Kesehatan Mental pada Pria yang Sangat Terselubung
Pria cenderung bingung menyelesaikan masalah kesehatan mental. (Foto: Pexels/Daniel Reche)
PADA pria tegar, gahar, berani atau kuat merupakan stereotipe yang harus mereka bawa. Terlihat lemah bukanlah pilihan. Ketika mental mereka terserang, pria gengsi untuk menunjukan diri bahwa mereka butuh bantuan.
Alih-alih tegar mereka malahan kian terpuruk. Kenyataannya pergulatan masalah mental yang dialami pria memang berbeda dengan yang ada pada perempuan. Pria cenderung tidak mencari bantuan dalam masalah mentalnya. Berbeda dengan perempuan yang mudah menumpahkan masalahnya pada teman dekatnya.
Baca Juga:
Gender
Baik perempuan maupun pria sama-sama merasakan pergulatan hebat pada masalah kesehatan mental. Menurut Heidi McKenzie, psikolog, seperti yang dilansir dari askmen, jumlah pria yang melakukan bunuh diri lebih besar empat kali lipada daripada perempuan. Begitu juga dengan depresi yang ternyata pria mengalaminya dua kali lebih berat ketimbang perempuan.
Pria mengalami pergulatan kesehatan mental memang berbeda dibandingkan perempuan. Meskipun demikian tetap saja kedua gender ini memiliki masalah pada kesehatan mentalnya. McKenzie menegaskan bahwa pria memang lebih banyak menderita karena mereka diam saja.
Terapis relasi, Jor-El Caraballo, menyebutkan bahwa pria jarang menemui dokter atau psikolog untuk masalahnya. Ini karena sisi kelelakiannya melarang untuk mencari bantuan dan orang yang dianggap lebih mengerti dan kuat daripada mereka. Ini yang kemudian membuat pria terpuruk.
Kuat
Umumnya pria ingin dianggap sebagai mahluk yang tegar menghadapi segala permasalahan. Ini yang kemudian menjadi batu sandungan mereka mencari bantuan profesional. Di sisi lain perempuan cenderung saling menguatkan satu sama lainnya. Kemudian mereka tak sungkan membagi perasaan gundahnya pada teman-teman dekatnya. Perempuan juga dengan ringannya meminta bantuan pada teman lainnya.
Sayangnya hal itu tak ditemukan pada pria. Pergaulan mereka yang dikedepankan adalah ketegaran, kuat, disiplin dan garang. Mereka merasa tidak tepat pergi ke psikolog atau psikiater untuk mencari bantuan. Bila datang ke tempat itu, maka mereka merasa dirinya sudah kalah atau gagal. McKenzie mengatakan bahwa kebanyakan kliennya seperti dan mereka menganggap permasalahannya harus dia selesaikan sendiri.
Caraballo menekankan bahwa bantuan dari profesional harus disadari sebagai bagian dari pemulihan kesehatan mental mereka. Sebab para profesional ini mengerti dan memahami yang harusnya dilakukan oleh pria yang kesehatan mentalnya guncang.
Baca Juga:
Pemahaman
Sudah saarnya pria tak sungkan mendatangi psikolog untuk memperbaiki kesehatan mentalnya. Anggapan pria harus kuat, tidak boleh menangis atau tegar layaknya harus dipertimbangkan lebih matang. Gangguan kesehatan mental dapat diobati dengan berbicara pada profesional yang tepat. Para profesional hadir bukan untuk menghakimi tapi untuk memberikan pemahaman, mendukung dan memberikan pengobatan pada gangguan kesehatan mental itu. (psr)
Baca Juga:
Krisis Kesehatan Mental Selama Pandemi, Michelle Obama Mengaku Juga Mengalaminya
Bagikan
Berita Terkait
Pengecekan Kesehatan Cepat kini Tersedia di Stasiun MRT Jakarta Dukuh Atas
Bisa Ditiru nih Ladies, Cara Davina Karamoy Hindari Anemia tanpa Ribet
Self-Care Menjadi Ruang Ekspresi dan Refleksi bagi Perempuan, Penting untuk Jaga Kesehatan Mental
The Everyday Escape, 15 Menit Bergerak untuk Tingkatkan Suasana Hati
DPR Kritik BPJS Kesehatan Nonaktifkan 50.000 Warga Pamekasan, Tegaskan Hak Kesehatan tak Boleh Disandera
[HOAKS atau FAKTA]: Terlalu Sering Makan Mi Instan Bisa Bikin Usus Tersumbat
Smart Posyandu Difokuskan untuk Kesehatan Jiwa Ibu setelah Melahirkan
Pemerintah Bakal Hapus Tunggakan BPJS Kesehatan Warga
Waspadai Tanda-Tanda Mata Minus pada Anak
Strategi Sehat Kontrol Kolesterol, Kunci Sederhana Hidup Berkualitas