Hati-hati Berdampak pada Kesehatan Mental jika Anda Suka Flexing

Frengky AruanFrengky Aruan - Selasa, 08 Oktober 2024
Hati-hati Berdampak pada Kesehatan Mental jika Anda Suka Flexing

Perhiasan. (foto: freepik/freepik)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

MerahPutih.com - Pamer alias flexing dengan tujuan untuk memukau kesan orang pada diri sendiri, bisa jadi masalah gangguan kesehatan mental. Maka dari itu hati-hatilah ketika hendak flexing.

Menurut laman programdoctorpbuin.org, flexing sebagai kategori gangguan kesehatan mental apabila seseorang menunjukkan tingkat perilaku yang sangat tinggi (flexing) sampai mengganggu aktivitas, merugikan orang lain, atau mengubah persepsi masyarakat terhadap dirinya. Hal tersebut mungkin tergolong sebagai masalah.

Flexing sendiri istilah yang santer dialamatkan pada orang yang ingin mencuri perhatian publik melalui barang, jabatan, kekayaannya. Seseorang bisa memamerkan pakaian, tubuh, gaya hidup, mobil, rumah, atau segala hal yang dianggap penting bagi ego seseorang secara terbuka. Sikap “pamer” ini dilakukan di depan orang lain. Dengan harapan orang memikirkan dengan cara tertentu.

Perilaku flexing sering kali sebagai upaya untuk memperlihatkan keberhasilan dan prestise seseorang dalam masyarakat, meskipun beberapa orang juga melakukannya untuk meningkatkan rasa percaya diri mereka. Selain itu, pamer ini untuk mendapatkan pengakuan atau penghormatan.

Flexing dapat berdampak negatif pada kesehatan mental. Dilansir dari laman wecare.id, ada empat hal yang ditimbulkan dari flexing:

1. Menurunkan harga diri

Hal tersebut terjadi karena seseorang menggantungkan identitasnya pada pengakuan orang. Jika upaya flexing-nya dianggap gagal karena tidak memukau kesan orang lain atas dirinya, risikonya mengalami penurunan harga diri alias penghargaan dirinya rendah. Sebab flexing memiliki standar semu untuk membuat orang terkesan atau tidak.

2. Meningkatkan stres

Ini terkait dengan ekspektasi. Ketika seseorang suka flexing, otomatis ia berusaha mati-matian untuk menjaga citra positif dan memamerkan kesuksesan atau kekayaannya.

Dengan standar itu, maka timbullah tekanan dan stres yang berlebihan, terutama jika seseorang merasa perlu terus mempertahankan citra yang telah dibangun.

3. Menimbulkan kecemasan sosial

Kebiasaan atau rutinitas orang yang suka flexing membuatnya terus-menerus memamerkan kesuksesan atau kekayaan. Mungkin merasa perlu untuk terus mempertahankan citra positif mereka di hadapan orang lain. Ketika ia tidak bisa menampilkan hal-hal baru untuk membuat kesan baru, maka muncullah kecemasan sosial.

Seseorang jadi takut untuk dicemooh, tidak suka mendengarkan kritik. Akhirnya cemas tak berkesudahan.

4. Meningkatkan ketidakpuasan diri

Selalu ingin menunjukan sisi hebat membuat orang jadi tidak pernah puas diri. Padahal jika dibandingkan, pencapaian yang sudah didapatkan hari ini jauh lebih unggul dari orang sekitarnya.

Namun karena terlalu candu untuk mendapatkan kesan orang lain, seseorang akan melihat dirinya selalu kurang dan berakhir tidak puas diri. (Tka)

#Flexing #Kesehatan Mental
Bagikan
Ditulis Oleh

Tika Ayu

Berita Terkait

Indonesia
2 Juta Anak Alami Gangguan Kesehatan Mental, Kemenkes Buka Layanan healing 119.id Cegah Potensi Bunuh Diri
Kemenkes membuka layanan healing 119.id bagi warga yang mengalami stres, depresi atau memiliki keinginan bunuh diri.
Wisnu Cipto - Kamis, 30 Oktober 2025
2 Juta Anak Alami Gangguan Kesehatan Mental, Kemenkes Buka Layanan healing 119.id Cegah Potensi Bunuh Diri
Indonesia
Hasil Cek Kesehatan Gratis: 2 Juta Anak Indonesia Alami Gangguan Kesehatan Mental
Tercatat, ada sekitar 20 juta rakyat Indonesia didiagnosis mengalami gangguan kesehatan mental dari data pemeriksaan kesehatan jiwa gratis yang dilakukan.
Wisnu Cipto - Kamis, 30 Oktober 2025
Hasil Cek Kesehatan Gratis: 2 Juta Anak Indonesia Alami Gangguan Kesehatan Mental
Dunia
Ibu Negara Prancis Brigitte Macron Disebut Kena Gangguan Kecemasan karena Dituduh sebagai Laki-Laki
Sepuluh terdakwa menyebarkan apa yang oleh jaksa digambarkan sebagai ‘komentar jahat’ mengenai gender dan seksualitas Brigitte.
Dwi Astarini - Kamis, 30 Oktober 2025
  Ibu Negara Prancis Brigitte Macron Disebut Kena Gangguan Kecemasan karena Dituduh sebagai Laki-Laki
Fun
Self-Care Menjadi Ruang Ekspresi dan Refleksi bagi Perempuan, Penting untuk Jaga Kesehatan Mental
Merawat diri tidak lagi sekadar urusan penampilan fisik, tetapi juga menjadi sarana penting untuk menjaga kesehatan mental dan keseimbangan emosional.
Dwi Astarini - Senin, 13 Oktober 2025
Self-Care Menjadi Ruang Ekspresi dan Refleksi bagi Perempuan, Penting untuk Jaga Kesehatan Mental
Lifestyle
The Everyday Escape, 15 Menit Bergerak untuk Tingkatkan Suasana Hati
Hanya dengan 15 menit 9 detik gerakan sederhana setiap hari, partisipan mengalami peningkatan suasana hati 21 persen lebih tinggi jika dibandingkan ikut wellness retreat.
Dwi Astarini - Senin, 13 Oktober 2025
The Everyday Escape, 15 Menit Bergerak untuk Tingkatkan Suasana Hati
Indonesia
Bergaya Hedon di Medsos, Sekel Petojo Selatan Langsung Bebas Tugas Sementara
Sekel Petojo Selatan saat ini dalam proses pemeriksaan.
Dwi Astarini - Jumat, 10 Oktober 2025
Bergaya Hedon di Medsos, Sekel Petojo Selatan Langsung Bebas Tugas Sementara
Indonesia
Smart Posyandu Difokuskan untuk Kesehatan Jiwa Ibu setelah Melahirkan
Posyandu Ramah Kesehatan Jiwa diperkuat untuk mewujudkan generasi yang sehat fisik dan mental.
Dwi Astarini - Senin, 06 Oktober 2025
Smart Posyandu Difokuskan untuk Kesehatan Jiwa Ibu setelah Melahirkan
Indonesia
Mendagri Ingatkan Kelapa Daerah Tidak Flexing dan Arogan, Timbukan Keresahan Rakyat
Kepala daerah dan pejabat di lingkungan Kemendagri untuk tidak membuat kegiatan mewah yang terkesan pemborosan.
Alwan Ridha Ramdani - Selasa, 23 September 2025
Mendagri Ingatkan Kelapa Daerah Tidak Flexing dan Arogan, Timbukan Keresahan Rakyat
Lifestyle
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Stres dapat bermanifestasi pada gangguan di permukaan kulit.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Indonesia
Mendagri Larang Pejabat Pamer Kekayaan hingga Gelar Pesta Mewah, Cuma Bisa Picu Provokasi
Menteri Dalam Negeri, Tito Karnavian, melarang pejabat memamerkan kekayaan hingga menggelar pesta mewah. Hal itu dianggap hanya bisa memicu provokasi.
Soffi Amira - Selasa, 02 September 2025
Mendagri Larang Pejabat Pamer Kekayaan hingga Gelar Pesta Mewah, Cuma Bisa Picu Provokasi
Bagikan