Sains

Jangan Jijik, Ini Manfaat Konsumsi Serangga

Hendaru Tri HanggoroHendaru Tri Hanggoro - Rabu, 10 Agustus 2022
Jangan Jijik, Ini Manfaat Konsumsi Serangga

Dari 1 juta spesies serangga, hanya 5.000 spesies yang dianggap berbahaya. (Unsplash/Jeremy Bezanger)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

TANGANNYA meraup belalang goreng di piring tanpa ragu. Dia mengarahkannya ke mulut. Suara giginya mengunyah belalang goreng terdengar jelas. "Krauk... Krauk." Seperti suara orang mengunyah udang atau gorengan.

Harmini (40 tahun), pekerja rumah tangga itu, sudah biasa mengonsumsi belalang goreng. Di kampung halamannya, Wonogiri, dia mengonsumsinya sejak kanak-kanak. "Banyak yang bikin di sana. Keluarga bikin bukan buat dijual. Rasanya enak. Sedikit mirip udang," kata Harmini kepada merahputih.com.

Praktek menyantap serangga atau entomofagi bukan hal lumrah di Indonesia. Banyak orang merasa jijik dengan serangga. Membayangkannya saja sudah enek. Rasanya pasti tak karuan. Begitulah kesan banyak orang yang ditangkap oleh F.G. Winarno, Guru Besar Ilmu Pangan dan Teknologi Institut Pertanian Bogor (IPB).

"Saat mengonsumsi serangga, masyarakat akan mengalami bias yang besar, baik dari segi psikologi maupun budaya. Padahal banyak diantara serangga yang memiliki rasa lezat," terang F.G. Winarno dalam Serangga Layak Santap : Sumber Baru bagi Pangan dan Pakan.

Baca juga:

Entomofagi, Praktek Menyantap Serangga di Berbagai Belahan Dunia

manfaat konsumsi serangga
Masyarakat di Gunung Kidul, Yogyakarta, mengonsumsi belalang sebagai lauk-pauk sehari-hari. (Unsplash/Bart Sokol)

Selain itu, serangga dipandang sebagai pengganggu atau hama. "Nyamuk dan lalat sering masuk ke rumah dan membawa penyakit, rayap menghancurkan furnitur berbahan kayu, dan beberapa serangga yang masuk ke makanan dapat memicu rasa jijik," terang I Made Adi Prema Nanda dalam "Analisis Risiko Penularan Zoonosis dari Serangga Konsumsi" termaktub dalam Jurnal Balairung, Volume 2, Nomor 2, Tahun 2020.

Tapi penelitian Food Agricultural Organization pada 2013 telah membuktikan sebagian besar anggapan itu tak benar. Dari 1 juta spesies serangga, hanya 5.000 spesies yang dianggap berbahaya. Sisanya digolongkan layak santap (edible insects).

"Lebih dari 1.900 spesies dilaporkan telah digunakan sebagai makanan. Serangga memberikan sejumlah manfaat ekologi yang penting bagi kelangsungan hidup umat manusia," tulis Arnold van Huis dkk dalam Edible Insects Future Prospects for Food and Feed Security.

Penelitian lainnya menyatakan kandungan gizi serangga tergolong tinggi. "Serangga dapat memenuhi kebutuhan nutrisional dari manusia dan kebanyakan mengandung asam amino penting yang diperlukan oleh tubuh," catat Lutfi Afifah dalam "Entomophagy : Serangga sebagai Sumber Protein Alternatif dalam Perspektif Keamanan Pangan", termuat di Prosiding Seminar Nasional Perhimpunan Entomologi Indonesia Cabang Bandung Tahun 2017.

Nilai gizi yang terkandung dalam serangga layak santap telah lama diakui oleh World Health Organization. "Serangga layak santap juga telah dinyatakan bagus untuk memenuhi kekurangan protein bagi penduduk miskin, termasuk mereka yang positif terkena HIV--menuntut asupan protein tinggi untuk melawan kerusakan fungsi imunitas.

Serangga juga disimpulkan mempunyai risiko lebih rendah menularkan penyakit kepada manusia (zoonosis) dibandingkan hewan ternak seperti sapi, kambing, babi, dan unggas. "Sampai saat ini belum ada bukti bahwa serangga konsumsi dapat menularkan zoonosis pada manusia karena hubungan kekerabatan antara serangga dan manusia sangat jauh. Kemungkinan penularan penyakit melalui permukaan tubuh serangga dapat diatasi dengan pengolahan yang tepat sebelum konsumsi," tambah I Made Adi Prema Nanda.

Baca juga:

Kaviar Serangga dari Meksiko

manfaat konsumsi serangga
Orang Ciamis mengolah jangkrik goreng, orang Jawa Timur menjual rempeyek laron, dan orang Papua mengenalkan sate ulat sagu. (Unsplash/Harish Shiravarman)

Beberapa kelompok masyarakat di Indonesia mempunyai kebiasaan menyantap serangga. Masyarakat di Gunung Kidul, Yogyakarta, mengonsumsi belalang sebagai lauk-pauk sehari-hari. Sebagian mereka menjualnya sebagai tambahan penghasilan.

"Belalang yang diolah masyarakat Gunung Kidul adalah jenis belalang kayu yang banyak hidup di dahan pohon jati dan semak belukar. Penduduk mengolah belalang goreng menjadi 3 rasa, yaitu rasa gurih, pedas dan manis," urai Pratiwi Girsang dalam "Serangga, Solusi Pangan Masa Depan", terkandung dalam Jurnal Pembangunan Perkotaan Volume 6, Nomor 2, Juli-Desember 2018.

Potensi serangga juga ditangkap oleh masyarakat Ciamis, Jawa Barat; Jawa Timur; dan Papua. Orang Ciamis mengolah jangkrik goreng, orang Jawa Timur menjual rempeyek laron, dan orang Papua mengenalkan sate ulat sagu.

Di sebalik manfaatnya, serangga tak lepas dari kemungkinan membawa alergi bagi beberapa orang. "Serangga dan Crustacea (udang) secara umum mengandung senyawa alergen sehingga selalu berpeluang menimbulkan reaksi alergi," terang F.G. Winarno.

Winarno mengingatkan pula bahwa nilai gizi yang terkandung dalam serangga akan sangat bervariasi karena perbedaan spesies satu sama lain. Juga lantaran perbedaan cara pengolahan dan penyajiannya. Apakah itu dikeringkan, direbus, atau digoreng.

Seperti pada sumber pangan lainnya, potensi penyebaran bakteri dari serangga juga masih ada. Tapi ini bisa diatasi oleh pendinginan, pembekuan, dan pemasakan seperti yang diterapkan pada daging sapi, unggas, dan ikan. Dengan begitu, potensi perkembangbiakan bakteri dapat dicegah. (dru)

Baca juga:

Maknyus, Belalang Goreng Rasa Udang dari Gunungkidul

#Kuliner #Budaya #Sains
Bagikan
Ditulis Oleh

Hendaru Tri Hanggoro

Berkarier sebagai jurnalis sejak 2010 dan bertungkus-lumus dengan tema budaya populer, sejarah Indonesia, serta gaya hidup. Menekuni jurnalisme naratif, in-depth, dan feature. Menjadi narasumber di beberapa seminar kesejarahan dan pelatihan jurnalistik yang diselenggarakan lembaga pemerintah dan swasta.

Berita Terkait

Kuliner
Merayakan Malam Tahun Baru ala Argentina, Menikmati Torta Galesa hingga Asado
Seluruh rangkaian ini menjadi cara Sudestada menutup 2025 dengan meriah.
Dwi Astarini - Kamis, 04 Desember 2025
Merayakan Malam Tahun Baru ala Argentina, Menikmati Torta Galesa hingga Asado
ShowBiz
Studi Terbaru Ungkap Popularitas Berpotensi Turunkan Harapan Hidup Musisi, Gaya Hidup dan Kesibukan Tur Jadi Faktornya
Studi yang dipublikasikan di Journal of Epidemiology & Community Health ini menyebut popularitas mempersingkat usia hingga 4,6 tahun.
Dwi Astarini - Jumat, 28 November 2025
 Studi Terbaru Ungkap Popularitas Berpotensi Turunkan Harapan Hidup Musisi, Gaya Hidup dan Kesibukan Tur Jadi Faktornya
Fun
Babak Baru Restoran Latin: Pembagian Menu Lunch dan Dinner untuk Pengalaman Bersantap Lebih Fokus
CasaLena Jakarta memperkenalkan menu lunch dan dinner terbaru mulai 1 Desember 2025, menghadirkan pengalaman kuliner Latin American Grill yang lebih fokus dan premium.
Ananda Dimas Prasetya - Jumat, 28 November 2025
Babak Baru Restoran Latin: Pembagian Menu Lunch dan Dinner untuk Pengalaman Bersantap Lebih Fokus
ShowBiz
Chef Paik Jong-won Balik ke TV, Diam-Diam Hapus Video Pengumuman Hiatus
Video yang dihapus itu berisi permintaan maaf Chef Paik terkait dengan isu pelanggaran label asal produk, iklan menyesatkan, serta tuduhan penyalahgunaan siaran.
Dwi Astarini - Selasa, 25 November 2025
Chef Paik Jong-won Balik ke TV, Diam-Diam Hapus Video Pengumuman Hiatus
ShowBiz
Menenun Cerita Lintas Budaya: Kolaborasi Artistik Raja Rani dan Linying
The Breeze: Swim Swim Capsule Collection
Ananda Dimas Prasetya - Rabu, 12 November 2025
Menenun Cerita Lintas Budaya: Kolaborasi Artistik Raja Rani dan Linying
Indonesia
Hasil Lab Nyatakan Halal, Bakso Viral di Solo Buka Kembali dan Bagikan 450 Porsi Gratis
ni merupakan perdana bakso Solo buka setelah tutup sejak Senin (3/11).
Dwi Astarini - Jumat, 07 November 2025
Hasil Lab Nyatakan Halal, Bakso Viral di Solo Buka Kembali dan Bagikan 450 Porsi Gratis
Kuliner
Jalan Panjang Mimpi Besar Kuliner Indonesia, Saatnya Belajar Gastrodiplomacy dari Korsel & Thailand
Gastrodiplomacy merupakan strategi kebudayaan dan ekonomi yang memperkenalkan identitas bangsa melalui cita rasa.
Wisnu Cipto - Sabtu, 01 November 2025
Jalan Panjang Mimpi Besar Kuliner Indonesia, Saatnya Belajar Gastrodiplomacy dari Korsel & Thailand
Fun
IdeaFest 2025 Angkat Tema '(Cult)ivate the Culture', Ajak Kreator Indonesia Menghidupkan Budaya Lewat Inovasi
IdeaFest 2025 kembali digelar di JICC Senayan, Jakarta. Mengusung tema “(Cult)ivate the Culture”, festival kreatif ini hadir dengan 120 sesi dan 500 pembicara inspiratif.
Ananda Dimas Prasetya - Jumat, 31 Oktober 2025
IdeaFest 2025 Angkat Tema '(Cult)ivate the Culture', Ajak Kreator Indonesia Menghidupkan Budaya Lewat Inovasi
Kuliner
Jamuan ala ‘Bon Appetit, Your Majesty’ di KTT APEC, Menu Khas Korea dengan Sentuhan Modern dan Kemewahan
Hidangan fusion Korea yang disajikan dibuat dari bahan-bahan terbaik dari seluruh Korea
Dwi Astarini - Kamis, 30 Oktober 2025
Jamuan ala ‘Bon Appetit, Your Majesty’ di KTT APEC, Menu Khas Korea dengan Sentuhan Modern dan Kemewahan
Kuliner
Kuah Keju Sensasi Inovasi Baru Menikmati Bakso Tradisional
Bakso Boedjangan menghadirkan inovasi terbaru kuah keju.
Dwi Astarini - Kamis, 30 Oktober 2025
Kuah Keju Sensasi Inovasi Baru Menikmati Bakso Tradisional
Bagikan