Ekonomi Sirkular dan Kampanye #BijakBerplastik, Cara Asyik Olah Plastik


Danone AQUA beberkan dampak ekonomi, lingkungan, dan sosial dari kampanye #BijakBerplastik. (Foto: Merahputih.com/Marcella)
TIGA tabung drop box berdiri di sisi kiri sebuah ruang di Kaum Restaurant, Menteng, Jakarta Pusat. Di atas tabung itu terpampang kaos putih dan jaket biru serta kuning. Di bagian dada kaos tertulis keterangan bahannya terbuat dari botol bekas yang didaur ulang.
Lalu di bagian kanan ruang, dekat panggung, berjejer beragam botol mineral bening dari berbagai ukuran. Sekilas terlihat biasa, tetapi plastik-plastik yang membentuk botol itu juga merupakan hasil kumpulan sampah botol sebelumnya yang diolah kembali.
Barang-barang tersebut menjadi salah satu bagian dari kampanye #BijakBerplastik yang digaungkan oleh Danone AQUA. Kampanye ini telah berlangsung sejak 2018 guna mendukung target capaian pemerintah untuk mengurangi sampah plastik di lautan hingga 70 persen pada 2025 atau 3 tahun dari sekarang. Kampanye ini bertopang pada tiga pilar utama.
"Yang pertama, dikumpulkan dulu sampahnya atau collection. Kedua, adalah edukasi pada konsumen terkait pengurangan sampah plastik tersebut. Kemudian adalah inovasi dari kemasan produknya," ucap Vera Galuh Sugijanto, Vice President General Secretary Danone Indonesia, Rabu (12/10).
Kampanye ini diwujudkan dalam sebuah langkah yang disebut sebagai circular economy. Di sini, AQUA sebagai salah satu produsen air mineral berkemasan plastik bertanggung jawab untuk mengumpulkan kembali plastik AQUA yang telah beredar.
Baca juga:
Ajak Masyarakat Kurangi Limbah Plastik dengan #rethinkplastic

Kampanye ini mengubah produk plastik bekas menjadi beberapa benda yang bermanfaat seperti kaos, botol mineral baru, dan jaket. (Merahputih.com/Marcella)
Sampah tersebut didaur ulang menjadi kemasan baru yang steril dan terjaga keamanannya. Plastik-plastik tersebut saat ini dikumpulkan dari banyak pemulung, bank sampah, dan pengepul yang tersebar di Jabodetabek, Bali, Jawa, serta berbagai provinsi di Indonesia.
Circular economy yang diterapkan dalam pengurangan sampah plastik ini juga menganut konsep yang sama dengan kampanye #BijakBerplastik. Dalam program ekonomi ini, masyarakat digandeng bersama untuk saling mengumpulkan sampah plastik air mineral ke pemulung, pengepul, atau pelapak.
Mereka juga diberikan edukasi terkait daur ulang sampah itu dan mengapa hal itu penting dilakukan. Terakhir, konsumen akan menyadari bagaimana sampah-sampah ini bisa jadi botol baru, pakaian, atau produk lainnya yang dapat bermanfaat bagi kehidupan serta perekonomian negara.
Dalam konferensi pers ini, Bisuk Abraham Sisungkunon, peneliti ekonomi lingkungan dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, membeberkan lebih jauh dampak positif dari kampanye pengurangan plastik tersebut terhadap sisi ekonomi, lingkungan, dan sosial Indonesia.
Dari sisi ekonomi, circular economy ini membuat masyarakat, pemerintah, dan pihak swasta saling bekerja sama untuk mengurangi sampah plastik. Pada level kecil, masyarakat yang berkontribusi akan mendapatkan benefit berupa biaya atau uang hasil kerja daur ulang, pendidikan anak, alat kerja, serta jaminan lainnya.
Baca juga:

Pengolahan sampah plastik kembali yang menjadi botol ini juga secara signifikan mengurangi biaya produksi plastik baru atau virgin plastic. Ini berdampak bagi ekonomi secara keseluruhan karena setara dengan bantuan Kartu Indonesia Pintar (KIP) bagi 453 ribu siswa di Indonesia. Pengelolaan plastik daur ulang yang melibatkan banyak pihak juga telah meningkatkan jumlah lapangan pekerjaan di Tanah Air sebanyak 40,1 ribu.
Dari segi lingkungan, pengelolaan daur ulang sampah plastik secara signifikan menurunkan aliran sampah plastik ke lautan dan tumpukan sampah di tempat pembuangan akhir (TPA) sebanyak 14 persen. Dari awal kampanye digaungkan, sampah plastik telah berhasil dikurangi menjadi 17 persen lebih sedikit.
Emisi gas karbon monoksida, salah satu gas penyebab rumah kaca, yang dikeluarkan juga jadi lebih sedikit dan setara 26 ribu kali perjalanan Jakarta ke New York.
Terakhir, dari sisi sosial, kampanye #BijakBerplastik ini jadi memberikan pemahaman lebih tentang dampak pengurangan dan pengelolaan sampah plastik. Bahkan, sekira 90 persen orang yang disurvei terkait kampanye ini turut merasakan dampak ekonominya dan memantik mereka untuk lebih aktif mengelola sampah plastik. Gaya hidup berkelanjutan seperti ini membawa dampak besar bagi perekonomian dan keberlangsungan hidup sekitar.
"Karena ekonomi ini bisa membuat masyarakat termotivasi langsung, ya (untuk turut bergabung dalam daur ulang-Red.)," jelas Dr. Ir. Nani Hendiarti, M.Sc, Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Republik Indonesia.
Kampanye #BijakBerplastik yang dilaksanakan oleh AQUA akan semakin digencarkan setelah ini. Ke depannya, AQUA akan berencana untuk semakin banyak bekerja sama dalam mengumpulkan dan mendaur ulang botol plastik ke berbagai produk yang lebih berdampak bagi lingkungan, sosial, dan ekonomi Indonesia. (mcl)
Baca juga:
Kurangi Sampah Plastik, Kertas, dan Tisu dengan Kain Serbaguna
Bagikan
Hendaru Tri Hanggoro
Berita Terkait
Gerakan ’SAPU PLASTIK’ Kumpulkan 2,5 Ton Limbah, Beri Apresiasi Pelanggan dengan Diskon 20 Persen

Menilik Koperasi Pemulung Berdaya Daur Ulang 120 Ton Sampah Botol Plastik Jadi Bernilai Ekonomis

KLH: Tidak Hanya Merusak Ekosistem, Sampah Plastik Turut Merongrong Ekonomi

Warga Jakarta Bakal Dibebaskan dari Retribusi Jika Pilah Sampah Secara Mandiri

Coldplay Rilis Vinyl dan CD 'Moon Music' dari Sampah Plastik Sungai Cisadane

Legislator Kebon Sirih Ingatkan Pembagian Daging Kurban Tak Pakai Kantong Plastik Hitam

Peneliti Sebut Kemasan Guna Ulang Bantu Kurangi Sampah Plastik

Sinergi Usaha Mikro Perempuan dengan Bank Sampah Perempuan Mikro Tingkatkan Pendapatan

Studi Tunjukkan Gelas Kertas juga Berbahaya bagi Lingkungan

Alternatif Kemasan Makanan Selain Plastik
