Epidemiolog UGM Buka-bukaan Risiko Bom Waktu Pelonggaran PSBB
Epidemiolog UGM Riris Andono Ahmad. Foto: MP/Teresa Ika
MerahPutih.com - Pemerintah pusat dan beberapa pemerintah daerah berencana melonggarkan aturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) pada awal bulan Juni. Pelonggaran ini berisiko menjadi bom waktu lonjakan besar jumlah pasien COVID-19 baik PDP maupun positif.
Epidemiolog Universitas Gadjah Mada (UGM) Riris Andono Ahmad mengatakan kurva jumlah pasien positif bisa bertambah karena sulitnya dilakukan pengendalian.
Baca Juga
Legislator PDIP Ibaratkan New Normal Tanpa Persiapan Kontes Seleksi Alam
"Secara umum bisa mempersulit pengendalian. Sebab, masyarakat belum sepenuhnya patuh dan mau mengikuti prosedur kesehatan pencegahan covid seperti menjaga jarak lewat physical distancing, menggunakan masker dan sering mencuci tangan bila sudah memegang sesuatu di luar rumah," kata Riris Andono Ahmad kepada wartawan, Jumat (29/5).
Riris menyarankan agar pemerintah mengikuti aturan dan kriteria yang diterapkan oleh WHO tentang persyaratan yang harus dipenuhi untuk melakukan pelonggaran PSBB.
"Ada beberapa kritéria dari WHO. Seperti penularan itu harus sudah terkendali, sistem kesehatan siap dan pemahaman masyarakat yang baik maka pelonggaran bisa dilakukan,” ujarnya.
Selain itu demi menekan kenaikan jumlah pasien COVID-19, aparat dilapangan diminta meningkatkan ketegasan dan pengawasan, protokol kesehatan sehari-hari. Pasalnya selama ini ia melihat masih banyak masyarakat yang belum disiplin mengikuti protokol kesehatan.
Ia juga mengusulkan pemerintah melakuan skrining dan menyediakan fasilitas karantina yang memadai sebelum kembali membuka sekolah dan pusat perbelanjaan.
Selama masa pandemi ini media penularan COVID-19 banyak terjadi di pasar, pertokoan, pusat keramaian dan sarana transportasi.
Baca Juga
Dari laporan tim Gugus COVID-19 nasional, Riris menilai jumlah pasien COVID-19, jumlah PDP dan ODP secara keseluruhan terus bertambah dari hari ke hari. Namun saat ini beberapa daerah terjadi kecenderungan penurunan penularan COVID-19. (*)
Berita ini merupakan laporan Teresa Ika, kontributor merahputih.com untuk wilayah Yogyakarta dan sekitarny
Bagikan
Patricia Pur Dara Vicka
Berita Terkait
[HOAKS atau FAKTA] : Jokowi Pilih Langsung Rektor UGM untuk Beking Dirinya dari Tudingan Ijazah Palsu
Guru Besar UGM Usul Sistem Baru Agar Perceraian Tak Jadi Ajang Buka Aib Suami-Istri dan Saling Menyalahkan di Pengadilan
Penanganan Penyakit Tuberculosis Bakal Contoh Pola Pandemi COVID-19
Kasus ISPA di Jakarta Naik Gara-Gara Cuaca, Warga Diminta Langsung ke Faskes Jika Ada Gejala
UGM Nonaktifkan Status Mahasiswa Dwi Hartono Tersangka Otak Pembunuhan Kepala Cabang BRI
Ciri-Ciri dan Risiko Warga Yang Alami Long COVID
[HOAKS atau FAKTA]: Polisi dan Kejaksaan Periksa semua Orang yang Ikut Temu Alumni UGM bersama Jokowi
Kunjungi Fakultas Kehutanan UGM, Jokowi Mau Reuni dengan Teman Kuliah
Kemenlu Ungkap Diplomat Arya Daru Pernah Hadapi Bahaya di Turki dan Iran Hingga Saksi Kasus TPPO di Jepang
Diplomat Muda Tewas Dilakban di Kamar Kos, UGM Selaku Almamater Angkat Suara