Pengalaman Hibrida dari Instalasi Fisik dan Daring untuk si Kecil


Museum MACAN hadirkan Hibrida dari Instalasi Fisik dan Daring. (Foto: Museum Macan)
BAGAIMANA jadinya jika seni dan edukasi berpadu? Hal tersebut tentu melahirkan proses pembelajaran yang interaktif dan menyenangkan. Seperti yang terjadi di Museum MACAN. Bekerjasama dengan Komisi UOB, Museum MACAN mengumumkan karyaterbaru yang akan menampilkan kelompok kolektif perupa asal Indonesia, Tromarama.
Di Museum MACAN, kita akan mendapatkan pengalaman hibrida dari instalasi fisik dan daring yang dirancang eksklusif untuk anak-anak dan keluarga. Ruang Seni Anak Komisi UOB Museum MACAN kali ini diharapkan dapat mengajak anak-anak untuk membayangkan kondisi terkini dari hutan.
Baca Juga:

Dengan menggabungkan seni dan teknologi melalui sebuah instalasi digital yang imersif, karya komisi Tromarama juga diciptakan untuk meningkatkan kesadaran akan lingkungan hidup dan keanekaragaman hayati.
Sebagai kolektif perupa yang bekerja dengan teknologi, Tromarama mengeksplorasi hubungan antara manusia, alam, dan teknologi.
Karya berjudul Tromarama: The Lost Jungle, instalasi ini hadir sebagai bentuk refleksi akan kekayaan flora dan fauna di Indonesia, serta ancaman yang dihadirkan oleh kegiatan manusia terhadap lingkungan ekologis, yang dapat mengakibatkan kepunahan hewan dan tumbuhan.
Melalui The Lost Jungle atau Hutan Yang Hilang, anak-anak dan keluarga akan mendapatkan
pengalaman berupa simulasi digital secara langsung dari hutan yang merespons pada keadaan cuaca terkini di Jakarta. Ekosistem digital dan pergerakan dari makhluk yang menghuni hutan virtual yang berada di museum akan diaktivasi melalui data cuaca yang didapatkan secara real time, seperti formasi awan, intensitas hujan, dan kecepatan angin.
Karya lain yang ditampilkan adalah 40oC Fable (2021), yakni sajian video tiga kanal yang merespons pergerakan pengunjung melalui sebuah sensor gerak. Sensor ini akan menangkap gerakan pengunjung di depan layar kemudian menunjukkan bahwa kegiatan manusia membawa dampak terhadap lingkungan.
Selain itu, anak-anak dan keluarga dapat mengakses katalog digital berjudul The Lost Jungle: Fauna Archive, melalui tautan khusus, www.museummacan.org/cas/the-lost-jungle untuk mempelajari lebih lanjut mengenai hewan langka atau hewan yang telah punah. Melalui situs ini, mereka dapat menciptakan makhluk imajiner versi mereka sendiri dengan menggunakan bentuk, tekstur, dan warna yang terinspirasi dari hewan-hewan tersebut.
Makhluk imajiner yang mereka buat akan menghuni instalasi digital Tromarama: The Lost Jungle di museum. “The Lost Jungle dan 40oC Fable adalah simulasi digital interaktif yang khusus dibuat untuk Ruang Seni Anak di Museum MACAN. Kami membayangkan kembali hubungan antara manusia dan alam yang dimediasi oleh teknologi digital." ujar Tromarama.
Baca Juga:
5 Lukisan Legendaris Ini Paling Banyak Menarik Perhatian Dunia, Apa Istimewanya?

Anak-anak dan keluarga diundang untuk melihat kembali hubungan timbal balik dari ketiga elemen ini, yang berperan penting dalam membentuk ekosistem masa depan.
Lewat karya Tromarama: The Lost Jungle, Museum MACAN mengundang anak-anak dan keluarga untuk mengeksplorasi keanekaragaman hayati Indonesia yang kaya melalui sebuah hutan virtual di dalam museum, dan berpartisipasi dalammembuat makhluk imajiner sebagai penghuni baru dari hutan melalui situs The Lost Jungle.
"Ini adalah sebuah proyek spesial di mana anak-anak dapat belajar untuk dapat membangun hubungan yang mendalam dengan alam. Seiring dengan kesadaran yang meningkat akan keberlangsungan dan masa depan bumi, saya sangat bersyukur bahwa UOB sebagai Mitra Utama Pendidikan Museum MACAN, memiliki visi yang sama dan sangat mendukung pengembangan proyek ini. Kami sangat menantikan kehadiran anak-anak dan keluarga untuk mendapatkan pengalaman unik dari pameran ini,” tutur Fenessa Adikoesoemo, Ketua Yayasan Museum MACAN.
“Kita hidup di era human-centric di mana apa yang kita lakukan memiliki dampak yang merusak ekosistem alam dan lingkungan hidup. Penting bagi kita untuk menjadi lebih sadar dan paham akan konsekuensi dari tindakan kita terhadap masa depan bumi ini. Karya terbaru dari Tromarama, salah satu kolektif perupa penting Indonesia yang bekerja dengan teknologi, dibangun melalui riset mendalam dengan para ilmuwan," jelas Aaron Seeto, Direktur Museum MACAN.
Menurutnya, karya ini membebaskan anak-anak dan keluarga untuk membayangkan bagaimana mereka dapat memengaruhi lingkungan, serta bagaimana manusia saling terhubung satu sama lain melalui teknologi.
"Ini merupakan karya yang sangat luar biasa dan saya sangat senang dengan ambisi dan proporsi yang diambil oleh Tromarama pada karya komisi ini,” lanjutnya. (avia)
Baca Juga:
Bagikan
Berita Terkait
Ketua DKJ Tegaskan Perusakan Benda dan Bangunan Bersejarah Adalah Kejahatan Serius yang Melampaui Batas Kemanusiaan

Kerusakan Museum dan Cagar Budaya di Tiga Kota Jadi Kerugian Besar Bagi Bangsa, Fadli Zon Minta Pelaku Kembalikan Koleksi yang Dijarah

Airbnb & SEVENTEEN Hadirkan Pengalaman Eksklusif di Seoul, LA, dan Tokyo, Bikin Pengalaman tak hanya Konser Biasa

Cara Ramah Pulau Jeju Ingatkan Wisatawan yang Bertingkah, tak ada Hukuman

PSI Tolak Rencana Pramono Buka Ragunan hingga Malam Hari, Pertanyakan Kesiapan Fasilitas

Penyegelan Pulau Reklamasi di Perairan Gili Gede Lombok Tunggu Hasil Observasi Lapangan

Serba-serbi Gunung Tambora, Pesona Jantung Konservasi Alam Khas Indonesia Timur

Pemprov DKI Setuju dan Dukung Pendirian Musem Gus Dur di Jaksel

Korea Utara Buka Resor Pantai Baru demi Cuan di Tengah Sanksi Ketat

Tidak Perlu Ribet Isi Berbagai Aplikasi Pulang Dari Luar Negeri, Tinggal Isi ALL Indonesia
