Kenali Stunting dan Penyebabnya


Pahami stunting serta penyebabnya.(foto: pexels-guduru-ajay-bhargav)
MERAHPUTIH.COM - DATA survei status gizi nasional (SSGI) pada 2022 menyebut prevalensi stunting di Indonesia di angka 21,6 persen. Angka itu sebetulnya lebih rendah jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yakni 24,4 persen. Meskipun begitu, angkanya belum ideal. Pasalnya, pemerintah menetapkan target prevalensi stunting di 2024 sesuai dengan standar WHO yakni di bawah 20 persen.
Sayangnya, masih banyak yang awam dengan isu stunting ini. Seperti diungkap Buletin Stunting yang dikeluarkan Kementerian Kesehatan RI, stunting adalah kondisi ketika anak mengalami gangguan pertumbuhan sehingga menyebabkan tubuhnya lebih pendek ketimbang anak-anak seusianya. Meski begitu, anak pendek belum tentu stunting, sedangkan anak stunting pasti terlihat pendek.
Baca juga:
Anak masuk kategori stunting ketika panjang atau tinggi badannya menunjukkan angka di bawah -2 standar deviasi (SD). Terlebih lagi, jika kondisi ini dialami anak yang masih di bawah usia 2 tahun, harus ditangani dengan segera dan tepat. Penilaian status gizi dengan standar deviasi tersebut biasanya menggunakan grafik pertumbuhan anak (GPA) dari WHO.
Tubuh pendek pada anak akibat stunting berada di bawah standar normal. Hal itu bisa disebabkan kondisi kurang gizi yang telah berlangsung dalam waktu lama. Kondisi itu terjadi ketika asupan gizi sesuai kebutuhan harian anak kurang sehingga memengaruhi perkembangan tinggi badannya.
Stunting merupakan akibat dari berbagai faktor yang terjadi pada masa lalu, antara lain asupan gizi yang buruk, serangan penyakit infeksi berkali-kali, bayi lahir prematur, serta berat badan lahir rendah (BBLR). Kondisi tidak tercukupinya asupan gizi anak biasanya tidak hanya terjadi setelah ia lahir saja, tapi juga bisa dimulai sejak ia masih di dalam kandungan. Oleh karena itu, mencukupi gizi ibu hamil juga sama pentingnya dengan memenuhi gizi anak di umur awal kehidupannya.(*)
Baca juga:
Deteksi Dini di Puskesmas dan Posyandu Cegah Kematian Ibu dan Anak Stunting
Bagikan
Berita Terkait
Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian

DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong

Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut

Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat

Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular

Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran

Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar

Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional

Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa

Periksakan ke Dokter jika Vertigo Sering Kambuh Disertai Gejala Lain, Bisa Jadi Penanda Stroke
