Gamers Perempuan Berjuang Lawan Stigma Merendahkan di Pertandingan E-Sports


Yang masih dianggap asing, bila para pemainnya terdiri dari perempuan. (Foto: Pexels/Rodnae Productions)
MOBILE Legend, Free Fire, dan Valorant tak asing lagi di kalangan penggemar gim. Yang masih dianggap asing, bila para pemainnya terdiri dari perempuan. Bukan laki-laki. Gim ini kadung dianggap identik dengan lelaki. Padahal aslinya tak begitu.
Filia Shine, atau akrab disapa Lia, salah satu perempuan yang juga suka bermain gim daring. Ia tak hanya bermain gim seperti banyak orang untuk sekadar kesenangan, tapi juga mampu membawa dirinya bersaing dalam kompetisi gim daring atau E-Sports.
Lia adalah atlet E-Sports. Suatu profesi yang tak diperoleh dalam sekejap. Dia tergabung dalam klub Dewa United E-Sports. Klub ini biasa mengikuti kompetisi gim daring seperti Mobile Legend, PUBG, Valorant, Free Fire, dan lain-lain.
Baca juga:
Hari Perempuan Internasional 2023, Inovasi dan Teknologi untuk Kesetaraan Gender

Lia menyadari gim daring masih terlalu identik dengan lelaki, sedangkan perempuan pemain gamers kerap direndahkan. Dia pernah mengalaminya langsung.
"Kalau Valorant itu ada team mate, ya. Kalau lagi public, ada aja, ya, bilang main jelek, ada yang suka bilang 'pantesan cupu, tahunya yang main cewek', gitu," ujar Lia kepada Merahputih.com melalui Discord, Senin (6/3).
Menurut Lia, sebenarnya di gim pertandingan daring jenis apa pun pasti selalu ada saja yang merendahkan perempuan saat pertandingan berlangsung. Lia sering mematikan fitur obrolan untuk meminimalisasi tindakan dan ucapan yang tidak enak dari team mate-nya. Terlebih saat bermain PUBG atau Mobile Legend Lia lebih sering bermain bersama temannya-temannya.
Baru-baru ini muncul sebuah safe space (ruang aman) yang menjadi komunitas bagi para perempuan pemain gim daring. Di tempat ini lah mereka bisa berkeluh kesah. Lia mengetahui hal tersebut dan merasa bangga dengan adanya komunitas tersebut.
"Aku senang kalau sekarang cewek-cewek pada lebih speak up, dan lihat temen-temen aku yang speak up" tutur Lia.
Baca juga:
Lia relatif masih tergolong pemain muda, tapi sudah punya cukup pengalaman bermain di berbagai kompetisi. Awalnya dia bermain hanya iseng. Khusus untuk Valorant, Lia hanya butuh waktu satu setengah tahun agar dapat bergabung ke dalam tim E-Sports Valorant sebagai initiator di Dewa United E-Sports.
Saat ini, Lia dan tim sedang mempersiapkan diri untuk kompetisi E-Sports internasional yang pesertanya terdiri dari berbagai tim mancanegara.
Menyambut Hari Perempuan Internasional, Lia berharap para perempuan pemain gim dapat memiliki tim yang saling menguatkan untuk menghadapi stigma merendahkan. (mro)
Baca juga:
Bagikan
Hendaru Tri Hanggoro
Berita Terkait
Hari Perempuan Internasional 2025, Koalisi Perempuan Indonesia Minta Pemeriksaan Serius Terhadap Anggota Parlemen yang Misoginis dan Diskriminatif

International Women's Day 2025, Seruan Global untuk Aksi dan Kesetaraan

Daftar Lengkap Hari Besar Maret 2025: Dari Sejarah Indonesia hingga Isu Dunia

Perempuan Papua Harus Berani Bersuara

UN Women Sebut Pentingnya Pemberdayaan Perempuan untuk Berkomitmen dalam SDGs

Renungan Hari Perempuan Internasional: 69.000 Perempuan di Gaza Teraniaya

Hari Perempuan Internasional, Kisah Dua Perempuan Indonesia Bangkitkan Industri Wisata

Alasan Dunia Masih Merayakan Hari Perempuan

Perempuan Berhak Berpakaian Nyaman dan Berkualitas

Patahkan Stereotipe, Perempuan Ambil Bagian dalam Hobi Bermotor
