Jimmy Carter dan Momen Bersejarah Pemilu Indonesia, Dari 1999 ke 2004
Jimmy Carter dan istri, Rosalynn Carter, bersalaman dengan warga Indonesia pada 7 Juni 1999. (Foto: YouTube/The Carter Center)
MerahPutih.com - Jimmy Carter, Presiden ke-39 Amerika Serikat yang baru wafat pada Minggu (29/12) waktu setempat, memainkan peran penting dalam dua pemilu bersejarah di Indonesia: tahun 1999 dan 2004.
Sebagai kepala delegasi pengamat internasional dari The Carter Center, Carter menyaksikan langsung transformasi demokrasi di negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia ini.
Kehadiran Carter sebagai pengamat internasional dari The Carter Center menyedot perhatian dunia ke perjalanan demokrasi Indonesia.
Pada Pemilu 1999, setelah 32 tahun di bawah rezim otoriter Soeharto, Indonesia menyelenggarakan pemilu yang dianggap 'bebas dan adil' untuk pertama kalinya. Inilah pemilu kedua yang dianggap bersih setelah Pemilu 1955.
Carter menggambarkan momen tersebut sebagai "Momen kebanggaan dalam sejarah Indonesia." Tercatat 112 juta orang memberikan suara.
Baca juga:
Pensiun Jadi Presiden, Jimmy Carter Aktif Perangi Penyakit dan Wujudkan Keadilan Sosial
Bagi Carter, pemilu ini membuka jalan bagi pembentukan parlemen baru dan pemilihan presiden.
"Saya yakin pemilu ini akan mengakhiri kekerasan dan kerusuhan etnis. Ini akan membuka peluang perbaikan ekonomi sesegera mungkin, sehingga investor asing akan siap masuk." ujar Carter, seperti dikutip emory.edu.
Keyakinan Carter tampaknya terbukti. Nilai tukar Rupiah naik dan pasar saham melonjak 12 persen setelah pemilu.
Lima tahun kemudian, pada 2004, Carter kembali ke Indonesia untuk menyaksikan pemilu presiden pertama yang dilakukan secara langsung.
Carter menilai pemilu ini telah menggugurkan stereotipe bahwa masyarakat Muslim tidak bisa menjalankan pemerintahan demokratis.
Baca juga:
Jimmy Carter, Ketika Kekalahan Politik Bukanlah Akhir Segalanya
"Rakyat Indonesia memberikan contoh dramatis tentang perubahan politik yang damai," tulis Carter dalam "Jimmy Carter: Surprisingly Fair Elections in Indonesia", termuat di International Herald Tribune, 15 Juli 2004.
Pemilu ini, yang diikuti oleh 86 persen pemilih, berlangsung damai meskipun ada perbedaan pandangan politik yang kuat di antara para kandidat.
Kehadiran Carter dan The Carter Center dalam dua pemilu ini menegaskan komitmen internasional untuk mendukung demokrasi yang sehat dan damai.
Carter menyebut keberhasilan Indonesia menyelenggarakan pemilu damai sebagai "Langkah maju yang signifikan bagi demokrasi di seluruh dunia."
Carter ikut terlibat membuka jalan bagi masa depan Indonesia yang lebih cerah dan demokratis. (dru)
Baca juga:
Bagikan
Hendaru Tri Hanggoro
Berita Terkait
Pembahasan Tarif Ekspor ke AS Belum Rampung, Airlangga Ingin Beberapa Komoditas Nol Persen
TII Rekomendasikan 7 Penguatan Demokrasi, Termasuk Pemisahan Jadwal Pemilu
AS Kerahkan Kapal Induk ke Karibia, Venezuela Mobilisasi 200.000 Personel Militer
Shut Down Pemerintahan masih Lanjut, Ribuan Penerbangan di AS Dibatalkan
[HOAKS atau FAKTA]: Puan Maharani Gandeng Anies Baswedan di Pilpres 2029, Pede Bisa Raih 68 Persen Suara
AS Kembali Percaya Ekspor Udang Indonesia Setelah Diterpa Isu Radioaktif Cs-137
Zohran Mamdani Resmi Terpilih sebagai Wali Kota New York, Tercatat sebagai Termuda dan Prokemerdekaan Palestina
AS Akan Lakukan Uji Peluncuran Rudal Balistik Antarbenua Minuteman III
Mantan Wapres Amerika Serikat Dick Cheney Meninggal Dunia di Usia 84 Tahun
[HOAKS atau FAKTA]: Ketua Harian PSI Usulkan Duet Gibran-Jokowi di Pilpres 2029