Ketua PWI Beri Tiga Catatan di HPN 2017


Ketua PWI Pusat, Margiono. (Twitter Kemenpar_RI)
Peringatan Hari Pers Nasional 2017 hari ini, Kamis, 9 Februari menjadi momentum untuk melakukan evaluasi dan koreksi terhadap perkembangan pers nasional. Ada beberapa hal yang harus menjadi perhatian para pemilik perusahaan pers.
Margiono, Ketua PWI Pusat mengatakan pers yang baik akan mendapat penghargaan, sedang yang kurang baik tentu perlu mendapat koreksi agar ke depan bisa lebih baik lagi.
Margiono menggarisbawahi tiga hal sehubungan dengan perkembangan dunia pers belakangan ini.
Pertama, mengenai dominannya sisi bisnis di perusahaan media ketimbang menjadi sarana advokasi, edukasi, dan pilar keempat demokrasi. Ia menilai sekarang ini media lebih menekankan sisi ekonomi dibandingkan membawa kepentingan publik.
"Ada beberapa hal yang kami catat sebagai masukan dari masyarakat yang melakukan koreksi terhadap pers. Antara lain, terlalu dominannya ekonomi, kehidupan ekonomi, dan bisnis dalam dunia pers kita," katanya di Lapangan Polda Maluku, Jalan Sultan Hasanuddin, Tantui, Ambon, Maluku.
Kedua, lanjut Margiono, masih banyak pers yang melanggar etika dan Undang-undang Pers. Hal ini terkait dengan pemberitaan yang tidak berimbang dan menerima imbalan dari narasumber.
"Ketiga sekarang saya melihat banyak pemilik media juga menjadi ketua umum parpol, meskipun memang tidak larangan atau aturan yang dilanggar dalam UU Pers," imbuhnya.
Lantas Margiono pun menceritakan kalau dirinya tidak mungkin 'berani' kepada Surya Paloh atau Harry Tanoesoedibjo. Sebab, ia memandang Surya dan Harry, keduanya merupakan senior dalam dunia pers.
"Kalah senior, Pak," katanya yang disambut tawa hadirin.
Margiono melanjutkan kisah pertemuannya dengan bos Media Grup itu. Maksud hati ingin berdiskusi, namun belum sempat bicara Surya sudah mendahului.
"No (panggilan untuk Margiono), kamu tahu kan sejak dulu saya tidak pernah main-main dalam urusan pers. Kita inj sama-sama tahu, tujuan saya mendirikan perusahaan media karena punya misi mulia untuk memberi manfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat," katanya menirukan ucapan Surya Paloh.
"Tidak terasa dia sudah bicara setengah jam. Jadi, saya tidak sempat berdiskusi tapi malah mendapat pencerahan. Kemudian saya pamit, lalu Surya bertanya,'loh kok sebentar No?!' sambil mengantar sampai ke pintu keluar sambil merangkul saya," lanjutnya.
Margiono mengaku senang mendapat pencerahan dari tokoh senior di dunia pers tersebut.
"Tapi, saya lebih senang bila dikasih ongkos buat pulang," ujarnya bercanda.
Artikel ini ditulis berdasarkan laporan Bekti Nugroho, wartawan merahputih.com dari lokasi peringatan Hari Pers Nasional 2017, Tantui, Kota Ambon, Maluku.
Bagikan
Berita Terkait
Dewan Pers: Judicial Review Pasal 8 UU Pers Langkah Tepat untuk Perjelas Perlindungan Wartawan

Dewan Pers Mau Berantas Media Pakai Nama Mirip Lembaga Negara

Dewan Pers Hormati Kebijakan Redaksi Detik.com Hapus Opini 'Jenderal di Jabatan Sipil: Di Mana Merit ASN?'

Ketua Dewan Pers Baru Ajak Media Jangan Jadi Budak Trafik Algoritma

Keselamatan Jurnalis Terancam Berbagai Bentuk Kekerasan, LPSK Siapkan Perlindungan

Dewan Pers Perkuat Komitmen Perlindungan Terhadap Jurnalis Dengan LPSK

Komjak Nyatakan Produk Jurnalistik, Senegatif Apa pun tak Bisa Dijadikan Delik Hukum

Ketua Dewan Pers Niniek Rahayu Buka Gelaran Anugerah Pewarta Foto Indonesia (APFI) 2025 di Solo

Dewan Pers Minta Kejagung Alihkan Penahanan Direktur Jak TV

Kejagung Serahkan Bukti Perintangan Penyidikan ke Dewan Pers, Jumlah Dokumen 10 Bundel
