PPDB Daring Meminimalisasi 'Bangku Kosong' Negeri Aing


Beberapa orang tua murid masih datang langsung ke sekolah. (Foto: Instagram/smpmuhberbah)
KABAR sekolah akan menerapkan tatap muka di tahun ajaran baru 2021/2022 batal, mengingat angka COVID-19 kian meroket. Lonjakan kasus COVID-19menjadi perhatian bagi pihak sekolah dalam melakukan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB).
Terdapat empat jalur PPDB perlu kamu ketahui, jalur zonasi, afirmasi, perpindahan orang tua/wali murid, dan jalur prestasi.
PPDB online dilaksanakan dengan mengunggah beberapa dokumen pendukung untuk masuk ke tahap seleksi administrasi.
Pelaksanaan mekanisme daring sebagai tanggung jawab Pemerintah Daerah. Hal ini sebagaimana telah dijelaskan berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2019 tentang penerimaan peserta didik baru pasal 23.
Di masa pandemi ini, ternyata masih ada beberapa sekolah melakukan PPDB secara offline alias tatap muka di tempat karena sistem PPDB online masih dirasa sulit karena alasan orang tua murid gagap teknologi (gaptek).
Baca juga:

“Iya, sebenarnya sangat disayangkan juga sekolah kita harus tatap muka di tengah pandemi gini. Tapi mau gimana lagi, orang tua murid kesulitan kalau kita terapkan sistem online. Mau enggak mau mereka datang ke sekolah dan kita juga sudah menerapkan protokol kesehatan sangat ketat,” kata Nita berprofesi sebagai Tata Usaha salah satu sekolah swasta di Tangerang.
Kendala serupa juga dialami Dindik Provinsi Banten lantaran laman penerimaan PPDB mengalami gangguan. Akhirnya, orang tua siswa terkendala mendaftar secara daring diperbolehkan datang ke sekolah untuk daftar langsung.
“Sebenarnya saya lebih nyaman secara online sih, jadi semua serbadigital kan bisa lewat WhatsApp juga. Karena harus tatap muka, saya fokus ke diri saya sendiri untuk tetap menaati protokol kesehatan,” ujar Nita.
Nah kalau lagi musim PPDB seperti ini, salah satu hal perlu diwaspadai adalah rawan terjadi praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). Dari segi pemantauan PPDB daring akan memudahkan seluruh pihak memantau prosesnya secara langsung dan mendetail sehingga dapat meminimalisasi praktik KKN atau 'bangku kosong'.
Baca juga:

“Kalau di sekolah kita enggak ada penerapan ‘bangku kosong’. Jadi semua kita pukul rata dan SPP-nya juga kita ratakan semuanya. Setiap sekolah beda-beda ada, tapi di sekolah kita enggak,” ujar Nita. “Buat orang tua merasa SPP-nya terlalu tinggi, bisa mengajukan ke kepala sekolah. Nanti kita adakan survei langsung ke tempat,” lanjutnya.
Meski bukan fenomena baru, masih ada orang tua dalam proses PPDB melakukan berbagai cara demi meloloskan anaknya masuk ke sekolah favorit.
Dalam wawancaranya, anggota DPR RI dari Fraksi Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Illiza Sa’aduddin Djamal mengatakan, sekolah harus menolak jika ada intervensi dari berbagai pihak baik itu pejabat pemerintah, tingkat dinas pendidikan, atau lainnya untuk menerima atau menolak siswa tertentu.

“Sekolah tidak adil dalam proses penerimaan siswa baru akan dikenal sebagai sekolah tidak mempunyai kredibilitas,” kata Illiza dikutip Antaranews.
Sebelum Pembelajaran Tatap Muka dibatalkan lantaran lonjakan kasus COVID-19, pelaku kepentingan di bidang pendidikan telah melakukan protokol kesehatan ketat kepada seluruh peserta didik dan pendidik. Protokol tersebut tetap bisa kamu lakukan meski tetap belajar di rumah.
Pertama, ingatkan anak untuk selalu menerapkan protokol kesehatan. Demi mencegah penularan COVID-19 di, anak harus sadar akan pentingnya menerapkan protokol kesehatan. Ingatkan mereka untuk selalu mamakai masker rangkap jika harus ke luar rumah, rajin mencuci tangan menggunakan sabun dan air bersih mengalir, serta menjaga jarak minimal satu meter dengan orang lain.
Meski belajar di rumah, siapkan juga bekal makanan bergizi seperti nasi, kentang, sayur, buah, dan makanan berprotein tinggi, seperti daging tanpa lemak dan ikan. Selain itu, selipkan camilan sehat dari biji-bijian atau kacang-kacangan.
Setelah selesai sekolah, anak biasanya menghabiskan waktu bermain atau berkumpul bersama temannya. Mengingat pandemi COVID-19 belum usai, sebaiknya batasi aktivitas anak di luar rumah, kecual untuk hal penting.
Dengan melakukan berbagai persiapan untuk kembali ke sekolah, diharapkan penularan COVID-19 di lingkungan sekolah dapat dicegah semaksimal mungkin. (and)
Baca juga:
Bagikan
Andreas Pranatalta
Berita Terkait
Sekolah Rakyat Diharap Jadi Solusi Utama Pemerintah untuk Memutus Rantai Kemiskinan dan Mengurangi Angka Putus Sekolah

Atap SMKN 1 Cileungsi Ambruk Timpa 31 Siswa, Dedi Mulyadi: Dipastikan Kualitas Pembangunannya Buruk

Kurikulum Cinta di Madrasah tak Boleh hanya Sloganistik
Mensos Tidak Bakal Tolerir 3 Dosa Besar di Sekolah Rakyat, Pastikan Sanksi Tegas

Sekolah Ditargetkan Kembali Lancar di Rabu, 3 September 2025

Aksi Demonstrasi Bikin Suasana Kurang Kondusif, Beberapa Sekolah Terapkan PJJ pada Senin (1/9)

Bukan Cuma Kuliah, ITPLN dan APERTI Ingin Dorong Mahasiswa Jadi Inovator

Strategi Disdik DKI Cegah Siswa Ikut Demo, Pemberlakuan Belajar Jarak Jauh hingga Pengawasan Khusus pada Sekolah Rawan

Pemerintah Targetkan 12 Sekolah Garuda Rampung pada 2026, 4 Siap Beroperasi

JK Tekankan Generasi Muda Jika Kuliah Harus Punya Ide, Bukan Cuma Pinter Lalu Buta Arah
