Epidemiolog Ingatkan Pemerintah Mitigasi Mudik dari Sekarang


Dokumentasi - Calon penumpang bersiap naik bus di Terminal Kalideres, Jakarta, Rabu (22-4-2020). (ANTARA FOTO/Fauzan/wsj).
MerahPutih.com - Bulan Ramadan sebentar lagi datang dan disusul musim mudik Lebaran. Pada tahun-tahun sebelumnya, ada pembatasan dan larangan mudik Lebaran untuk mencegah penularan COVID-19.
Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman mengatakan, mitigasi penularan COVID-19 di masa mudik Lebaran perlu diterapkan dari sekarang untuk mengantisipasi potensi lonjakan kasus.
"Kebijakan-kebijakan menjelang bulan puasa sebaiknya harus dari sekarang karena itu namanya bagian dari mitigasi. Kalau mepet, ya tidak efektif dan kita berarti tidak belajar dari dua periode sebelumnya," kata Dicky Budiman di Jakarta, Senin (14/3).
Baca Juga:
Kemenhub: Belum Ada Putusan Boleh Tidaknya Mudik 2022
Ia mengatakan, Indonesia telah melampaui puncak kasus di periode Omicron pada Februari 2022 yang ditandai dengan penurunan laju kasus. Tapi Omicron bukan varian terakhir corona, sehingga masih berpotensi terjadi gelombang susulan akibat mobilitas masyarakat yang tidak terkendali.
Namun, jika masyarakat konsisten dengan strategi 3M (menjaga jarak, memakai masker dan mencuci tangan) serta diperkuat dengan 3T (testing, tracing dan treatment) maka Indonesia akan lebih siap ketika menghadapi varian baru yang memicu gelombang lanjutan.
"Jadi saat terjadi gelombang baru pada empat hingga enam bulan ke depan, kita jauh lebih siap dan dampaknya kecil dan ketika melakukan rangkaian aktivitas ibadah di bulan Ramadan relatif akan lebih aman kalau semua bisa membatasi diri," katanya, seperti dikutip Antara.
Baca Juga:
Tiket Kereta Mudik Lebaran 2022 Bisa Dipesan H-30
Dicky memperkirakan situasi Ramadan dan Idul Fitri tahun ini relatif jauh lebih aman dari sebelumnya. "Tapi tentu semua menyadari dan melakukan mitigasi dengan melakukan pembatasan yang harus dimulai dari kesadaran diri," katanya.
Dicky mengatakan salah satu mitigasi yang penting dilakukan adalah memperpanjang durasi PPKM di daerah.
"Saya kira PPKM ini sudah tepat dan tidak diperlukan level lebih ketat karena yang saat ini sudah kita miliki adalah dengan vaksinasi yang relatif sudah mulai merata dengan dosis satu secara umum," katanya.
Dia mendorong seluruh pihak untuk fokus pada pemenuhan dosis lengkap vaksinasi untuk memperkuat perlindungan PPKM.
"PPKM ini penting karena dia jadi payung keberhasilan dan efektivitas protokol kesehatan," katanya. (*)
Baca Juga:
Tiga Agenda Mudik Singkat Jokowi Pas Setahun Anaknya Dilantik Wali Kota Solo
Bagikan
Berita Terkait
Ciri-Ciri dan Risiko Warga Yang Alami Long COVID

Kemenkes Temukan 1 Kasus Positif COVID dari 32 Spesimen Pemeriksa

178 Orang Positif COVID-19 di RI, Jemaah Haji Pulang Batuk Pilek Wajib Cek ke Faskes Terdekat

Semua Pasien COVID-19 di Jakarta Dinyatakan Sembuh, Tren Kasus Juga Terus Menurun Drastis

Jakarta Tetap Waspada: Mengungkap Rahasia Pengendalian COVID-19 di Ibu Kota Mei 2025

KPK Minta Tolong BRI Bantu Usut Kasus Korupsi Bansos Presiden Era COVID-19

KPK Periksa 4 Orang Terkait Korupsi Bansos Presiden Era COVID-19, Ada Staf BRI

COVID-19 Melonjak, Ini Yang Dilakukan Menkes Budi Gunadi Sadikin

COVID-19 Mulai Melonjak Lagi: Dari 100 Orang Dites, Sebagian Terindikasi Positif

Terjadi Peningkatan Kasus COVID-19 di Negara Tetangga, Dinkes DKI Monitoring Rutin
