Indonesia Harus Tekan Australia Perihal Pemindahan Kedutaan ke Yerusalem
Pengamat Hubungan Internasional Hikmahanto Juwana (Foto: Screenshot NetTV)
MerahPutih.Com - Pengamat sekaligus guru besar Hukum Internasional Hikmahanto Juwana menyatakan Indonesia memiliki kekuatan untuk menekan Australia terkait rencana pemindahan kedutaannya ke Yerusalem.
Dosen Universitas Indonesia itu memaparkan bentuk tekanan bisa dilakukan melalui penundaan perjanjian perdagangan atau penolakan berbagai bantuan agar Australia membatalkan rencana memindahkan kantor kedutaan besarnya dari Tel Aviv ke Yerusalem.
"Gunakan daya tekan yang dimiliki Indonesia terhadap Australia, misalnya perjanjian perdagangan yang sedang dinegosiasikan tidak akan ditandatangani oleh Indonesia," ujar Hikmahanto Juwana di Jakarta, Rabu (12/12).
Indonesia dan Australia memiliki Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komperhensif Indonesia-Australia(IA-CEPA) senilai 11,4 miliar dolar AS atau sekitar Rp17,3 triliun. Namun, penandatanganan perjanjian perdagangan bebas Indonesia-Australia kembali ditunda karena rencana pemindahan Kedutaan Australia ke Yerusalem.
"Bahkan Indonesia bisa menolak berbagai bantuan dan asistensi dari Australia," ujar Hikmahanto.
Kemudian, Indonesia bisa menyampaikan akan adanya gangguan hubungan antarkedua negara mengingat publik Indonesia akan mendesak pemerintah utk melakukan sesuatu.
"Bahkan Kedutaan Besar Australia dan hal-hal yang berbau Australia akan menjadi target untuk didemo oleh publik di Indonesia," kata dia.
Sebelumnya, Pemerintah Australia pada Selasa (11/12) menggelar sidang kabinet untuk membahas apakah pihaknya akan memindahkan kedutaan dari Tel Aviv ke Yerusalem di Israel, kata dua sumber yang mengetahui pembicaraan itu.
Jika itu terjadi, maka keputusan untuk memindahkan Kedutaan Besar Australia ke Yerusalem akan menjadi perubahan kebijakan yang sebelumnya dianut Australia selama beberapa dasawarsa.
Sebagaimana dilansir Antara, pemindahan kedutaan ke Yerusalem juga bisa membuat marah negara-negara tetangganya di Asia.
"Kabinet bertemu hari ini dan masalah pemindahan kedutaan (Australia di) Israel dibicarakan. Keputusan masih belum diambil," kata salah satu sumber. Para narasumber tidak mau disebutkan jati dirinya dengan alasan bahwa mereka tidak memiliki kewenangan untuk berbicara kepada media.
Perdana Menteri Australia Scott Morrison pada Oktober menyatakan pihaknya "terbuka" untuk memindahkan kedutaan ke Yerusalem untuk mengikuti langkah Presiden Amerika Serikat Donald Trump.(*)
Baca berita menarik lainnya dalam artikel: Diperiksa KPK Terkait Meikarta, Deddy Mizwar Mengaku Selalu Lapor Presiden Jokowi
Bagikan
Berita Terkait
Israel Langgar Gencatan Senjata, DPR Minta Pemerintah Indonesia Lantang Bersuara
Presiden Prabowo Sudah Bilang Siap! Gaza Tunggu Kedatangan Pasukan Garuda
Prabowo Subianto Tegaskan Gencatan Senjata KTT Gaza Awal Perdamaian Menyeluruh di Palestina
Gencatan Senjata Mulai Berlaku, Ribuan Pengungsi Palestina Kembali ke Gaza
20 Poin Proposal Gencatan Senjata Gaza dari Trump Hanya Wakili Kepentingan AS dan Israel
Presiden Prabowo Siap Kirim 20 Ribu Pasukan ke Gaza, DPR: Wujud Nyata Amanat Konstitusi
[HOAKS atau FAKTA]: Israel Ajak Indonesia Perang karena Sering ‘Berisik’ soal Invasi Palestina
Israel Mau Relokasi Paksa Warga Gaza Utara, Komisi I DPR: Bertentangan dengan Prinsip Kemanusiaan
Madonna Desak Paus Leo Datangi Gaza: Hentikan Perang dan Penderitaan Anak Kecil Tak Berdosa
2 Ribu Warga Gaza Akan Ditempatkan di Pulau Galang, Bersifat Evakuasi dan Dipulangkan jika Sembuh