Kesehatan Mental

Kegiatan Luar Ruangan Bikin Lebih Bahagia

Dwi AstariniDwi Astarini - Jumat, 09 Juli 2021
Kegiatan Luar Ruangan Bikin Lebih Bahagia

Kegiatan luar ruang menyehatkan mental.(Sumber: Pexels/cottonbro)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

DI masa pandemi, orang-orang begitu mendambakan rekreasi luar ruang. Aktivitas di luar ruangan seolah menjadi senjata untuk mencoba menemukan kembali kewarasan di masa yang penuh gejolak ini.

Sejumlah literatur penelitian juga mendukung efek menguntungkan dari ruang hijau pada kesehatan psikologis. Sebuah studi pada kaum muda di era COVID-19 baru-baru ini menemukan bahwa mereka yang lebih sering beraktivitas di luar ruangan melaporkan kesejahteraan yang lebih baik. Paparan ruang hijau juga dikaitkan dengan penurunan penanda fisiologis stres seperti detak jantung, tekanan darah, dan kortisol saliva.

BACA JUGA:

Kamu Baik-baik Saja, Tak Perlu Panic Buying

Sejumlah studi menunjukkan aktivitas di luar ruangan dapat mendorong pemulihan dari berbagai gangguan kejiwaan, termasuk gangguan defisit perhatian/hiperaktivitas, gangguan penggunaan zat/kecanduan, depresi, kecemasan, gangguan stres pasca trauma, dan insomnia.


Sebuah penelitian yang menarik telah menunjukkan bagaimana hal itu mungkin terjadi pada tingkat neurokimia. Menurut informasi yang dilansir Psychology Today, orang dengan gangguan metamfetamin yang diacak untuk program latihan intensitas tinggi mengalami lebih banyak normalisasi fungsi dopamin mereka di bagian otak mereka yang terlibat dalam mengendalikan impuls.

Menurut psikolog, Claire Wilcox, waktu di luar ruangan sebenarnya dapat meningkatkan kapasitas mental kita, yang akan membantu kita membuat keputusan yang lebih bijaksana dan mengubah kebiasaan buruk. Sebuah studi pendahuluan menunjukkan bahwa pengurangan impulsivitas dihasilkan dari paparan gambar di luar ruangan, dan semakin banyak pekerjaan menunjukkan bahwa waktu ruang hijau dapat meningkatkan kognisi pada Alzheimer.

Selain itu, aktivitas di luar ruangan seperti panjat tebing, olahraga tim, dan bahkan backpacking atau hiking—sering kali mengharuskan kita untuk bekerja dengan, dan mengandalkan, orang lain, terutama ketika tantangan muncul, kita membangun keterampilan hubungan yang penting di luar ruangan.

Dalam pengaturan terapi hutan belantara khususnya, pembangunan komunitas menjadi komponen kunci. Orang-orang melaporkan kemampuan untuk merasakan empati dan mempercayai orang lain tumbuh selama perawatan mereka dan efek itu bertahan lama setelah mereka kembali ke rumah. Sejalan dengan temuan itu, mengatasi hambatan fisik dan psikologis yang dihadapi di lingkungan luar bisa meningkatkan efikasi diri, meningkatkan ketahanan mental, dan, dapat meningkatkan citra tubuh juga. Semua itu dapat berkontribusi untuk pemulihan lebih cepat dari berbagai gangguan.

Alam memberi kita karunia yang sangat dibutuhkan dari teknologi yang berlebihan, kebisingan dan kekacauan perkotaan, serta lingkungan kerja dan rumah yang penuh tekanan. Ini memberi kita perspektif.(Avia)

#Kesehatan Mental
Bagikan
Ditulis Oleh

Iftinavia Pradinantia

I am the master of my fate and the captain of my soul

Berita Terkait

Fun
Self-Care Menjadi Ruang Ekspresi dan Refleksi bagi Perempuan, Penting untuk Jaga Kesehatan Mental
Merawat diri tidak lagi sekadar urusan penampilan fisik, tetapi juga menjadi sarana penting untuk menjaga kesehatan mental dan keseimbangan emosional.
Dwi Astarini - Senin, 13 Oktober 2025
Self-Care Menjadi Ruang Ekspresi dan Refleksi bagi Perempuan, Penting untuk Jaga Kesehatan Mental
Lifestyle
The Everyday Escape, 15 Menit Bergerak untuk Tingkatkan Suasana Hati
Hanya dengan 15 menit 9 detik gerakan sederhana setiap hari, partisipan mengalami peningkatan suasana hati 21 persen lebih tinggi jika dibandingkan ikut wellness retreat.
Dwi Astarini - Senin, 13 Oktober 2025
The Everyday Escape, 15 Menit Bergerak untuk Tingkatkan Suasana Hati
Indonesia
Smart Posyandu Difokuskan untuk Kesehatan Jiwa Ibu setelah Melahirkan
Posyandu Ramah Kesehatan Jiwa diperkuat untuk mewujudkan generasi yang sehat fisik dan mental.
Dwi Astarini - Senin, 06 Oktober 2025
Smart Posyandu Difokuskan untuk Kesehatan Jiwa Ibu setelah Melahirkan
Lifestyle
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Stres dapat bermanifestasi pada gangguan di permukaan kulit.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Fun
Menyembuhkan Luka Batin lewat Kuas dan Warna: Pelarian Artscape Hadirkan Ruang Aman untuk Gen Z Hadapi Stres
Pelarian Artscape hadir sebagai pelampiasan yang sehat dan penuh makna.
Ananda Dimas Prasetya - Senin, 04 Agustus 2025
Menyembuhkan Luka Batin lewat Kuas dan Warna: Pelarian Artscape Hadirkan Ruang Aman untuk Gen Z Hadapi Stres
Indonesia
Mengenal Burnout yang Diduga Pemicu Diplomat Arya Daru Pangayunan Mengakhiri Hidupnya, ini Cara Mengatasinya
Kelelahan mental merupakan sindrom yang dihasilkan dari stres terkait dengan pekerjaan kronis.
Dwi Astarini - Rabu, 30 Juli 2025
Mengenal Burnout yang Diduga Pemicu Diplomat Arya Daru Pangayunan Mengakhiri Hidupnya, ini Cara Mengatasinya
Lifestyle
Bukan Sekadar Mood Swing Biasa! Ini Beda Bipolar dan Depresi yang Wajib Diketahui
Gangguan perasaan bisa berupa emosi yang tumpul atau suasana hati yang kacau
Angga Yudha Pratama - Sabtu, 26 Juli 2025
Bukan Sekadar Mood Swing Biasa! Ini Beda Bipolar dan Depresi yang Wajib Diketahui
Indonesia
Dinkes DKI Jakarta Ungkap 15 Persen ASN Terindikasi Memiliki Masalah Kesehatan Mental
Hasil ini menjadi sinyal penting perlunya konsultasi lebih lanjut dengan tenaga profesional.
Ananda Dimas Prasetya - Senin, 21 Juli 2025
Dinkes DKI Jakarta Ungkap 15 Persen ASN Terindikasi Memiliki Masalah Kesehatan Mental
Indonesia
Ingat! Depresi Bukan Aib, Jangan Resistan Terhadap Pengobatan
Depresi yang tidak ditangani dengan baik bisa menyebabkan depresi yang resistan terhadap pengobatan atau treatment resistant depression atau (TRD).
Alwan Ridha Ramdani - Jumat, 11 Juli 2025
Ingat! Depresi Bukan Aib, Jangan Resistan Terhadap Pengobatan
Lifestyle
Mengenali Gangguan Mental Sejak Dini: Ini Perbedaan Bipolar dan Skizofrenia pada Anak dan Remaja
Untuk skizofrenia, faktor risikonya mencakup genetik
Angga Yudha Pratama - Kamis, 15 Mei 2025
Mengenali Gangguan Mental Sejak Dini: Ini Perbedaan Bipolar dan Skizofrenia pada Anak dan Remaja
Bagikan