Kasus Makar dan Klaim Kemenangan Tanpa Data, Pengamat: Indonesia Kini Makin Pelik Saja


Direktur Lingkar Madani (LIMA) Ray Rangkuti dalam sebuah diskusi publik di Jakarta (MP/Gomes R)
MerahPutih.Com - Pengamat politik Ray Rangkuti menilai, Indonesia kini menghadapi suasana politik yang serba pelik. Bangsa ini berhadapan dengan mental pemimpin yang saling bertolak belakang.
Yang dinyatakan menang tapi seolah rasa kalah dan bertingkah serba panik. Sementara yang dinyatakan kalah seolah rasa menang dan juga tak kalah paniknya.
Dari rasa panik yang sama akhirnya muncul saling lapor, saling curiga dan ujungnya suasana politik paska pencoblosan tak jua menuju reda.
"Makin banyak yang ditersangkakan dengan pasal makar, di saat mana banyak orang sebelumnya yang telah diterangkan makar, tak jua kasusnya naik ke pengadilan," kata Ray kepada merahputih.com, di Jakarta, Kamis (9/6).
Ray menganggap pasal makar diobral bukan untuk diselesaikan kasusnya tapi cukup sebagai kerangkeng aktivitas korbannya.

Sementara yang dinyatakan kalah tapi merasa menang, terus menerus menggunakan jalanan sebagai mekanisme solusinya.
"Padahal, kita telah membangun begitu banyak infrastruktur demokrasi untuk menyelesaikan berbagai dugaan kecurangan atau pelanggaran dalam pemilu. Agar politik tak lagi diubah dijalanan, tapi di meja dialog dan peradilan. Mereka menyebut mendapat ribuan pelanggaran, tapi sayangnya tak seberapa yang masuk ke lembaga pengawasan," jelas Ray.
Direktur Lingkar Madani Indonesia ini menambahkan, oleh paslon yang ketinggalan, angka kemenangan diklaim sedemikian rupa, uniknya porsentasi kemenangan yang disebut malah sekarang dibantah sesama teman koalisi.
"Lalu, bangsa ini terus menerus diajak ribut. Tak ada yang berusaha untuk saling menahan diri. Yang dinyatakan menang bahkan membuat benteng dengan aturan dan kewenangan. Yang dinyatakan kalah sibuk menyerang dengan isu curang sembari tak jua mengungkap kebenaran versi mereka dengan transparan. Saya kira, kita harus menyatakan suasana ini sebaiknya diakhiri," sebut Ray.
Saatnya, lanjut Ray, semua arus kembali ditumbuhkan kearifan. Semua kembali ke jalan memperkuat demokrasi. Sama-sama menahan diri hingga perhitungan suara tanggal 22 Mei ditetapkan.
"Yang merasa dicurangi, melangkahlah ke Bawaslu dan sebagainya. Selesaikan di sana. Dan ungkap seluruh kecurangan yang dimaksud. Jika benar adanya, bangsa ini tak akan diam membiarkan kecurangan. Sementara yang merasa menang, gunakanlah kekuasaan untuk mengayomi. Bukan untuk menakut-nakuti," pungkas Ray Rangkuti.(Knu)
Bagikan
Berita Terkait
Pengamat Nilai RUU ASN Hambat Otonomi, Berpotensi Munculkan Konflik Pemerintah Pusat dan Daerah

Ray Rangkuti Sebut Wacana Gubernur Ditunjuk Presiden sebagai Ambisi Menempatkan Orang Dekat

Sama-Sama Mampu Menangkan Pilpres, Ganjar dan Prabowo Sulit Dipasangkan

Airlangga Tegaskan Golkar Saat Ini Sangat Solid Dibanding Pemilu 2019

PAN Beri Sinyal Dukung Prabowo Subianto di Pilpres 2024

Rencana Pertemuan AHY-Puan Angin Segar Bagi Politik Tanah Air

Ditanya Prabowo Jadi Cawapres Ganjar, Jokowi Jawab Nanti Siang Ketemu

Gugatannya Picu Kontroversi, Partai Prima Bantah Minta Pemilu Ditunda

Putusan PN Jakpus Dinilai Bisa jadi Pelajaran bagi KPU untuk Bertindak Adil

Isu Penundaan Pemilu 2024 Hanya Beredar di Lingkungan Istana
