Dengan Tekonologi Modern Mampu Membaca Kota Kuno di Bawah Tanah


Para ilmuwan menggunakan teknologi radar (Foto: tripadvisor)
SEKELOMPOK peneliti dari Belgia dan Inggris baru-baru ini memetakan seluruh kota kuno Falerii Novi. Kelompok ilmuwan ini Menggunakan teknologi radar yang memindai di bawah tanah. Kota ini terletak sekitar 48 km di luar Roma. Ketika gelombang elektromagnetik radar mencapai struktur bawah tanah, gelombang itu memantul kembali sebagai ukuran yang dapat digunakan untuk menghasilkan gambar 3D.
Untuk pertama kalinya, para peneliti mampu mengidentifikasi struktur baru seperti rumah mandi yang rumit dan monumen publik yang besar, yang belum pernah dilihat sebelumnya. Mereka juga dapat menentukan bagaimana kota itu diorganisasi dibandingkan dengan kota-kota Romawi lainnya.
Baca juga:
Desa Italia Ini Terendam di Bawah Air Selama Lebih Dari 25 Tahun

Falerii Novi tidak semegah Pompeii, sebuah kota kaya yang terkubur di bawah abu vulkanik pada tahun 79 Masehi. Namun memiliki fitur yang tidak biasa. Saluran airnya, misalnya, mengalir di bawah blok kota, juga di sepanjang jalan (desain yang lebih umum untuk periode waktu itu). Melansir laman T & L, para peneliti juga menemukan kuil di tepi kota, menunjukkan penggunaan tanah yang dianggap sakral.
Para peneliti mengatakan, meskipun mereka belum memahami bagaimana lanskap suci ini berfungsi, survei ini memberikan wawasan baru ke dalam berbagai konsep perencanaan. Mendasari apa yang kadang-kadang secara keliru dianggap sebagai rencana kota Romawi 'standar'. Dengan memberikan kontras dengan kota-kota yang lebih akrab seperti Pompeii. Karya ini juga menimbulkan pertanyaan penting tentang perencanaan kota-kota Romawi secara lebih umum.
Falerii Novi dibangun sekitar 241 SM. Pada abad pertama, itu adalah salah satu dari sekitar 2.000 kota di Roma kuno. Banyak dari kota-kota ini terkubur seiring waktu ketika permukaan tanah mulai naik secara signifikan. Juga tidak menutup kemungkinan sengaja dikuburkan agar orang Romawi dapat membangun permukiman baru di atasnya.
Penghuni manusia terakhir di kota itu pergi pada sekitar tahun 700 M. Penemuan dari para peneliti Belgia dan Inggris, yang diterbitkan di jurnal ilmiah Antiquity, mewakili penggunaan pertama radar penembus-tanah untuk memetakan seluruh kota di bawah tanah.
Para peneliti menentukan bahwa Falerii Novi adalah sekitar setengah ukuran Pompeii, sekitar 75 hektar. Didokumentasikan setiap satu hektar dan memakan waktu sekitar delapan jam. Membuat mereka memiliki lebih dari 28 miliar titik data di akhir survei.
Baca juga:

Meskipun tim tidak dapat menganalisis setiap titik data, tim meneliti garis besar di tenggara yang menjadi situs utama. Peta itu melukiskan gambaran kehidupan lebih dari 1.300 tahun yang lalu. Dipenuhi dengan pertunjukan teater, berbelanja, beribadah, berolahraga, dan mandi.
Sebuah monumen publik besar-besaran terletak di dekat gerbang utara, dikelilingi di tiga sisi oleh lorong tertutup dengan deretan kolom tengah. Para peneliti memperkirakan bahwa lorong itu panjangnya lebih dari 152 meter dan membuka ke jalan. Di bagian dalam monumen, sepasang struktur (masing-masing dengan ceruk sendiri) saling berhadapan. "Kami tahu tidak ada paralel langsung dengan struktur ini," tulis para peneliti.
Di sebelah tenggara adalah bangunan pasar dan pemandian umum. Keduanya adalah termasuk penemuan baru. "Sementara bangunan-bangunan ini termasuk dalam daftar yang diharapkan dari sebuah kota Romawi, beberapa di antaranya sangat canggih secara arsitektur. Memiliki tingkat kerumitan yang lebih besar daripada yang biasanya diharapkan di kota kecil," tulis para peneliti.
Sebuah kuil tepat di selatan rumah pemandian mengangkangi pinggiran kota. Di sebelah baratnya adalah kompleks perumahan. Terdiri dari dua atau tiga rumah dengan atria. Para peneliti menemukan bukti bahwa rumah-rumah telah direnovasi dari waktu ke waktu. Beberapa dinding telah dihilangkan oleh pencuri batu. Kompleks ini juga mencakup bathtub berendam, kamar berkubah dengan pemanas sentral, dan area berbentuk U yang kemungkinan besar berfungsi sebagai ruang olahraga.
Kompleks perumahan kedua, terletak di selatan di kaki lereng. Dipagari dengan lorong-lorong dekoratif. Pipa air di bawah bangunan ini terhubung ke saluran air kota. Metode survei baru ini berpotensi untuk merevolusi studi arkeologi situs perkotaan. (lgi)
Baca juga:
Bagikan
Leonard
Berita Terkait
Cara Ramah Pulau Jeju Ingatkan Wisatawan yang Bertingkah, tak ada Hukuman

PSI Tolak Rencana Pramono Buka Ragunan hingga Malam Hari, Pertanyakan Kesiapan Fasilitas

Penyegelan Pulau Reklamasi di Perairan Gili Gede Lombok Tunggu Hasil Observasi Lapangan

Serba-serbi Gunung Tambora, Pesona Jantung Konservasi Alam Khas Indonesia Timur

Korea Utara Buka Resor Pantai Baru demi Cuan di Tengah Sanksi Ketat

Tidak Perlu Ribet Isi Berbagai Aplikasi Pulang Dari Luar Negeri, Tinggal Isi ALL Indonesia

Dibekali Kemampuan Bahasa Asing, Personel Satpol PP DKI Jakarta Dikerahkan ke Kawasan Wisata dan Hiburan

Menelusuri Jakarta Premium Outlets, Ruang Belanja Baru yang Mengusung Keberlanjutan dan Inklusi

Gubernur Jabar KDM Minta Teras Cihampelas Dibongkar, ini nih Sejarah Pembangunannya

Kabar Gembira! Semua Motor Yamaha Gratis Masuk Ancol pada 4-6 Juli 2025
