Jokowi Ungkap Rahasia Kompaknya Koalisi Indonesia Hebat


Presiden Joko Widodo. Foto: Antara
MerahPutih.Com - Selama lima tahun pemerintahannya, Jokowi-Jusuf Kalla berhasil menjaga kekompakan koalisi pengusung pemerintah yang terdiri dari sejumlah partai besar seperti PDI Perjuangan, Golkar, PKB, Nasdem, PPP dan Hanura.
Menurut Presiden Jokowi, rahasia kekompakan koalisi partai pengusung pemerintahan 2014-2019 adalah komunikasi.
"Lima tahun kemarin tidak ada masalah, semua dengan komunikasi, baik dengan ketua umum partai, dengan sekjen-sekjen (partai politik), semua bisa dibicarakan. Saya kira dari pengalaman tidak ada masalah," kata Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Merdeka Jakarta, Rabu (12/6).
Hal itu diungkapkan Presiden Jokowi dalam wawancara khusus dengan Tim LKBN Antara.
Pada periode 2014-2019, pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla didukung Koalisi Indonesia Hebat, yaitu PDI-P, PKB, Partai NasDem, Partai Hanura, dan PKP Indonesia sejak Pemilu 2014.

Selanjutnya PPP turut bergabung dan pada September 2015, Partai Amanat Nasional juga ikut bergabung, terakhir, pada Januari 2016, Golkar secara resmi ikut bergabung.
Artinya, menurut Presiden, ia pun masih membuka kemungkinan untuk partai yang bukan koalisinya pada periode 2019-2014 untuk bergabung.
"Ya gabung, gabung saja. Saya kan selalu terbuka, siapapun yang mau bersama-sama membangun negara ini, memajukan negara ini ayo. Kita ini kan tidak kenal oposisi murni, tidak ada, jadi ya kita yang paling penting komunikasi," ungkap Presiden.
Dari sembilan partai yang memenuhi ambang batas parlemen 4 persen, lima di antaranya adalah partai koalisi Jokowi-Ma'ruf Amin, yaitu PDIP, Golkar, PKB, Nasdem dan PPP lolos dengan total perolehan suara mencapai sekira 54,5 persen.
BACA JUGA: Polisi Klaim Bisa Dapatkan Dalang Utama Kerusuhan 22 Mei dari Buku Tabungan
Sekjen Akui Diminta Menag Lukman Menangkan Calon yang Tak Lolos Seleksi
Namun Presiden menegaskan tidak pernah membahas jatah menteri untuk satu parpol tertentu.
"Tanya saja ke partai-partai, apa pernah kita bicara masalah menteri atau menteri apa? Tidak pernah, beliau-beliau tahu itu hak prerogatif presiden, ya logis persentase 'gede' masa diberi menteri satu, yang persentase kecil diberi menteri empat, ya tidak begitu, bukan penjatahan, normal saja," tutup Jokowi.(*)
Bagikan
Berita Terkait
Jaksa Mulai Cari Relawan Jokowi Silfester Matutina Buat Segera Dibui

JK Tekankan Generasi Muda Jika Kuliah Harus Punya Ide, Bukan Cuma Pinter Lalu Buta Arah

Ditunda Sepekan, PN Jaksel Gelar Sidang PK Silfester Kasus Pencemaran Nama Baik JK

Bambang Tri, Terpidana Kasus Ijazah Palsu Jokowi Dibebaskan Bersyarat

KPK OTT Wamenaker Immanuel Ebenezer, Jokowi: Saya Dukung Kerja KPK

Sidang PK Silfester Terpidana Pencemaran Nama Baik JK Ditunda, Sakit Dada Dirawat 5 Hari

Jokowi ‘Terpukau’, Langsung Kasih Dua Jempol untuk Prabowo Pasca Pidato Kenegaraan

Anggota DPR Harap 3 Presiden sebelum Prabowo Hadiri HUT ke-80 RI di Istana Negara

Penundaan Eksekusi Silfester Matutina yang Merupakan Relawan Jokowi Rusak Prinsip Keadilan Hukum

2 Wakil Ketua MPR Serahkan Undangan Sidang Tahunan ke Jokowi
