Julianto Ekaputra, Cara Bersahabat dengan Anak


Julianto Ekaputra, orangtua harus memahami anak bila hendak menjalin persahabatan.
BANYAK orang tua mengeluh bahwa anaknya lebih mendengarkan dan menuruti nasihat temannya. Dalam kondisi demikian, para orang tua biasa menyalahkan anaknya, temannya, bahkan lingkungan anaknya. Founder SMA dan Sekola Tinggi Kewirausahaan Selamat Pagi Indonesia. Julianto Ekaputra menuturkan jarang sekali ada orang tua yang bercermin dan introspeksi dirinya.
"Anaknya umur 15 tahun, tentu temannya pun 15 tahun. Loh orang tuanya 25 tahun hidup lebih lama dari anak dan temannya, punya pengetahuan lebih banyak kok bisa kalah sama temannya si anak?" tanya Julianto retoris.
Supaya anak mau mendengarkan, para orang tua juga harus mau mendengarkan isi hati mereka. Buat mereka merasa nyaman dan menganggap orang tua sebagai temannya.Bagaimana cara menjadi teman dengan anak? Apa yang harus dilakukan untuk menjadi best friend anaknya?
Baca Juga:
1. Menyamakan Pandangan

Orang yang kita deklarasikan sebagai sahabat adalah mereka yang memiliki banyak persamaan dalam hidup. Semakin banyak persamaan maka semakin mudah terkoneksi dan menjalin hubungan intens. Sebaliknya, semakin sedikit persamaan maka semakin sulit menjadi teman baik. Hal serupa juga bisa diterapkan ke anak. Orang tua bisa menjalin pertemanan baik dengan si anak apabila kita memiliki selera yang sama. "Buatlah persamaan sebanyak mungkin," demikian saran Julianto saat ditemui di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (31/10).
Janganlah memilih hal-hal yang rumit. Cukup hal sederhana seperti makanan, musik, film dan lain-lain. Ketika kita memiliki selera film yang sama, kita memiliki bahan pembicaraan dengan anak yakni alur cerita film. Demikian pula apabila kita memiliki selera musik yang sama. Kita bisa menyanyikan lagu favorit di mobil atau karaoke bersama. Jika kita bisa menyamakan frekuensi lewat hal-hal sederhana tersebut, perlahan-lahan anak akan memiliki ikatan emosional yang baik dengan orang tuanya. "Kita jadi memiliki topik pembicaraan segudang kalau memang seleranya sama," ucap Julianto.
2. Jangan Melarang

Para orang tua biasanya senang mengagendakan family time di akhir pekan. Sebelum menentukan tempat berlibur atau restoran untuk makan bersama, orang tua akan menanyakan pendapat anaknya. Pertanyaan semangat orang tua hanya dijawab dengan satu kata; terserah. Menurut Julianto, kata terserah adalah tanda anak hopeless. "Sebelum anak kita punya jawaban favorit terserah, mereka kerap kali mendapat reaksi negatif atas pilihannya," jelas Julianto.
Misalnya, anak ingin makan pizza, orang tua akan mulai berkotbah tentang kandungan gizi yang rendah pada pizza. Demikian pula jika anak ingin makan fried chicken. "Orang tua itu munafik, menanyakan anaknya ingin apa ketika dijawab malah tidak pernah dituruti," cetusnya. Alih-alih menuruti permintaan anaknya, para orang tua justru memilih makanan yang ingin di makannya saja. "Misalnya orang tua bilang 'kita makan soto ayam saja lebih sehat'. Loh intinya kan sama. Sama-sama makan nasi dan ayam. Hanya beda di penyajian saja," bebernya.
Julianto melihat larangan yang kerap terlontar dari mulut orang tua justru akan semakin menjauhkan mereka dan anak serta membuat anak merasa tidak nyaman. "Kalau mau fair, kita setujui permintaan mereka namun buatlah perjanjian dengan anak. 'Oke kita makan pizza tetapi nanti makan saladnya ya,'" jelasnya memberi contoh.
3. Hargai Pilihan Anak

Ketika anak menjelang puber, mereka mulai memiliki ketertarikan dengan lawan jenis atau yang dikenal dengan cinta monyet. Ketika selera anaknya tidak sesuai dengan selera orang tua, reaksi pertama yang muncul dari orang tua adalah melarangnya. Apakah anak akan menuruti? Tentu tidak! Mereka akan terus jalan bahkan tanpa sepengetahuan orang tua yang dikenal dengan istilah backstreet.
Julianto menyarankan para orang tua untuk menghormati pilihan dan selera anak. "Saya tidak pernah menjudge selera anak saya. Ketika mereka memperlihatkan foto pacarnya, kalau menurut saya ganteng saya akan katakan ganteng. Kalau menurut saya tidak maka akan saya katakan cute. Saya menghormati selera anak saya," katanya. Ia mengajak orang tua lainnya untuk menghormati pilihan mereka selama tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip kehidupan.
"Kecuali memang ngawur dan jauh dari nilai-nilai prinsip. Kalau hanya masalah lebih ganteng itu bukan persoalan berarti," tukasnya.
Baca Juga:
4. Pancing Anak agar Memiliki Pandangan Luas

Jika anak mulai merasa orang tuanya tidak akan menghakimi dan menghargai pilihan mereka, anak akan bersikap lebih terbuka. Sikap terbuka mereka juga berkaitan dengan hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan khas remaja yakni asmara. Julianto mengungkapkan saat anaknya minta izin untuk pacaran, dia membolehkan anaknya pacaran dengan satu syarat; anaknya harus punya pacar 10 orang.
Meskipun terdengar nyentrik, ada makna dibalik syarat tersebut. "Saya selalu katakan 'Nak, saatnya terbaik untuk memilih itu sebelum menikah. Pilih semaumu. Setelah menikah saatnya menjalani. Apapun yang terjadi jalani'," demikian nasihat di balik ucapan nyentriknya tersebut.
Ia mengatakan bahwa sebelum menikah adalah waktu yang tepat untuk buka mata lebar-lebar, sementara setelah menikah waktunya tutup mata rapat-rapat. "Yang terjadi selama ini kan sebaliknya. Ketika pacaran matanya terbutakan cinta. Tak bisa ke lain hati. The one and only. Setelah menikah dia buka mata lebar-lebar ternyata banyak yang lebih baik. Maksud lo? Mau tukar tambah, emang hape!" celetuknya jenaka.
5. Update Pengetahuan

Satu hal yang perlu dilakukan orang tua adalah update pengetahuan. Tujuannya adalah agar pembicaraan dengan sang anak berkembang dan lebih dinamis. Anak juga berpikir bahwa orang tuanya adalah sosok yang seru untuk diajak bercerita. Mereka merasa bisa membicarakan topik apa saja karena orang tuanya update.
"Kalau orang tuanya ngga update, obrolannya itu lagi itu lagi. Lama-lama bosan," ucapnya. (avia)
Baca Juga:
Tips dan Trik Agar Anak Mau Melahap Menu Sehat di Meja Makan
Bagikan
Berita Terkait
Datangi Polda Metro, KPAI Kawal Ratusan Anak yang Ditangkap Saat Demo 25 Agustus

Aksi Anak-anak Ikuti Karnaval Meriahkan HUT ke-80 Kemerdekaan RI di Jakarta

Kisah Pilu Bocah Sukabumi Meninggal Akibat Cacing, Pemerintah Akui Layanan Kesehatan Masih Pincang

Wajah Bahagia Anak-anak Player Escort Piala AFF 2025 Dampingi Timnas Indonesia U-23

Ingat Ya Bunda! Beri Makan Anak Jangan Hanya Fokus Pada Nasi dan Mie

Pelaku Pelecehan Penumpang Anak Citilink Terancam 15 Tahun Bui, Kondisi Korban Masih Trauma

Anak di Bawah Umur di Cianjur Diperkosa 12 Orang, Polisi Harus Gerak Cepat Tangkap Buron

1 dari 5 Anak di Indonesia Tumbuh Tanpa Peran Ayah

Mengintip Aksi 2.200 Anak Juggling Bola Meriahkan Pembukaan Piala Presiden 2025

Melihat Pameran Kids Biennale Indonesia 2025 Bertajuk Tumbuh Tanpa Takut di Galeri Nasional
