Hal Yang Harus Diperhatikan Pascaoperasi Agar Tidak Menimbulkan Infeksi


Infeksi pascaoperasi (Sumber: Pexels/Anna Shvets)
DALAM prosedur operasi, salah satu insiden yang bisa terjadi pascaoperasi ialah infeksi daerah operasi (IDO). IDO akan memperlambat proses pemulihan pascaoperasi. Kemungkinan terburuknya ialah bisa menyebabkan infeksi lainnya. IDO masih merupakan masalah serius dan menjadi tantangan bagi spesialis bedah di negara berkembang. Di negara berkembang, IDO terjadi 8 persen-30 persen dari semua pasien yang menjalani prosedur bedah. Kondisi ini menjadi penyebab signifikan morbiditas dan mortalitas setelah operasi. Bagi para dokter spesialis bedah, khususnya di negara berkembang, IDO hingga kini masih menjadi masalah serius dan penuh tantangan disebabkan resistensi antibiotik yang tinggi.
Dokter spesialis bedah saraf konsultan & Ketua Ikatan Dokter Spesialis Bedah Indonesia (IKABI) Prof Dr dr Andi Asadul Islam, SpBS(K), mengemukakan insiden IDO di Indonesia bervariasi 2 persen-18 persen di 2011. Laporan dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo pada 2013 menyebutkan insiden IDO pada bedah abdomen sebesar 7,2 persen dan pada 2020 dilaporkan 3,4 persen. "Data pelaporan insiden IDO di Indonesia masih perlu ditingkatkan. IDO menyebabkan kematian tiga kali lipat lebih tinggi dan beban biaya yang lebih tinggi karena durasi rawat inap yang signifikan lebih tinggi dan diperlukannya intervensi medis tambahan seperti misalnya operasi ulang akibat IDO," urainya.
BACA JUGA:

Untuk mencegah kerugian akibat IDO dan memperlambat laju resistensi antibiotik, diperlukan langkah-langkah strategis dari berbagai sektor kesehatan. "Di bawah naungan pemerintah terutama Kementerian Kesehatan diharapkan adanya pendekatan holistik untuk meningkatkan kesadaran, kepedulian, dan tanggung jawab profesi dokter terutama bagi dokter spesialis yang melakukan pembedahan tentang pencegahan IDO dan tatalaksana yang tepat berbasis bukti ilmiah yang spesifik karakteristik Indonesia,” lanjut Prof. Andi Asadul.
Untuk mendobrak hambatan terkait dengan pencegahan dan penanganan IDO. Dr. dr. Warsinggih, Sp.B-KBD, Dokter Spesialis Bedah Konsultan Bedah Digestif & Tim penyusun CPG IDO menjelaskan beberapa faktor yang berhubungan dengan IDO yang saling mempengaruhi satu dengan lainnya. "Faktor risiko tersebut adalah risiko pada penderita terutama dengan komorbid, meliputi hiperglikemia (tingginya kadar glukosa darah yang tidak terkendali), gizi buruk, obesitas, gangguan sirkulasi iskemia (kekurangan suplai oksigen ke organ atau jaringan),
hipoksia (kekurangan oksigen dalam jaringan), dan hipotermia (suhu tubuh rendah)," tutur Warsinggih.

Obesitas merupakan faktor risiko utama sejumlah penyakit yang dapat mempengaruhi keberhasilan operasi.
Peningkatan obesitas di Indonesia terjadi signifikan yakni sebesar 14,8% pada data Riskesdas 2013 dan
menjadi 21.8% pada Riskedas 2018. "Seseorang dengan obesitas memiliki kemungkinan terpapar IDO
sebesar 1.1 – 4.4 kali lipat," ujar Warsinggih.
Penyebabnya pun beragam. Antara lain karena peningkatan massa lemak yang mengakibatkan lemahnya sistim imun sehingga pasien rentan terhadap infeksi. "Selain faktor risiko pada penderita, di dalam CPG - IDO ini terdapat juga faktor risiko mikroorganisme dan faktor lingkungan ruang operasi serta personil bedah yang dapat diminimalisir untuk menurunkan kejadian IDO.”
Untuk hasil operasi yang maksimal, semua spesialis bedah yang terlibat dalam perawatan luka pascaoperasi harus memahami dan melakukan pengawasan dalam proses penyembuhan luka operasi termasuk pemilihan balutan pascabedah. "Terkait tatalaksana pascabedah, CPG IDO mengeluarkan rekomendasi antara lain melakukan penggantian balutan dan membersihkan luka 48 jam pascabedah dan melakukan perawatan luka menggunakan balutan interaktif (modern dressing, advanced dressing) yang dilakukan secara selektif dan sesuai indikasi,” jelas Warsinggih.
Terkait perawatan luka paska operasi, Warsinggih menekankan pentingnya menjelaskan kepada pasien atau keluarganya untuk menjaga kondisi luka operasi agar tetap terjaga dengan baik. "Untuk penyembuhan yang optima beberapa hal dapat dilakukan yaitu pertama, ikuti dengan seksama petunjuk penggunaan obat yang diberikan Dokter dan konsumsi makanan dan minuman yang bergizi. Kedua, jangan dikelupas apabila terdapat bagian luka yang gatal atau kering. Biasanya relatif aman untuk mandi setelah 48 jam pascabedah, bila luka operasi ditutup menggunakan balutan / perban yang tahan air (waterproof). Ketiga, jika diperbolehkan untuk mengganti balutan / perban sendiri, cuci tangan dengan sabun terlebih dahulu dan usahakan tidak menyentuh area luka operasi. Pasang perban secara hati-hati, jangan menyentuh bagian dalam dari balutan, dan tidak mengoleskan krim antiseptik di bawah balutan/perban. Terakhir, jika ada kecurigaan pada luka, misalnya bertambah nyeri, atau berbau tidak sedap, segera konsultasikan kepada Dokter atau tenaga medis lainnya”
urainya.
Menurut Warsinggih, IDO dapat terjadi dalam kurun waktu 30 hari paska bedah bahkan 1 tahun bila menggunakan implant.
Bagikan
Berita Terkait
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong

Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut

Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat

Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular

Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran

Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar

Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional

Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa

Periksakan ke Dokter jika Vertigo Sering Kambuh Disertai Gejala Lain, Bisa Jadi Penanda Stroke

Iuran BPJS Kesehatan Bakal Naik, Alasanya Tambah Jumlah Peserta Penerima Bantuan Iuran
