Kemasyhuran Tingwe Made In Negeri Aing Tiada Tanding


Tembakau telah menjadi budaya masyarakat Indonesia. (Foto Instagram_setrombako)
AMBIL selembar papir (kertas rokok). Rentangkan lalu buat semcam cekungan di tangan kiri. Tangan kanan menjumput bako (tembakau) lalu masukan di papir. Telunjuk menahan kertas sembari kedua ibu jari melinting perlahan hingga membuat gulungan kecil.
Sisakan bagian ujung papir untuk dilumatkan air liur sebagai perekat. Lantas, linting kembali sampai berbentuk sebatang kretek. Demikian para penikmat Tingwe atau Linting Dhewe secara turun-temurun membuat kretek mandiri tanpa filter.
Baca juga:
Di masa pandemi, Tingwe khususnya dengan filter jadi populer di kalangan Generasi Z lantaran lebih ekonomis ketimbang membeli rokok bungkusan.
Fendrix Renaldo semula perokok berat. Saban hari menghabiskan satu bungkus rokok putih. Begitu pandemi, koceknya berkurang, sehingga Fendrix harus berputar otak menghemat anggaran sebat.
Ia lantas bertemu dengan seorang teman penikmat Tingwe. Mula-mula, lelaki berusia 25 tahun editor video Kamibijak tersebut mencoba-coba sebatang Tingwe buatan temannya. "Enak juga," kata Fendrix. Ia mulai bertanya harga seperangkat juga tembakau Tingwe.
View this post on Instagram
Jika dibandingkan, dalam tempo empat hari saat masih merokok putih, Fendrix menghabiskan sekira 72 ribu rupiah karena harga sebungkus 23 ribu, sementara harga seperangkat termasuk tembakau Tingwe hanya 30 ribu rupiah menghasilkan 50 batang. Ia bisa menghemat sekira 22 ribu rupiah. Belum lagi setelah membeli perangkatnya, Fendrix hanya perlu membeli tembakau dan filter.
"Pindah dari rokok putih karena Tingwe pakai filter juga enggak beda jauh kok. Malah lebih enak bisa racik sendiri," tambah Fendrix.
Baca juga:
Jika mendengar kata tembakau, mungkin kabanyakan orang Indonesia akan langsung terbayang dengan rokok. Memang tidak dapat dipungkiri Indonesia terkenal dengan tembakaunya. Indonesia, menurut situs resmi psptm.kemkes.go.id, merupakan negara penghasil tembakau terbesar keenam setelah China, Brasil, India, Amerika Serikat, dan Malawi, dengan jumlah produksi sebesar 136 ribu ton atau sekitar 1,91% dari total produksi tembakau dunia.
Asal kata kretek bermula dari campuran tembakau dan cengkeh dilinting dengan daun atau kertas, kemudian ketika dibakar berbunyi “kretek..kretek..kretek” sehingga disebut dengan Kretek. Kretek sering dinikmati dengan cara dilinting, dibakar, dan dihisap.
View this post on Instagram
Seiring berjalannya waktu bermunculan banyak pabrik memproduksi kretek dengan berbagai macam saus tambahan untuk menciptakan aroma khas racikan. Perlahan-lahan “Linting Dhewe” (linting sendiri dalam bahasa jawa) atau dikenal dengan istilah Tingwe, mulai ditinggalkan. Hanya pekerja kerah biru atau petani di pedesaan masih bertahan dengan Tingwe.
Seperti Oni, selama beberapa bulan ini memilih untuk “melinting dhewe” tembakaunya. Salah satu faktor membuatnya beralih dari rokok kemasan ke Tingwe karena perbedaan harga.

Oni biasanya menghabiskan sekitar 15 ribu-Rp30 ribu rupiah untuk satu bungkus. Namun, semenjak Tingwe, Oni hanya perlu mengeluarkan nominal senilai anggaran harian rokok kemasan untuk membeli tembakau beserta bahan pendukung lainnya, seperti busa filter, dan kertas papir dengan jumlah yang cukup untuk empat sampai lima hari.
Selain itu, Oni mengatakan tembakau lokal memiliki berbagai macam varian rasa atau aroma hingga membuatnya dapat menikmati berbagai macam sensasi aroma tembakau. Ia juga mengatakan dapat menemukan kepuasannya sendiri saat Tingwe.
“Dengan menemukan racikan sendiri, dengan memadukan berbagaimacam rasa, serta berhasil membuat lintingan tembakau yang rapih, bisa menambah kepuasan gua sendiri,” ujarnya. (kna)
Baca juga:
Balada Fans K-Pop Tergila-Gila Sendal Jepit Swallow Made In Negeri Aing
Bagikan
Berita Terkait
Bisa Ditiru nih Ladies, Cara Davina Karamoy Hindari Anemia tanpa Ribet

The Everyday Escape, 15 Menit Bergerak untuk Tingkatkan Suasana Hati

DPR Kritik BPJS Kesehatan Nonaktifkan 50.000 Warga Pamekasan, Tegaskan Hak Kesehatan tak Boleh Disandera

[HOAKS atau FAKTA]: Terlalu Sering Makan Mi Instan Bisa Bikin Usus Tersumbat
![[HOAKS atau FAKTA]: Terlalu Sering Makan Mi Instan Bisa Bikin Usus Tersumbat](https://img.merahputih.com/media/dd/9e/b5/dd9eb5a1bf5cdc532052d7f541d290b4_182x135.png)
Smart Posyandu Difokuskan untuk Kesehatan Jiwa Ibu setelah Melahirkan

Pemerintah Bakal Hapus Tunggakan BPJS Kesehatan Warga

Waspadai Tanda-Tanda Mata Minus pada Anak

Strategi Sehat Kontrol Kolesterol, Kunci Sederhana Hidup Berkualitas

Peredaran Rokok Ilegal Dinilai Mengganggu, Rugikan Negara hingga Merusak Kesehatan

Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak
