Istri Milenial Harus Kerja?


Tak ada salahnya istri membantu suami mencari penghasilan. (Foto: pixabay/rawpixel)
SEBAGAI kepala rumah tangga, pria memiliki tugas utama untuk menafkahi keluarga. Entah bekerja kantoran atau menjadi wirausaha.
Sementara itu wanita memiliki tugas mengurus seluruh urusan rumah tangga. Dari mengurus anak hingga mengatur pengeluaran berdasarkan uang yang diberikan suami.
Tidak bisa dibohongi, seiring perkembangan zaman, perekonomian turut terkena imbas. Segala kebutuhan melonjak. Artinya mengandalkan pendapatan suami saja bisa jadi tidak cukup.
Single income tidak bisa menjadi andalan. Hal ini paling kuat dirasakan oleh para istri milenial. Hidup di masa sekarang membutuhkan penghasilan yang berlebih. Lantas, apakah istri harus terlibat dalam mencari nafkah?
Executive Director IBCWE (Indonesia Business Coalition for Women Empowerment), Maya Juwita mengatakan single income di masa sekarang tidak bisa diandalkan.

Sebaiknya para istri ikut terlibat untuk mencari penghasilan demi kesejahteraan keluarga yang lebih terjamin.
"Dengan kondisi saat ini single income berat. Jadi kalau perempuan sudah berdaya ekonomi kan semuanya bisa sejahtera lebih cepat," jelas Maya.
Bukan berarti menjadi persaingan antara suami dan istri untuk memberikan kesejahteraan. Misi utama ialah saling bekerjasama demi keluarga.
"Balik lagi kepada kerjasama bagaimana kedua belah pihak bisa bekerjasama untuk kemaslahatan bersama," tambahnya.
Lebih lanjut, ia juga mengatakan bahwa bapak milenial pun sekarang ini tidak keberatan mengurus urusan rumah tangga. Pembagian tugas menjadi kunci utama di tengah kesibukan mencari nafkah.
Menjadi kebanggan sendiri bagi bapak milenial yang ikut terlibat dengan tugas istri di rumah.
"Saya setuju banget anak (generasi) milenial sekarang itu bangga lho nganter anaknya ke sekolah atau masak di rumah untuk anaknya, itu mereka lebih bangga," terangnya.
Istri milenial juga memiliki beragam pilihan mencari nafkah. Tidak melulu kerja kantoran atau formal. Berwirausaha menjadi pilihan di sela kesibukan mengurus anak dan pekerjaan rumah tangga lain.
Sebaliknya, hal ini juga berlaku bagi suami. Tidak mengapa berganti peran sebagai bapak rumah tangga sambil merintis usaha. Terlebih jika ternyata karier istri memiliki pemasukan yang lebih tinggi.
"Tapi bahwa kemudian menjadi perempuannya lebih banyak mungkin perempuannya incomenya lebih besar. Laki-lakinya incomenya lebih kecil terus kayak 'yaudah deh kamu aja yang kerja saya di rumah aja' ya enggak apa-apa juga," ungkap Maya.
Terkait hal ini jangan lupa, suami dan istri tetap menyempatkan diri memiliki quality time. Anak bisa dititipkan kepada mertua atau orangtua. Bahkan menurut Maya sendiri quality time akan lebih terasa intim karena seakan membayar rasa rindu di tengah kesibukan mencari nafkah.
"Quality time tetap menjadi kunci utama," katanya.
Pada intinya suami harus membuang rasa minder jika memang istri memiliki penghasilan lebih tinggi. Buang jauh-jauh mindset 'bersaing'. Begitu pula sebaliknya.
Para istri juga jangan merasa lebih karena menafkahi keluarganya. Semua ini bentuk kerjasama istri dan suami, demi keharmonisan dan kesejahteraan keluarga tercinta. Selamat hari perempuan! (ikh)
Bagikan
Berita Terkait
Puan Maharani Sebut Keterwakilan Perempuan di DPR Pecahkan Rekor

Legislator Ingatkan Pentingnya Fasilitas Pendukung untuk Pemenuhan Hak-Hak Pekerja Perempuan

Deretan Tokoh Perempuan Indonesia Raih Penghargaan RA Kartini Award 2025

Kolaborasi Bangun Kota Jakarta jadi Kota Global Ramah Anak dan Perempuan

Ibu Rumah Tangga Jadi Target Rekrutan Sindikat Narkoba, Dari Kurir Sampai Jadi Bos

Unilever Indonesia Luncurkan Program Pemberdayaan UMKM Perempuan dan Disabilitas

Rakernas dan Rapimnas GAMKI, Komitmen Advokasi Isu Perempuan

Hampir Setengah Juta Perempuan Jadi Korban Kekerasan, Puan Ajak Momentum Hari Kartini Untuk Berani Bersuara

Hari Kartini, Gubernur Jawa Timur: Perempuan Aktor Utama Ketahanan Bangsa

Hari Kartini Jadi Momentum Perempuan Tunjukkan Kelas, Berdaya dan Mematahkan Diskriminasi
