Kembalinya Kekuasaan Taliban di Afghanistan Setelah 20 Tahun


Taliban kuasai Istana Kepresidenan. (Foto: Al-Jazeera)
MerahPutih.com - Setelah 20 tahun didepak dari kekuasaan di Afghanistan oleh Amerika Serikat dan sekutunya, dengan alasan menyembunyikan pelaku Serang 11 September 2001, Osamah Bin Laden, Taliban kembali menguasai Afghanistan.
Pengusaan Taliban di berbagai provinsi dan Ibu Kota Afghanistan berlangsung sangat cepat, setelah Amerika Serikat, mulai menarik mundur pasukan. Hanya dalam dua pekan, hampir seluruh provinsi langsung diambil alih Taliban.
Tentara pemerintah Ashraf Ghani, tidak bisa membendung serangan dan pengepungan Kabul, yang akhirnya pada Hari Minggu (15/8), Taliban mengusai ibu kota dan Istana Kepresidenan usai Presiden Ashraf dikabarkan melarikan diri ke luar negeri.
Baca Juga:
Taliban Segera Kuasai Afghanistan, Presiden Ashraf Pergi Ke Tajikistan
Kepala Lembaga Perdamaian Afghanistan Abdullah Abdullah, bahkan tidak lagi menganggap Ghani sebagai presiden Afghanistan. Dalam pesan melalui video, Minggu, Abdullah menggambarkan Ghani sebagai mantan presiden.
Beberapa jam setelah kelompok Taliban memasuki Kabul, Abdullah mengeluarkan pernyataan yang menyalahkan Ghani atas situasi yang berlangsung saat ini di Afghanistan.
Perundingan damai Taliban dan Pemerintah terus dilakukan beberapa waktu lalu di Doha, Qatar. Namun, sampai Taliban mengusai Afganistan tidak ada kesepakatan.
Setelah Taliban mengusai seluruh wilayah termasuk Kandahar dan Ibu Kota, Minggu (15/8), pimpinan Taliban Mullah Abdul Ghani Baradar yang menjadi wajah organisasi ini serta mengepalai kantor politik mengukuhkan diri sebagai Presiden Afghanistan.
Taliban, selama ini selain miliki Mullah Abdul Ghani juga memiliki Pemimpin spiritual Taliban Haibatullah Akhundzada. Namun, pemimpin spritual ini jarang terlihat publik.
Dilansir berbagai media seperti BBC, VOA, Al-Jazeera, pejabat tinggi di komisi militer Taliban tiba di Istana Kepresidenan di Kabul, sementara para gerilyawan Taliban mengambil posisi di sejumlah lokasi penting di kota itu.
Juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid, menegaskan, para gerilyawan diarahkan untuk menjaga pos keamanan dan instalasi lain di Kabul untuk mencegah kekacauan dan penjarahan setelah pasukan Afghanistan meninggalkan lokasi itu.
Taliban mendesak warga untuk tetap tenang, dan mengatakan langkah-langkah itu justru untuk menjamin keamanan masyarakat. Dilaporkan, tidak ada pertempuran di Ibu Kota Kabul antara tentara pemerintah dan gerilyawan Taliban.
Menteri Pertahanan Bismillah Mohammadi mengungkapkan kekesalah pada Presiden Ashraf yang kabur ke luar negeri saat situasi pengepunan. Dalam cuitannya,ia mengatakan mereka "mengikat tangan kami di belakang dan menjual tanah air kami, orang-orang kaya dan kelompoknya.”

Sumber VOA menegaskan, berdasarkan kesepakatan delegasi para pemimpin Afghanistan, termasuk Abdullah Abdullah akan melakukan perjalanan ke Qatar untuk peralihan kekuasaan secara damai pada Taliban dan memutuskan tidak akan melibatkan Ashraf Ghani dalam peralihan kekuasaan apapun.
Presiden Amerika Joe Biden mengingatkan pengambilalihan wilayah termasuk Ibu Kota, dengan ancaman jika Taliban membahayan personil Amerika atau misi dalam evakuasi para staf dari Kabul, akan ditanggapi dengan respon militer yang cepat dan kuat.
Amerika telah mengirim 1.000 tentara, disamping 3.000 tentara yang telah dikirim pekan lalu untuk membantu evakuasi staf Kedutaan Besar Amerika di Kabul. Biden telah menetapkan 31 Agustus sebagai batas akhir resmi dari misi militer AS di Afghanistan dalam upayanya melepaskan AS dari konflik yang dimulai setelah Al-Qaida menyerang AS pada 11 September 2011.
Baca Juga:
JK Buka Opsi Dialog Pemerintah Afganistan dan Taliban di Jakarta
Bagikan
Alwan Ridha Ramdani
Berita Terkait
Hakim Batalkan Kebijkan Pemotongan Dana untuk Harvard oleh Donald Trump, Pemerintah akan Ajukan Banding

Kesehatan Presiden AS Donald Trump Jadi Bola Panas di Media Sosial, Tetap Menyebar meski sudah Dibantah

Respons Pernyataan Trump, Moskow Sebut Rusia, China, dan Korut Tidak Berkomplot Melawan Amerika Serikat

Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat

[HOAKS atau FAKTA]: Perdana Menteri Malaysia Tantang Indonesia Perang di Laut Ambalat
![[HOAKS atau FAKTA]: Perdana Menteri Malaysia Tantang Indonesia Perang di Laut Ambalat](https://img.merahputih.com/media/57/be/b4/57beb4f39c46834d56d0e5242ebe5b5d_182x135.png)
Sidang Majelis Umum PBB Diusulkan Pindah ke Jenewa Setelah AS Bakal Tolak Visa Bagi Palestina

Indonesia Sudah Terjunkan Bantuan 91,4 Ton Agar Warga Gaza Bisa Makan

1,3 Juta Warga Gaza Bakal Dipaksa Berpindah ke Selatan, Perburuk Penderitaan

Dubes RI Harus Tarik Investor ‘Kelas Kakap’ hingga Perluas Akses Pasar di Amerika Serikat, DPR: Intinya Harus Menguntungkan Indonesia

Israel Bakal Duduki Gaza, PBB Ingatkan Kematian dan Kehancuran Besar Bakal Terjadi kal Terjadi
