Dinkes Solo Usul Biaya Tes Screening Pendonor Plasma Konvalesen Dianggarkan di APBD
Kepala Unit Donor Darah PMI Kota Solo, dr. Kunti Dewi Saraswati menunjukkan alat donor plasma konvalesen di PMI Solo, Jawa Tengah. (MP/Ismail)
MerahPutih.com - Dinas Kesehatan Kota (DKK) Solo, Jawa Tengah, mengusulkan biaya tes screening pendonor plasma konvalesen agar dianggarkan dalam APBD. Hal itu dilakukan guna mendongkrak jumlah pendonor plasma konvalesen di Solo.
Kepala DKK Solo, Siti Wahyuningsih mengatakan, proses screening selama ini dibebankan kepada pasien atau pendonor plasma konvalesen. Kondisi tersebut mengakibatkan penyintas COVID-19 enggan menjadi pendonor plasma konvalesen.
Baca Juga
"Ibaratnya orang mau menjadi sukarelawan pendonor plasma konvalesen, tetapi harus dibebani biaya tes screening jadinya males," ujar Ning, Minggu (7/2).
Dikatakannya, biaya tes screening itu justru memberatkan penyintas COVID-19. Untuk menjadi pendonor plasma konvalesen harusnya bebas biasa nya sama sekali. Padahal, plasma konvalesen sangat dibutuhkan untuk menyembuhkan pasien Corona.
"Sudah keluar uang, belum tentu hasil screening bisa lolos untuk melakukan proses donor plasma konvalesen. Kan kasihan," katanya.
Ning mengatakan biaya tes screening sekitar Rp150.000. Ia pun mengusulkan pada Pemkot Solo agar biaya tes screening dianggarkan ke APBD. Apalagi, saat ini ada Gerakan Nasional Donor Plasma Konvalesen.
"Kalau bisa diusulkan ya saya usulkan karena saya tidak ingin rumah sakit ada kesulitan dibebani juga biaya tes screening," katanya.
Ia menjelaskan biaya total yang dibutuhkan mulai dari proses screening hingga pengolahan plasma konvalesen mencapai Rp4 juta.
Biaya tersebut bisa dimasukkan ke komponen terapi bagi pasien COVID-19, asalkan plasma konvalesennya diambil dari PMI Solo yang sudah punya alat khusus terapi plasma konvalesen.
"Jadi ini bukannya kita membeli plasma dari PMI, tetapi mengganti pemeriksaan komponen darah dan kantongnya. Nanti yang membayar rumah sakit ke PMI, karena masuk dalam komponen terapi pasien COVID-19," jelasnya.
Dia menambahkan, pihaknya telah menginventarisasi permasalahan yang dihadapi rumah sakit saat akan melakukan terapi plasma konvalesen. Selain biaya proses screening, masalah yang dihadapi adalah sulitnya mencari pendonor.
"Kami mempunyai gagasan untuk membentuk komunitas penyintas. Jadi kalau sewaktu-waktu dibutuhkan mereka siap jadi pendonor,” katanya.
Selain itu pihaknya juga akan menghubungi sejumlah tokoh untuk memotivasi penyintas COVID-19 untuk donor plasma konvalesen. Sebab, proses donor plasma konvalesen membutuhkan waktu dua hari sebelum diambil plasma konvalesennya.
Kepala Unit Donor Darah PMI Kota Solo, dr. Kunti Dewi Saraswati menambahkan, biaya sebesar Rp4 juta tersebut merupakan standar nasional. Ia mendukung jika ada rencana DKK Solo memasukkan biaya proses screening ke APBD.
"Di Solo yang bisa melakukan donor plasma konvalesen hanya di PMI Solo," tutup dia. (Ismail/Jawa Tengah)
Baca Juga
Lebih dari 1.000 Penyintas COVID-19 di DKI Donorkan Plasma Konvalesen
Bagikan
Andika Pratama
Berita Terkait
Penanganan Penyakit Tuberculosis Bakal Contoh Pola Pandemi COVID-19
Kasus ISPA di Jakarta Naik Gara-Gara Cuaca, Warga Diminta Langsung ke Faskes Jika Ada Gejala
Ciri-Ciri dan Risiko Warga Yang Alami Long COVID
Kemenkes Temukan 1 Kasus Positif COVID dari 32 Spesimen Pemeriksa
178 Orang Positif COVID-19 di RI, Jemaah Haji Pulang Batuk Pilek Wajib Cek ke Faskes Terdekat
Semua Pasien COVID-19 di Jakarta Dinyatakan Sembuh, Tren Kasus Juga Terus Menurun Drastis
Jakarta Tetap Waspada: Mengungkap Rahasia Pengendalian COVID-19 di Ibu Kota Mei 2025
KPK Minta Tolong BRI Bantu Usut Kasus Korupsi Bansos Presiden Era COVID-19
KPK Periksa 4 Orang Terkait Korupsi Bansos Presiden Era COVID-19, Ada Staf BRI
COVID-19 Melonjak, Ini Yang Dilakukan Menkes Budi Gunadi Sadikin