Don't Worry be Happy


Menjadi bahagia hanya perlu menggali dari dalam diri. (Pexels/Pixabay)
HIDUP ada naik, ada turun. Berat atau ringannya tergantung pribadi masing-masing yang menyikapinya. Seperti yang dikatakan oleh oleh Bobby McFerrin dalam tembang Don't Worry be Happy (1988), membuka mata bahwa semuanya bisa menjadi bahagia pada waktunya. In every life we have some trouble, But when you worry you make it double, Don't worry, be happy.
Menjadi bahagia merupakan pilihan dan tidak berlebihan. Bahagia bukan diukur dari besar atau kecilnya proses kebahagiaannya itu. Ambil contoh anak kecil akan berteriak kegirangan ketika diperbolehkan bermain hujan. Setiap tetesan hujan yang mengenai tubuh seperti pil ekstasi yang meletupkan bom bahagia dalam tubuhnya. Atau seorang cowok yang tersenyum bahagia ketika melihat gebetannya dari kejauhan.
Baca Juga:

Kebahagiaan adalah seulas senyum yang mengembang di wajah orang terkasih. Seperti Fariz RM menggambarkannya dalam lagu Your Smile. Dia menuliskan liriknya; Your smile makes me believe on happiness is not too far beyond to reach. Betapa bahwa dengan senyuman kekasih, kebahagiaan hanya dekat saja. Menjadi bahagia itu sangat mudah.
Adalagi bahagia itu datang ketika dapat membahagiakan orang lain. Orangtua yang penuh senyum menyambut kedatangan anaknya yang pulang kembali ke rumah setelah menempuh pendidikan di luar kota. Kebahagiaan orangtua datang dari anak yang sudah kembali ke rumah dengan membawa ijazah tamat sekolah. Kebahagiaan ini tak dapat diukur dengan apapun.
Pun dengan para bucin yang merasa kurang bahagia bila melihat pujaan hatinya bersungut-sungut. Para bucin merasa bahagia bila pujaan hatinya tersenyum karena kemauannya terpenuhi. Entah makna bahagia apa ini.
Baca Juga:

Membahagiakan orang lain dapat kamun saksikan dalam film Life Is Beautiful (La vita è bella) (1997) yang disutradarai oleh Roberto Benigni. Berkisah tentang seorang ayah dan anaknya yang berada di kamp konsentrasi Nazi Jerman. Untuk tetap membuat anaknya bahagia dan menjauh dari horor di kamp itu, si ayah mengatakan bahwa mereka tengah berada dalam permainan.
Si ayah akan memberikan tugas pada anaknya dan memberikan poin. Jika poin sudah terkumpul sampai seratus, maka pemenangnya berhak mendapatkan tank. Si ayah berusaha menjaga koridor pemikiran anak tetap mengejar kebahagiaan yang ada di ujung permainan. Kekacauan terjadi karena pasukan sekutu mendekati kamp itu. Si ayah memasukan anaknya ke kotak dan mengatakan bahwa ini adalah permainan terakhir. Sayang si ayah menemui ajalnya di ujung senapan tentara Nazi. Pasukan sekutu dengan tanknya kemudian merangsek masuk ke kamp. Pada saat itu si anak keluar dari boks dan melihat tank di depannya, ternyata hadiahnya untuk dirinya. Film ini memaksa penonton untuk memikirkan konsep akhir film, sad ending atau happy ending?
Sangat sederhana sebenarnya. Kebahagian itu berada dalam diri sendiri. Kebahagiaan ditumbuhkan dari dalam diri sendiri. Bahagia bukan pilihan, bahagia itu sudah ada dalam diri sendiri. (psr)
Baca Juga:
Bagikan
Berita Terkait
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut

Menyembuhkan Luka Batin lewat Kuas dan Warna: Pelarian Artscape Hadirkan Ruang Aman untuk Gen Z Hadapi Stres

Mengenal Burnout yang Diduga Pemicu Diplomat Arya Daru Pangayunan Mengakhiri Hidupnya, ini Cara Mengatasinya

Bukan Sekadar Mood Swing Biasa! Ini Beda Bipolar dan Depresi yang Wajib Diketahui

Dinkes DKI Jakarta Ungkap 15 Persen ASN Terindikasi Memiliki Masalah Kesehatan Mental

Ingat! Depresi Bukan Aib, Jangan Resistan Terhadap Pengobatan

Mengenali Gangguan Mental Sejak Dini: Ini Perbedaan Bipolar dan Skizofrenia pada Anak dan Remaja

Apa Saja Gejala Awal Penyebab Skizofrenia Pada Anak-Anak dan Remaja

Ahli Ungkap Gejala Awal dari Gangguan Bipolar I pada Anak-Anak dan Remaja

Pelan Tapi Pasti Hempas Insecure, Ini 5 Cara Mudah Tingkatkan Kepercayaan Diri
