Jangan Termakan Hoaks Tentang Aphelion, Ini Faktanya


Kenali fakta tentang Aphelion (Foto: Pixabay/piro4D)
BELUM lama ini beredar hoaks tentang aphelion di aplikasi WhatsApp. Kabar yang beredar menyebutkan Aphelion bisa membuat iklim Bumi jadi sangat dingin.
Mengenai hal tersebut, seperti dikutip dari situs resmi Instagram Lembaga Penerbangan dan Antariksa Republik Indonesia (Lapan), aphelion merupakan fenomena saat posisi Bumi berada pada titik terjauh dengan matahari.
Baca Juga:
Pengamat meteorologi dan geofisika (PMG) ahli BMKG Makassar, Kaharuddin, mengatakan Bumi akan menyelesaikan separuh perjalanan dalam mengelilingi matahari.

Fenomena aphelion terjadi lantaran orbit Bumi tak melingkar dengan sempurna, tapi berbentuk elips. "Dengan bentuk elips ini, jarak Bumi dan matahari bervariasi. Sekitar 3 persen sepanjang tahun," ujar Kaharuddin, seperti dilansir Lapan.go.id.
Faktanya, fenomena tersebut tidak berdampak pada Bumi. "Secara umum, tidak ada dampak yang signifikan pada bumi. Suhu dingin yang terasa saat pagi hari akan terjadi hingga Agustus nanti. Hal itu merupakan hal biasa yang terjadi pada musim kemarau karena tutupan awan yang sedikit sehingga tidak ada panas dari permukaan bumi yang dipantulkan kembali ke permukaan bumi oleh awan," jelas Lapan dalam akun Instagram @lapan_ri.
Karena posisi matahari kini berada di belahan utara, tekanan udara di belahan utara lebih rendah ketimbang di selatan yang mengalami musim dingin. Oleh karena itu, angin bertiup dari arah selatan menuju utara.
Baca Juga:

Saat ini, angin bertiup dari arah Australia yang sedang mengalami musim dingin. Dampak yang ditimbulkan ialah penurunan suhu, khususnya di Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara yang terletak di selatan khatulistiwa.
Sementara itu, Pelaksana Tugas Deputi Klimatologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Urip Haryoko menjelaskan, beberapa waktu lalu, fenomena Aphelion merupakan fenomena astronomis yang terjadi satu tahun sekali, sekitar Juli. Di saat itu, matahari berada di titik jarak terjauh.
Menurut Urip, aphelion tak berpengaruh signifikan. Lebih lanjut, Urip menjelaskan bahwa periode aphelion puncaknya terjadi pada Juli, sedangkan perihelion pada Januari. (Ryn)
Baca juga:
Ilmuwan Temukan 24 Planet Layak Huni yang Lebih Baik dari Bumi
Bagikan
Berita Terkait
Kayak Manusia, Kucing Juga Bisa Kena Demensia

Populasi Serangga Terancam Alterasi Pola El Nino yang Dipicu Perubahan Iklim

Arkeolog Temukan Bukti Penyintas Letusan Gunung Vesuvius Kembali Tinggal di Reruntuhan Pompeii

Batu Mars Terbesar di Dunia Dilelang, Terjual Seharga Rp 86,25 Miliar

Jokowi Terkena Alergi Parah, para Ahli Sebut Perubahan Iklim Memperburuk Kondisi Ini

Kenapa Kita Suka Share dan Lihat Konten Hewan Lucu di Media Sosial? Ini Jawaban Ilmiahnya!

Strawberry Moon di Yogyakarta dan Malang! Ini Fakta Menarik di Baliknya yang Terjadi 18,6 Tahun Sekali

Bahaya Screen Time Terlalu Lama Bagi Anak, Dari Cemas hingga Agresif

Seniman Tak Mau Kalah dari Ilmuwan yang Temukan Olo, Ciptakan Warna Baru yang Disebut Yolo

Ilmuwan Klaim Temukan Warna Baru yang Disebut Olo, Dianggap Bisa Bantu Penyandang Buta Warna
