Evaluasi Masih Bobrok, Legislator PKS Ingatkan MBG Berpotensi Jadi 'IKN Jilid 2'
Dapur atau Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) MBG. (Foto: MerahPutih.com/Didik)
MerahPutih.com - Anggota DPR RI Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Mardani Ali Sera, menyuarakan kekhawatiran mendalamnya soal rencana alokasi anggaran fantastis untuk Program Makan Bergizi Gratis (MBG).
Ia bahkan memprediksi program unggulan Presiden RI, Prabowo Subianto ini, berpotensi senasib dengan proyek Ibu Kota Nusantara (IKN) jika tidak dilakukan evaluasi secara ekstrem.
Mardani menyebutkan, bahwa kesamaan antara kedua program tersebut terletak pada besarnya dana yang dikeluarkan, tetapi dampaknya masih minim terhadap peningkatan kesejahteraan rakyat.
Kekhawatiran ini muncul seiring penetapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2026, di mana anggaran pendidikan mencapai Rp 757,8 triliun.
Baca juga:
Menkeu Purbaya tak Gentar dengan Ultimatum Luhut, Tetap Potong Anggaran MBG
Secara spesifik, hampir separuh dari anggaran tersebut, yakni sekitar Rp 335 triliun, yang dialokasikan untuk mendukung Program MBG.
"Rp 335 triliun itu luar biasa besarnya. Dia akan terbuang dan lagi-lagi akan seperti IKN Jilid berikutnya kalau kita tidak berani mengevaluasi secara kejam, secara brutal, bahwa standar terbaik itu harus dilakukan," tegas Mardani dalam keterangannya di Jakarta, Senin (6/10).
Menurutnya, agar dana besar tersebut tidak sia-sia, langkah-langkah kritis harus segera diambil, termasuk memberantas korupsi dan memperketat pengawasan.
Mardani pun menawarkan pendekatan terbaik untuk mengelola Program MBG, yaitu melalui desentralisasi dan kolaborasi dengan pihak sekolah.
Baca juga:
Perbaiki Tata, Kelola 5 Ribu Sertifikat Halal Dapur MBG Segera Diproses
"Cara paling baik desentralisasi dan kolaborasi dengan sekolah. Jadikan ini adalah bagian dari kepedulian kita kepada sekolah, kepada pendidikan, termasuk menggerakkan ekonomi rakyat," ujarnya.
Ia menambahkan, bahwa niat Program MBG akan menjadi "super baik" jika dikelola dengan cara yang benar, dengan melibatkan metode, pendekatan, orang, dan sistem yang baik.
Mardani menutup pernyataannya dengan dorongan untuk berani mengevaluasi secara "kejam dan brutal," karena hasil dari pengelolaan program ini akan menentukan masa depan bangsa, apakah Indonesia akan mencapai "Indonesia Emas atau Indonesia Cemas." (Pon)
Bagikan
Ponco Sulaksono
Berita Terkait
Makan Bergizi Gratis Diklaim Tidak Berpengaruh ke Lonjakan Harga Pangan, Kenaikan Akibat Hujan
Rhoma Irama di RDPU Baleg DPR: Indonesia Kaya Seni, Tapi Pemerintah Belum Hadir Optimal
Badan Legislasi DPR Rapat dengan Raja Dangdut Rhoma Irama, Bahas Revisi UU Hak Cipta
Prabowo Bakal Resmikan Kilang Terbesar di Indonesia, Bisa Produksi 2 Juta Barel Minyak
Gunung Semeru Erupsi, DPR Minta Pemerintah Gerak Cepat Kurangi Risiko Bencana
Prabowo Larang Siswa Sambut Kedatangannya, Pimpinan Komisi X DPR: Biar Bisa Fokus Belajar
[HOAKS atau FAKTA]: Prabowo Larang Jokowi Bepergian ke Luar Negeri terkait Kasus Ijazah Palsu
KPK Harap KUHAP Baru tak Ubah Kewenangannya dalam Memberantas Korupsi
Koalisi Sipil Kritik Pengesahan RUU KUHAP, Dinilai Manipulatif dan Pasal Rentan Kriminalisasi
Tanggapi Ramai Hoaks KUHAP, Ketua Komisi III DPR Tegaskan Tugasnya untuk Meluruskan