Sains

Jangan Termakan Hoaks Tentang Aphelion, Ini Faktanya

Raden Yusuf NayamenggalaRaden Yusuf Nayamenggala - Selasa, 08 Februari 2022
Jangan Termakan Hoaks Tentang Aphelion, Ini Faktanya

Kenali fakta tentang Aphelion (Foto: Pixabay/piro4D)

Ukuran:
14
Font:
Audio:

BELUM lama ini beredar hoaks tentang aphelion di aplikasi WhatsApp. Kabar yang beredar menyebutkan Aphelion bisa membuat iklim Bumi jadi sangat dingin.

Mengenai hal tersebut, seperti dikutip dari situs resmi Instagram Lembaga Penerbangan dan Antariksa Republik Indonesia (Lapan), aphelion merupakan fenomena saat posisi Bumi berada pada titik terjauh dengan matahari.

Baca Juga:

Wow, di Planet Ini Ada Hujan Berlian

Pengamat meteorologi dan geofisika (PMG) ahli BMKG Makassar, Kaharuddin, mengatakan Bumi akan menyelesaikan separuh perjalanan dalam mengelilingi matahari.

Secara umum Aphelion tidak berdampak yang signifikan pada bumi (Foto: Pixabay/nymixart)

Fenomena aphelion terjadi lantaran orbit Bumi tak melingkar dengan sempurna, tapi berbentuk elips. "Dengan bentuk elips ini, jarak Bumi dan matahari bervariasi. Sekitar 3 persen sepanjang tahun," ujar Kaharuddin, seperti dilansir Lapan.go.id.

Faktanya, fenomena tersebut tidak berdampak pada Bumi. "Secara umum, tidak ada dampak yang signifikan pada bumi. Suhu dingin yang terasa saat pagi hari akan terjadi hingga Agustus nanti. Hal itu merupakan hal biasa yang terjadi pada musim kemarau karena tutupan awan yang sedikit sehingga tidak ada panas dari permukaan bumi yang dipantulkan kembali ke permukaan bumi oleh awan," jelas Lapan dalam akun Instagram @lapan_ri.

Karena posisi matahari kini berada di belahan utara, tekanan udara di belahan utara lebih rendah ketimbang di selatan yang mengalami musim dingin. Oleh karena itu, angin bertiup dari arah selatan menuju utara.

Baca Juga:

NASA Umumkan Ada Lebih dari 2.000 Calon Planet Layak Huni

Aphelion merupakan fenomena astronomis yang terjadi satu tahun sekali (Foto: Pixabay/qimono)

Saat ini, angin bertiup dari arah Australia yang sedang mengalami musim dingin. Dampak yang ditimbulkan ialah penurunan suhu, khususnya di Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara yang terletak di selatan khatulistiwa.

Sementara itu, Pelaksana Tugas Deputi Klimatologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Urip Haryoko menjelaskan, beberapa waktu lalu, fenomena Aphelion merupakan fenomena astronomis yang terjadi satu tahun sekali, sekitar Juli. Di saat itu, matahari berada di titik jarak terjauh.

Menurut Urip, aphelion tak berpengaruh signifikan. Lebih lanjut, Urip menjelaskan bahwa periode aphelion puncaknya terjadi pada Juli, sedangkan perihelion pada Januari. (Ryn)

Baca juga:

Ilmuwan Temukan 24 Planet Layak Huni yang Lebih Baik dari Bumi

#Sains #Astronomi #Antariksa
Bagikan
Ditulis Oleh

Raden Yusuf Nayamenggala

I'm not perfect but special

Berita Terkait

Lifestyle
Kayak Manusia, Kucing Juga Bisa Kena Demensia
Temuan ini akan membantu ilmuwan mencari pengobatan baru bagi manusia.
Dwi Astarini - Jumat, 15 Agustus 2025
Kayak Manusia, Kucing Juga Bisa Kena Demensia
Lifestyle
Populasi Serangga Terancam Alterasi Pola El Nino yang Dipicu Perubahan Iklim
Artropoda disebut menjadi sumber makanan penting bagi burung dan hewan yang lebih besar.??
Dwi Astarini - Kamis, 07 Agustus 2025
Populasi Serangga Terancam Alterasi Pola El Nino yang Dipicu Perubahan Iklim
Dunia
Arkeolog Temukan Bukti Penyintas Letusan Gunung Vesuvius Kembali Tinggal di Reruntuhan Pompeii
Pompeii setelah tahun 79 muncul kembali, bukan sebagai kota, melainkan sebagai kumpulan bangunan yang rapuh dan suram, semacam kamp.
Dwi Astarini - Kamis, 07 Agustus 2025
Arkeolog Temukan Bukti Penyintas Letusan Gunung Vesuvius Kembali Tinggal di Reruntuhan Pompeii
Lifestyle
Batu Mars Terbesar di Dunia Dilelang, Terjual Seharga Rp 86,25 Miliar
Dikenal dengan nama NWA 16788, meteorit ini memiliki berat 24,5 kilogram.
Dwi Astarini - Kamis, 17 Juli 2025
Batu Mars Terbesar di Dunia Dilelang, Terjual Seharga Rp 86,25 Miliar
Lifestyle
Jokowi Terkena Alergi Parah, para Ahli Sebut Perubahan Iklim Memperburuk Kondisi Ini
Gejala alergi tak lagi bisa dianggap sepele.
Dwi Astarini - Senin, 23 Juni 2025
Jokowi Terkena Alergi Parah, para Ahli Sebut Perubahan Iklim Memperburuk Kondisi Ini
Fun
Kenapa Kita Suka Share dan Lihat Konten Hewan Lucu di Media Sosial? Ini Jawaban Ilmiahnya!
Sebuah studi dari Concordia University mengungkap bahwa membagikan foto atau video hewan lucu di media sosial ternyata bisa memperkuat koneksi dan hubungan digital. Simak penjelasannya!
Hendaru Tri Hanggoro - Jumat, 13 Juni 2025
Kenapa Kita Suka Share dan Lihat Konten Hewan Lucu di Media Sosial? Ini Jawaban Ilmiahnya!
Fun
Strawberry Moon di Yogyakarta dan Malang! Ini Fakta Menarik di Baliknya yang Terjadi 18,6 Tahun Sekali
Strawberry Moon bukan berarti bulan berwarna merah muda. Simak fakta menarik tentang fenomena langit langka yang hanya terjadi setiap 18,6 tahun sekali ini.
Hendaru Tri Hanggoro - Kamis, 12 Juni 2025
Strawberry Moon di Yogyakarta dan Malang! Ini Fakta Menarik di Baliknya yang Terjadi 18,6 Tahun Sekali
Fun
Bahaya Screen Time Terlalu Lama Bagi Anak, Dari Cemas hingga Agresif
Studi dari American Psychological Association temukan bahwa screen time berlebihan berkaitan dengan kecemasan, depresi, dan agresi pada anak-anak. Konten dan dukungan emosional juga berperan penting.
Hendaru Tri Hanggoro - Rabu, 11 Juni 2025
Bahaya Screen Time Terlalu Lama Bagi Anak, Dari Cemas hingga Agresif
Dunia
Seniman Tak Mau Kalah dari Ilmuwan yang Temukan Olo, Ciptakan Warna Baru yang Disebut Yolo
Stuart Semple klaim ciptakan warna cat baru hasil eksperimen ilmiah.
Hendaru Tri Hanggoro - Sabtu, 26 April 2025
Seniman Tak Mau Kalah dari Ilmuwan yang Temukan Olo, Ciptakan Warna Baru yang Disebut Yolo
Fun
Ilmuwan Klaim Temukan Warna Baru yang Disebut Olo, Dianggap Bisa Bantu Penyandang Buta Warna
Ilmuwan temukan warna ‘olo’ — biru-hijau super pekat yang hanya terlihat dengan teknologi laser Oz.
Hendaru Tri Hanggoro - Senin, 21 April 2025
Ilmuwan Klaim Temukan Warna Baru yang Disebut Olo, Dianggap Bisa Bantu Penyandang Buta Warna
Bagikan