Isu SARA Jadi Pemicu Kerusuhan di Ibu Kota Pasca Pilpres

Direktur Amnesty Internasional Indonesia Usman Hamid (Foto: MP/Ponco Sulaksono)
Merahputih.com - Amnesty International Indonesia menilai kasus kericuhan 21-22 Mei lalu tak lepas dari adanya isu SARA yang kerap dimainkan.
Direktur Eksekutif Amnesty Indonesia, Usman Hamid mengatakan kontestasi politik ‘kebencian’ di level elite, membuat akar rumput menjadi terbelah.
BACA JUGA: Anggota Brimob yang Lakukan Pemukulan dan Penganiayaan Harus Diproses Hukum
“Peristiwa 21-23 Mei ini tidak bisa dilepaskan dari peristiwa-peristiwa sebelumnya. Di mana polarisasi sosial yang begitu tajam antara dua pihak politik yang saling menggunakan isu SARA dan agama,” ujar Usman kepada wartawan di Jakarta, Senin (9/7).
Usman meminta agar masyarakat memahami konsekuensi dari permainan SARA dan agama, juga ujaran kebencian yang membuat segmen kerusuhan menjadi lebar.
"Kami mendesak kepada semua pihak, elite-elite politik dan mereka yang berkontestasi di politik supaya mencegah kejadian-kejadian seperti 21-23 Mei kembali terulang,” ujar Usman.

Sementara, staf Bidang Komunikasi dan Media Amnesty International Indonesia Haeril Halim mengatakan, pihaknya bakal menyampaikan hasil investigasi khususnya terkait penyiksaan yang terjadi di Kampung Bali dan sekitarnya kepada Kapolda Metro Jaya.
"Serta di beberapa titik di Jakarta pada 21 sampai 23 Mei," ujar Haeril.
Amnesty menemukan setidaknya ada empat korban dugaan penyiksaan oleh personel Brimob Polri saat kerusuhan. Kejadian tersebut terjadi di sebuah lahan kosong di Kampung Bali, Jakarta Pusat, pada 23 Mei 2019.
Peristiwa itu berbeda dengan pengeroyokan pemuda yang menurut aparat adalah Andri Bibir, juga di Kampung Bali.
BACA JUGA: Amnesty International Temukan Dugaan Pelanggaran HAM di Aksi 21-22 Mei
Menurut Amnesty, pihaknya juga menerima video dugaan penyiksaan oleh anggota polisi. Salah satunya adalah dugaan kekerasan saat polisi menangkap beberapa orang di sekitar Fave Hotel di Kampung Bali.
Video lain yang diterima menggambarkan dugaan penganiayaan oleh personel Brimob di sekitar kawasan Sabang, Jalan Agus Salim, Jakarta Pusat. (Knu)
Bagikan
Angga Yudha Pratama
Berita Terkait
Nepal Bergejolak Tolak Pelarangan Media Sosial dan Serukan Penindakan Korupsi, Sedikitnya 16 Tewas

583 Demonstran Masih Ditahan, Polri Fokus Cari Aktor Intelektual dan Perusak Fasilitas Umum

Kemenhan Tegaskan Usulan Darurat Militer untuk Aksi Tolak Tunjangan DPR Hoaks

Halte Transjakarta Senen Ganti Nama Jadi Jaga Jakarta, Pramono Ungkap Alasannya

SETARA Institute desak Prabowo Ungkap Dalang di Balik Kerusuhan Demo, Rakyat juga Berhak Tahu

Pemkot Solo Cabut Status Siaga Darurat setelah Kerusuhan, kini Jadi Transisi Darurat Bencana Sosial

Sempat Rusak Parah, Halte Transjakarta Senen Segera Diresmikan Kembali

Kuasa Hukum Sebut Delpedro Marhaen tak Punya Kuasa untuk Memicu Kerusuhan di Jakarta

Langkah Langkah Polisi dan TNI Bereskan Situasi Setelah Demo di Berbagai Daerah Rusuh

Rincian Gaji dan Tunjangan DPR Setelah 17+8 Tuntutan Rakyat Diakomodir Pimpinan DPR
