Ketersediaan Pangan Tanggung Jawab Siapa?

Zaimul Haq Elfan HabibZaimul Haq Elfan Habib - Sabtu, 24 Agustus 2019
Ketersediaan Pangan Tanggung Jawab Siapa?

Ketua Umum Perempuan Tani HKTI, Dian Novita Susanto. (Istimewa)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

Oleh: Dian Novita Susanto

SEJARAH Indonesia sejak masa kolonial sampai sekarang tidak dapat dipisahkan dari sektor pertanian dan perkebunan, karena sektor-sektor ini memiliki arti yang sangat penting dalam menentukan pembentukan berbagai realitas ekonomi dan sosial masyarakat di berbagai wilayah Indonesia.

Mulai dari sisi geografis, Indonesia terletak pada daerah tropis yang memiliki curah hujan yang tinggi sehingga banyak jenis tumbuhan yang dapat hidup dan tumbuh dengan cepat. Sudah sejak dulu negeri ini dikenal sebagai negara agraris karena sebagian besar penduduknya mempunyai pencaharian di sektor pertanian atau bercocok tanam.

Baca Juga: Gerakan Stabilitasi Harga Pangan Jakarta Resmi Diluncurkan

Dari data BPS tahun 2002, sektor pertanian menyediakan lapangan kerja bagi sekitar 44,3 persen penduduk meskipun hanya menyumbang sekitar 17,3 persen dari total pendapatan domestik bruto. Tahun 2016, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat 31,74 persen angkatan kerja di Indonesia atau 38,29 juta bekerja di sektor pertanian. Jumlah yang lebih banyak jika dibandingkan dengan sektor perdagangan yang hanya sekitar 23,37 persen.

Ketua Umum Perempuan Tani HKTI, Dian Novita Susanto. (Istimewa)
Ketua Umum Perempuan Tani HKTI, Dian Novita Susanto. (Istimewa)

Melihat realitas ini tentu Indonesia diasumsikan sebagai negeri yang mempunyai kecukupan pangan yang berlimpah. Kecukupan pangan selama ini dikonseptualisasikan dan diukur berdasarkan ketersediaan pangan nasional, dimana negara memproduksi pangan lebih daripada konsumsi penduduk, dengan asumsi tersebut tidak lah mungkin penduduk negeri ini akan mengalami kelaparan. Difinisi kelaparan sendiri menurut As Sen (1981: 1) adalah karakteristik dimana orang yang tidak memiliki cukup makan untuk dimakan. Bukan ciri karena tidak dapat mengakses atau memperoleh makanan untuk dimakan.

Lalu apa yang terjadi sebenarnya, apa memang seperti itukah kondisinya? Persoalan pangan adalah persoalan yang kompleks, persoalan pangan tidak hanya soal kecukupan pangan, tidak hanya berhenti pada persoalan cukup atau tidak, persoalan lainnya adalah soal asupan gizi.

Baca Juga: Dampak El Nino Picu Inflasi

Menurut data hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) 2017 di Indonesia mencapai 29,6 persen. Sedangkan WHO menyebut, masalah kesehatan masyarakat dapat dianggap kronis apabila prevalensi stunting lebih dari 20 persen. Dengan demikian masalah stunting di Indonesia tergolong cukup kronis.

Stunting adalah masalah gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu lama. Data dari Nasional Sosial Ekonomi Survey (Susenas) mengindikasi sekitar 52,5 persen dari populasi Indonesia gagal memenuhi ambang batas Internasional yang mana seharusnya rata-rata asupan kalori per kapita adalah sekitar 2000 kalori per hari di 2013 (DKP dan WFP 2015).

Ironis memang, Indonesia yang dikaruniai begitu banyak sumber daya alam yang melimpah, akan tetapi ketidakmampuan memenuhi asupan gizi dengan baik masih cukup tinggi. Sejak lama, sejak pemerintahan Presiden Sukarno, ketersediaan pangan dengan meningkatkan produksi beras dalam negeri berdasarkan kebutuhan persyaratan kebutuhan kalori per kapita menjadi konsen presiden pertama Indonesia ini.

Pangan menjadi pembahasan menarik dan menjadi isu global saat ini. Untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat dunia didorong untuk dapat memproduksi pangan sekitar 50 persen pada tahun 2030 dan akan dibutuhkan dua kali lipat di tahun 2050 untuk memberi makan sekitar 9 miliar penduduk dunia seperti dinyatkan Maye and Kirwan.

Baca Juga: Kapolri Rapat dengan Dua Menteri Bahas Sembako

Bagi Indonesia dalam menyikapi kondisi tersebut sejak tahun 1967 sudah ada badan yang bertugas untuk menstabilkan harga beras lewat harga dasar untuk petani dan harga tertinggi untuk konsumen, Badan Urusan Logistik atau Bulog memainkan peran penting pada era Presiden Soeharto dan mempunyai kekuatan birokrasi yang sangat besar.

Walaupun Bulog pada tahun 2003 bertransformasi dari semi otonom menjadi BUMN, fungsinya tetap memastikan stabilitas harga dan lewat program pengiriman beras pemerintah yang terus dilakukan, agar mempunyai kemampuan untuk mengekploitasi perbedaan harga dalam negeri dan pasar dunia.

Saat ini, sejak pemerintahan Jokowi pada tahun 2017, peran Bulog dihidupkan kembali untuk memastikan akses Bulog untuk mendapatkan ketersediaan beras (Tempo 2017). Kebijakan impor menjadi sangat ketat dan diserahkan kepada Bulog dalam hal ini.

Akan tetapi ketika kebijakan ini dibuat, pemerintah tidak menyiapkan segala sesuatunya dengan baik, mulai dari teknologi dan juga sumber daya yang tergolong masih jauh di bawah rata-rata. Kondisi ini bisa dilihat perbedaan yang amat jauh antara beras impor dan beras lokal, bahkan beras medium di luar negeri dijual sebagai harga premium di Indonesia.

Pertanyaannya adalah, bagaimana dengan rakyat miskin yang selama ini tidak bisa mengakses pangan dengan baik. Dengan harga yang melambung tentunya menjadikan warga Indonesia semakin susah untuk mengakses pangan yang memenuhi gizi kalori. Ini menjadi pekerjaan rumah kita bersama dalam menyediakan pangan untuk bangsa.

Apresiasi kepada pemerintah juga perlu diberikan yang sudah meneruskan program kebijakan 500,000 hektar untuk ketahanan pangan di Kalimatan tahun 2015, Selain program MIFEE (Marauke Integrated Food and Energy Estate) untuk mengatasi krisis pangan sebagai lumbung pangan untuk Indonesia Timur

Ke depan menjadi pertanyaan bersama, apakah Indonesia sudah dapat memenuhi kebutuhan pangan yang tepat untuk penduduknya? Tentu pertanyaan ini menggelitik kita bersama karena seperti yang kita ketahui, kita masih terus dihantui oleh tingginya angka stunting dan kekurangan gizi yang memadai oleh masyarakat Indonesia. (*)

#Stok Pangan #Data Pangan
Bagikan
Ditulis Oleh

Zaimul Haq Elfan Habib

Low Profile

Berita Terkait

Indonesia
Wagub Rano Tegaskan Pasokan dan Stok Pangan Aman hingga Januari 2026, Harga Juga Relatif Stabil
"Kami mengajak masyarakat tetap tenang karena stok pangan Jakarta tercukupi," kata Rano
Frengky Aruan - Senin, 22 Desember 2025
Wagub Rano Tegaskan Pasokan dan Stok Pangan Aman hingga Januari 2026, Harga Juga Relatif Stabil
Indonesia
Wagub Rano Karno Jamin Ketersediaan Pangan Jakarta Aman, Subsidi Ayam Segera Meluncur
Guna meredam gejolak harga tersebut, pemerintah akan segera mengambil langkah taktis
Angga Yudha Pratama - Senin, 22 Desember 2025
Wagub Rano Karno Jamin Ketersediaan Pangan Jakarta Aman, Subsidi Ayam Segera Meluncur
Indonesia
Pemprov DKI Pastikan Stok Pangan Aman Jelang Nataru hingga Januari 2026
Pemprov DKI memastikan stok pangan aman hingga Januari 2026. Jakarta juga menyiapkan pangan subsidi, Gerakan Pangan Murah, dan pemantauan harga.
Ananda Dimas Prasetya - Jumat, 12 Desember 2025
Pemprov DKI Pastikan Stok Pangan Aman Jelang Nataru hingga Januari 2026
Indonesia
Harga Pangan 12 Desember: Cabai Rawit Tembus Rp 80 Ribu Per Kg, Telur dan Bawang Ikut Meroket
Komoditas gula dan minyak goreng pun mengalami peningkatan harga
Angga Yudha Pratama - Jumat, 12 Desember 2025
Harga Pangan 12 Desember: Cabai Rawit Tembus Rp 80 Ribu Per Kg, Telur dan Bawang Ikut Meroket
Indonesia
Pemprov DKI Kirim 15 Ton Pangan untuk Stabilkan Harga di Kepulauan Seribu
Gubernur DKI Jakarta mengirim 15 ton pangan ke Kepulauan Seribu untuk menjaga stabilitas harga dan memastikan ketersediaan stok jelang Natal dan Tahun Baru.
Ananda Dimas Prasetya - Kamis, 11 Desember 2025
Pemprov DKI Kirim 15 Ton Pangan untuk Stabilkan Harga di Kepulauan Seribu
Indonesia
Harga Pangan Strategis Terbaru 11 Desember: Cabai Rawit, Bawang Merah Hingga Beras Meroket
PIHPS juga mencatat kenaikan signifikan pada jenis cabai lainnya
Angga Yudha Pratama - Kamis, 11 Desember 2025
Harga Pangan Strategis Terbaru 11 Desember: Cabai Rawit, Bawang Merah Hingga Beras Meroket
Indonesia
Harga Pangan Merangkak Naik, Ini Alasan Kemendag
Untuk cabai merah dan cabai rawit, Budi menegaskan asosiasi produsen menyampaikan tidak ada masalah dari sisi produksi, namun cuaca yang kurang baik membuat aktivitas panen menjadi terkendala.
Alwan Ridha Ramdani - Senin, 08 Desember 2025
Harga Pangan Merangkak Naik, Ini Alasan Kemendag
Indonesia
Harga Bapok Terbaru 7 Desember 2025: Cabai Rawit Melambung Sendiri, Mayoritas Pangan Malah Kompak Turun Drastis
Penurunan harga juga terjadi pada kelompok daging dan telur
Angga Yudha Pratama - Minggu, 07 Desember 2025
Harga Bapok Terbaru 7 Desember 2025: Cabai Rawit Melambung Sendiri, Mayoritas Pangan Malah Kompak Turun Drastis
Indonesia
Hadapi Gangguan Cuaca Kemenkeu Yakinkan Harga Pangan Terkendali Saat Nataru
Pemerintah juga akan terus memastikan ketersediaan pasokan bahan pangan masyarakat menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Natal dan Tahun Baru
Alwan Ridha Ramdani - Selasa, 02 Desember 2025
Hadapi Gangguan Cuaca Kemenkeu Yakinkan Harga Pangan Terkendali Saat Nataru
Indonesia
Stabilitas Harga Pangan Jelang Nataru 2025/2026, Mendag Waspadai Faktor Cuaca
Biasanya kan Nataru yang perlu diantisipasi adalah cabai
Angga Yudha Pratama - Jumat, 21 November 2025
Stabilitas Harga Pangan Jelang Nataru 2025/2026, Mendag Waspadai Faktor Cuaca
Bagikan