Everest Terancam Limbah dari Pendaki


Gunung Everest menyimpan limbah dari pendaki. (Foto: Instagram@alexbari91)
LIMBAH yang ditinggalkan oleh pendaki Gunung Everest mengancam ketersediaan air minum bagi masyarakat setempat. Popularitas gunung tertinggi di dunia telah membuat pemerintah Nepal harus membersihkan sejumlah besar sampah yang ditinggalkan dari tenda hingga kotoran manusia.
Diperkirakan ada sekitar 700 pendaki, pemandu dan porter yang mendaki puncak musim ini demi menciptakan operasi raksasa untuk organisasi pemerintahan, Sherpa yang bekerja dalam upaya pembersihan ini.
Baca Juga:

Banyak pendaki yang meninggalkan tenda mereka di puncak Gunung Everest karena ketinggian, kadar oksigen, dan lereng es licin yang berbahaya serta cuaca buruk di South Col, membuat para pendaki sulit untuk membawa hal-hal besar seperti tenda saat turun ke bawah.
Pendaki yang kelelahan berjuang untuk bernapas dan berjuang melawan mual dengan meninggalkan tenda mereka. Tenda sekarang mengotori South Col atau Camp 4, yang terletak pada perkemahan tertinggi di Everest, yaitu 8 ribu meter tepat di bawah puncak Everest yang memiliki tinggi 8.848 meter.
Mengutip dari Evening Standard, Sherpa mengatakan logo di tenda yang tertanam es telah sengaja dirobek sehingga pelakunya tidak dapat terdeteksi. Mereka juga membutuhkan waktu satu jam hanya untuk menggali satu tenda dari es beku dan menurunkannya.
Sherpa memperkirakan 30 tenda telah ditinggalkan di South Col, dan sebanyak 5 ribu kg sampah lainnya. Angin kencang di ketinggian itu juga telah mencerai-beraikan tenda dan sampah di mana-mana. Pendaki juga meninggalkan tabung oksigen kosong mereka, kemasan makanan dan tali bekas.
Juru kampanye yang membersihkan Camp Two, dua tingkat lebih tinggi dari base camp, memperkirakan hampir 8 ribu kg kotoran manusia ditinggalkan di puncak gunung Everest. Beberapa pendaki tidak menggunakan toilet darurat, melainkan menggali lubang di salju dan mengubur kotoran mereka ke tanah. Kotoran yang meluap kemudian tumpah menurun menuju Base Camp dan bahkan mengancam masyarakat di bawah gunung.
Orang-orang yang tinggal di Base Camp menggunakan salju yang meleleh untuk minum air, tetapi sekarang mereka takut kontaminasi. Dawa Steven dari Sherpa yang memimpin pembersihan independen dalam kampanyenya untuk membersihkan Gunung Everest selama 12 tahun terakhir.
Ekspedisinya sendiri telah menurunkan sekitar 20 ribu kg sampah sejak 2008. Menurutnya tidak mungkin untuk mengetahui dengan tepat berapa banyak sampah yang tersebar di Everest karena sampah hanya bisa terlihat ketika salju mencair.
Baca Juga:
Peneliti Temukan Filter Canggih Untuk Bersihkan Air dengan Cepat

John All, profesor ilmu lingkungan di Western Washington University yang mengunjungi Everest dalam sebuah ekspedisi penelitian, mengatakan “Selama ekspedisi kami ke Camp 2, delapan dari 10 tim Sherpa kami mendapat penyakit perut dari kualitas air yang buruk di Camp 2."
Bagi orang Nepal yang menganggap gunung itu sebagai "Sagarmatha" atau Mother Earth, membuang sampah sembarangan sama saja dengan penodaan. Pendaki Nima Doma, yang baru saja kembali dari pendakian yang sukses, marah ketika dia menganggap bahwa gunung suci sedang dijadikan tempat pembuangan sampah. Dia berkata "Everest adalah dewa kami dan sangat menyedihkan melihat dewa kami begitu kotor. Bagaimana orang bisa membuang sampah mereka di tempat suci seperti itu?"
Masih mengutip dari Evening Standard, Ang Dorjee yang mengepalai Komite Pengendalian Polusi Everest independen, telah menuntut agar pemerintah Nepal harus mengembangkan beberapa aturan.
"Masalahnya adalah tidak ada peraturan tentang cara membuang kotoran manusia. Beberapa pendaki menggunakan tas biodegradable yang memiliki enzim yang menguraikan kotoran manusia, tetapi kebanyakan dari mereka tidak," katanya.
Menurutnya hal ini terjadi karena tas-tas itu mahal dan harus diimpor dari Amerika Serikat. Asosiasi mengatakan pemerintah harus mengamanatkan penggunaan tas biodegradable. Ini akan menghindarkan Dorjee dan timnya dari tugas untuk mengumpulkan limbah dan membawanya menuruni lereng yang berbahaya.
Pemerintah Nepal saat ini sedang membuat rencana untuk memindai dan menandai peralatan para pendaki. Semua pendaki harus menyetor sekitar Rp 60 juta sebelum mendaki dan mungkin tidak akan mendapatkan uang mereka kembali jika mereka kembali tanpa barang-barang mereka. (Tel)
Baca Juga:
Bagikan
Berita Terkait
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong

Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut

Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat

Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular

Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran

Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar

Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional

Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa

Periksakan ke Dokter jika Vertigo Sering Kambuh Disertai Gejala Lain, Bisa Jadi Penanda Stroke

Iuran BPJS Kesehatan Bakal Naik, Alasanya Tambah Jumlah Peserta Penerima Bantuan Iuran
