jika tidak taat protokol kesehatan.
Baca Juga:
Uang Panjar yang Dikeluarkan Pemerintah Dapatkan Vaksin COVID-19 Nyaris Rp4 Triliun!
Selain itu, dalam penelitian uji klinis ini peneliti menyuntikan vaksin dan placebo (bukan vaksin). Setiap relawan tidak diberi tahu apakah dia mendapat vaksin atau placebo. Hal ini dilakukan sebagai prosedur penelitian ilmiah, salah satunya untuk perbandingan efektivitas vaksin dengan yang tidak divaksin. “Jadi kita belum tahu ke depan seperti apa,” ujar Nina.
Nina mengungkapkan, motivasinya ikut menjadi relawan vaksin hanya satu. “Dari awal motivasinya cuma satu, cuma ingin Covid ini terselesaikan. Mudah-mudahan dengan ada vaksin ini jadi jembatan pandemi ini cepat terselesaikan,” ucap perempuan 32 tahun ini.
Mojang Bandung itu mengaku terpanggil menjadi relawan atas inisiatif sendiri. “Dorongan pribadi, enggak ada yang mendorong-dorong kalau didorong kan jatuh,” ucap perempuan yang sudah berkeluarga itu.
Respons keluarga terhadap inisiatif Nina positif. Nina justru mengajak anggota keluarganya untuk ikut menjadi relawan. Sehingga di dalam keluarganya ada adik dan kakanya yang tercatat menjadi relawan dan mendapat penyuntikan vaksin. “Kebetulan alhamdulillah keluarga saya ikut, adik dan kaka saya juga ikut jadi kita saling support aja. Kompakan,” tutur dia

Nina sendiri yang mengajak adik dan kakaknya untuk menjadi relawan vaksin. Saat itu, panitia uji klinis sedang membuka pendaftaran relawan. Nina membawa kabar itu ke keluarganya. “Kebetulan saya kan kerja di klinik terus saya ajak adik sama kakak saya hayu buat ikutan ini. Lagian kan bukan buat orang lain buat kita sendiri, mereka ya sudah hayuk.”
Di anggota keluarga Nina ada yang punya bayi. Mereka juga punya orang tua yang sudah sepuh. Baik bayi maupun orang tua posisinya rentan di musim pandemi ini. Di antara korban meninggal karena Covid, mayoritas didominasi usia lanjut yang punya penyakit bawaan seperti hipertensi, diabetes, jantung, dan lain-lain. Virus ini berakibat fatal pada golongan rentan tersebut. "Setidaknya dengan kita divaksin, kita dilindungi dan melindungi anak dan keluarga kita,” tegas dia.
Setelah lebih dari sepekan disuntik, Nina mengaku sehat dan tidak merasakan perubahan di tubuhnya. Nafsu makannya biasa, staminanya juga biasa. Adik dan kakak Nina juga tidak merasakan perbedaan apa-apa. Mereka beraktivitas seperti biasa. Pengalaman tersebut tak jauh berbeda dengan saat Nina menjadi relawan vaksin flu babi.
“Sebelumnya sudah jadi relawan untuk vaksin influenza/flu. Tidak ada ada perbedaan vaksin flu dan sekarang. Saat itu antara 2009-2010 waktu musim wabah flu babi kalau ga salah. Antara itu,” kenang Nina seraya berharap wabah corona ini bisa segera hilang seperti wabah flu babi. (Iman Ha/Jawa Barat)
Baca Juga:
Cerita Ketua IDI Jabar Eka Mulyana Jadi Relawan Vaksin COVID-19
Bagikan
Wisnu Cipto
Berita Terkait
KAI Tambah Kapasitas KA Lodaya Relasi Solo - Bandung Mulai 19 September 2025

Ledakan LPG 3 Kg di Bandung: 2 Rumah Hancur, 4 Warga Masuk RS Hasan Sadikin

Macan Tutul Kabur Dari Lembang Park and Zoo ke Gunung Tangkuban Parahu Bahayakan Nyawa Warga

Polisi Bantah Tembak Gas Air Mata ke Unisba, Dalihnya Tertiup Angin Masuk Kampus

Warga Bandung Catat! Ini 6 Titik Evakuasi Jika Terjadi Gempa Dahsyat Sesar lembang

Sindikat di Bandung dan Bogor Jual Beras ‘Oplosan’ Kualitas Medium dengan Harga Premium, Konsumen Rugi Sampai Miliaran Rupiah

Bangunan Liar Tanpa Izin Ganggu Operasional Whoosh, KCIC Lakukan Penertiban

Rayakan 20 Tahun “Berdiri Teman”, Closehead Hadirkan Semangat Baru dengan Pulangnya Aido

Viral Ada Pembagian Bir di Ajang Pocari Sweat Run 2025, Pemkot Panggil Komunitas Pelari

Modus Sindikat Jual Bayi ke Singapura: Dipul di Bandung, Transit Pontianak Urus Dokumen
