Karapan Ayam dan Pacu Itiak, Balapan yang Unik


Pacu itiak dikenal hingga mancanegara. (Foto: instagram@minangtourism)
INDONESIA memang memiliki banyak keragaman kearifan lokal yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Berbagai permainan rakyat bisa ditemui di mana-mana. Memang sebagian sudah tiudak pernah lagi muncul di tengah masyarakat. Namun sebagian lagi menunjukan eksistensinya sdepanjang zaman. Seperti dua jenis balapan unggas yang kerap mengundang tawa.
1. Lomba balapan ayam yang membutuhkan joki agar ayam tidak melenceng

Pulau Sumbawa, barapan ayam dilakukan di darat. Dua ekor ayam tampil bersama joki yang memegang tongkat sabut untuk menggiring ayam agar berlari lurus hingga garis akhir. Terlihat joki-joki itu berusaha keras agar ayam tidak lari ke arah samping.
Masyarakat penghobi jenis barapan ini, biasanya memiliki ayam yang mendapat perlakuan khusus. Biasanya sebelum bertanding dilakukan ritual khusus, memandikan ayam dengan air beras, dan saat bertanding dipasang beberapa aksesoris.
Pulau Madura punya tradisi permainan unik yang disebut karapan ayam. Sementara di Sumbawa dikenal dengan nama barapan ayam. Di Pulau Madura karapan ayam tak jauh beda dengan karapan sapi.
Di Pulau Madura, tepatnya di Pantai Lombang, Desa Lombang, Sumenep, setiap Hari Minggu bisa melihat Karapan Ayam. Unik, karena pemilik ayam melepas ayam mereka sekitar 100 meter dari bibir pantai. Ayam yang sudah dilatih berlomba terbang menuju daratan. Ayam yang paling cepat mencapai garis finish menjadi pemenang. Dengan suara riuh, sebagian terbang hingga garis akhir, sebagian lagi terpaksa harus berenang menuju tepian.
2. Pacu Itiak berawal dari petani mengusir itik dari sawahnya

Lomba tradisional ini digemari wisatawan nusantara dan mancanegara ini mendapat perhatian pemerintah Kota Payakumbuh dan Kabupaten Lima Puluh Kota. Di dua daerah itu ada gelanggang khusus untuk melakukan pacu itiak. Lomba besar-besaran biasanya diadakan setiap sepanjang bulan Juli, biasanya dua hari dalam sepekan.
Para pemilik itik memiliki jagoan masing-masing yang sudah dilatih terbang. Bahkan ada itik yang bisa terbang hingga 2 km. Jarak lomba pacu itik dibagi dalam beberapa kategori jarak, 8.000 meter, 1.000 meter, 1.200 meter, 1.400 meter, dan 1.600 meter. Saat berlomba, pemilik itik memegang itik dengan kedua tangan tinggi-tinggi, kemudian melepas supaya terbang.
Pacu itiak bisa dijumpai di Kota Payakumbuh dan Kabupaten Limapuluh kota, Sumatra Barat. Kabarnya pacu itiak ini sudah ada sejak 1927, bahkan ada yang mengatakan sudah ada jauh sebelum tahun itu. Pacu itiak bermula dari kebiasaan petani mengusir itik-itik yang kerap memakan hasil pertanian yang belum dipanen. Saat diusir, itik-itik itu terbang dan menjadi hiburan tersendiri. (psr)
Bagikan
Berita Terkait
15 Tahun Batik Wistara Konsisten Berdayakan Disabilitas Lewat Batik Khas Surabaya

Pramono Sebut Jakarta Harus Punya Lembaga Adat Betawi, Jadi Identitas Kuat sebagai Kota Global

Keberagaman budaya Indonesia Masih Jadi Magnet Bagi Wisatawan Mancanegara

Genre Imajinasi Nusantara, Lukisan Denny JA yang Terlahir dari Budaya Lokal hingga AI

Menbud Pastikan Pacu Jalur yang Kini Viral Sudah Lama Masuk Daftar Warisan Budaya Takbenda Nasional

Pemprov DKI Segera Rampungkan Perda yang Melarang Ondel-ondel Ngamen di Jalan, Rano Karno: Mudah-mudahan Sebelum HUT Jakarta

Wajah Baru Indonesia Kaya Konsiten Usung Budaya Indonesia dengan Konsep Kekinian

Komisi X DPR Soroti Transparansi dan Partisipasi Publik dengan Menteri Kebudayaan

Fadli Zon: Kongres Perempuan 1928 Justru Diperkuat dalam Sejarah Indonesia

5 Museum Jakarta Buka Sampai Malam, Pengunjung Melonjak Hingga Ribuan
