Ketika Cara Mengajar Guru Tergantikan oleh Aplikasi Mengajar
Perkembangan teknologi digital menggeser elemen mengajar. (Foto: Unsplash/Tra Nguyen)
ZAMAN sudah semakin modern. Disrupsi pun mulai melanda hidup masyarakat di seluruh dunia, mulai dari transportasi, teknologi, dan perkembangan lainnya. Dunia pendidikan pun ikut terdisrupsi oleh zaman yang semakin maju. Semua ini tentu ada sisi positif dan negatif.
Agaknya metode face to face mulai terkikis, meskipun tidak terasa. Pendidikan dalam bentuk digital semakin marak dan membawa perubahan besar. Beberapa aplikasi bimbel daring merangkul artis muda dalam promosinya. Sebut saja Iqbal Ramadhan untuk Ruangguru dan Maudy Ayunda untuk Quipper.
Baca Juga:
Jangan Main-Main dengan Guru 'Killer', Ini Cara Menghadapinya
Bisa jadi ini menjadi bagian dari promosi untuk menarik perhatian kaum muda. Ditambah lagi dengan adanya mesin pencarian Google yang menjadi andalan setiap murid. Jika mereka tidak tahu jawaban dari sebuah soal, mereka tinggal mengetik di Google ketimbang bertanya pada guru di kelas.
Bimbel Daring
Bimbel daring menawarkan kegiatan belajar melalui gawai. Penyampaian materinya pun berbeda, yakni lewat video, animasi, maupun infografis yang dapat diakses oleh penggunanya. Keuntungannya adalah materi tersebut dapat diulang berkali-kali. Cara belajar seperti ini memang menyenangkan dan tidak membuat bosan. Beragam soal pun disajikan begitu banyak sehingga pengguna dapat memilih tingkatan soal. Lewat bimbel daring, murid juga bisa konsultasi tanpa adanya batasan waktu. Tidak seperti bimbel tatap muka yang terbatas waktu ketika ingin berkonsultasi.
Hanya saja siswa menjadi tidak dapat berinteraksi dan bertukaran pikiran dengan temannya, karena mereka harus belajar secara mandiri. Lalu perlu adanya kemauan yang kuat untuk belajar. Karena jika niat dan kemauan yang rendah, siswa cenderung meninggalkan aplikasi tersebut.
Baca Juga:
Bimbel tatap muka
Bimbel yang sering disebut sebagai les privat ini, sudah ada sejak dulu dan paling umum dilakukan. Di kota-kota besar, kita bisa menemukan berbagai jasa les privat di mana saja. Sudah menjadi hal yang wajib ketika akan menghadapi berbagai macam ujian di sekolah.
Les privat memudahkan siswa untuk berinteraksi langsung dengan pengajar. Sehingga ketika mereka merasa kesulitan dapat dipecahkan bersama. Les privat biasanya hannya memakan waktu satu sampai tiga jam. Dalam satu kelas, biasanya terdiri dari lima hingga 20 siswa. Para pengajar pun juga mengetahui karakter siswanya sehingga dapat disesuaikan dengan kemampuan siswa. Siswa dapat berinteraksi dan bertukar pikiran dengan siswa lainya.
Yang menjadi kelemahan dari les privat adalah waktu dan niat dari siswa itu sendiri. Terkadang, para siswa merasa malas untuk berangkat ke tempat les. Kemungkinan sering bolos pun terjadi, dan ini akan merugikan orangtua mereka sendiri.
Pertanyaannya, mana yang lebih membantu? Jawabannya adalah tergantung dari siswa itu sendiri. Setiap individu memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Ada yang lebih mengerti jika dijelaskan lewat video atau langsung bertatap muka dengan guru. Namun perlu dicatat, robot belum tentu menggantikan posisi guru. Bagaimana pun juga, kita harus tetap menghargai, berinteraksi, dan mendapat ilmu dari seorang guru. Selamat Hari Guru Nasional! (And)
Baca Juga:
Bagikan
Berita Terkait
Saat Prabowo Bela Pendidik, Ingatkan Orang Tua Tidak Kurang Ajar ke Guru
Lapor ke Presiden Prabowo, Mendikdasmen: Bonus sudah Ditransfer Langsung
Lirik 'Guruku Tersayang' dari Melly Goeslaw untuk para Guru
Lirik Lagu Wajib 'Hymne Guru', Persembahan bagi para Pengajar
Ancol Sediakan Tiket Gratis ke Dufan hingga Sea World untuk Apresiasi Guru, Cek Syaratnya!
PGRI Minta Guru Jadi Kenselor Buat Cegah Perundungan
25 Prompt Kartu Ucapan Hari Guru Nasional 2025, Akurat dan Langsung Jadi!
Legislator PKB Ingatkan Program Guru Wali Jangan Tambah Beban Mengajar
25 Pesan Hari Guru 2025 yang Auto Kocak Tapi Sarat Makna, Cocok untuk Status WhatsApp dan Media Sosial
150 Ribu Guru Bakal Dapat Beasiswa, Diberi Rp 3 Juta Per Semester