Jaminan Keamanan Pangan Anak Sekolah Jadi Prioritas, DPR Minta Waktu Pembangunan Dapur MBG Diperpanjang Hingga Dua Bulan
Dapur SPPG Purwodiningratan, Jebres, satu-satunya yang telah mengantongi Sertifikat Laik Higienis dan Sanitasi (SLHS) di Solo. (Merahputih.com/Ismail)
Merahputih.com - Anggota Komisi IX DPR RI, Teti Rohatiningsih, menekankan pentingnya penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang ketat dalam pembangunan dan pengelolaan dapur program Makan Bergizi Gratis (MBG), meskipun hal ini mungkin memperpanjang waktu pengerjaan.
Ia berpandangan bahwa proses yang sesuai standar jauh lebih penting daripada kecepatan.
"Lebih baik terlambat daripada tidak sesuai SOP dalam pembuatan dapur MBG, karena kita melindungi masyarakat," tegas Teti dalam keterangannya, Selasa (7/10).
Menurut Teti, waktu pengerjaan 45 hari untuk membangun infrastruktur dapur MBG belum memadai untuk menjamin kepatuhan penuh terhadap standar yang ditetapkan. Ia mengusulkan agar waktu pengerjaan ke depan diperpanjang menjadi minimal dua bulan.
Usulan ini bertujuan agar pembangunan dapat berjalan dengan optimal dan sesuai dengan semua aturan teknis.
"Dengan waktu 45 hari membuat infrastruktur sesuai SOP itu tidak mungkin. Ke depan mungkin bisa diberikan waktu dua bulan agar sesuai SOP," ucap Teti.
Selain itu, Politisi Fraksi Partai Golkar ini mendorong Badan Gizi Nasional (BGN) dan Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) sebagai pelaksana, serta yayasan penerima manfaat, untuk menyelaraskan SOP dengan praktik di lapangan. Sinkronisasi ini mencakup pengaturan ketat waktu produksi dan distribusi makanan untuk siswa di berbagai jenjang pendidikan.
"Dapur yang sudah berjalan harus mengikuti MOU, mulai dari jam masak hingga waktu distribusi ke SD, SMP, dan SMA. Dengan begitu, manajemen waktu bisa diatur dengan baik agar tidak terjadi makanan basi dan sebagainya," tambahnya.
Terakhir, Teti mengusulkan pembentukan satuan tugas (satgas) di setiap daerah untuk melaksanakan evaluasi rutin bulanan. Evaluasi ini difokuskan pada penerapan SOP baru, terutama yang berkaitan dengan aspek sanitasi, ketersediaan air, dan kebersihan dapur.
"Harus ada satgas di masing-masing daerah untuk evaluasi setiap bulan, terutama dengan SOP baru seperti sanitasi, air, dan lain-lain. Evaluasi ini penting agar penerapan standar di lapangan tetap terjaga," tutupnya.
Bagikan
Angga Yudha Pratama
Berita Terkait
DPR Akui Tidak Semua Masukan Diakomodir di RUU KUHAP, Pilih Mekanisme Kompromi
14 Subtansi RUU KUHAP Versi DPR, Klaim Transparan dan Berkeadilan
Selain Diberikan KUR, Buruh Migran Perlu Pelatihan Kerja Biar Punya Daya Saing
Ribuan Desa Masuk Kawasan Hutan dan Berkonflik, DPR Sebut Dosa Negara
Komisi III DPR dan Pemerintah Setujui RUU KUHAP ke Paripurna untuk Disahkan
DPR Dukung Pemecatan ASN yang Menginjak Alquran, Tegaskan sebagai Pelanggaran Hukum Berat
BGN Janji Cairkan Gaji Tenaga Dapur Makan Bergizi Gratis Pekan Ini, Terlambat 6 Hari Bukan 2 Bulan
Insentif untuk Daerah Berhasil Turunkan Stunting Dianggarkan Rp 300 Miliar, DPR Nilai Terlalu Besar
Ada Puluhan Poin Bermasalah, Komisi III DPR Bedah Lagi Draf RUU KUHAP
Baleg DPR Kaji Potensi Kratom Masuk RUU Komoditas Strategis