Datangi Rusia dan Ukraina, Jokowi Diminta Pertahankan Posisi Netral Indonesia


Presiden Jokowi menghadiri acara KTT Ke-19 ASEAN-Korea Selatan yang diselenggarakan di Philippines International Convention Center (PICC) Manila, Filipina, Senin (13/11) sore. (setkab.go.id)
MerahPutih.com - Rencana Presiden Joko Widodo terbang ke Ukraina dan Rusia menuai harapan akan terciptanya perdamaian di kedua negara.
Nantinya, Jokowi akan menemui Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy di Kiev dan Presiden Rusia Vladimir Putin di Moskow usai mengikuti Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G7 di Jerman sebagai negara tamu.
Baca Juga:
Kunjungan Jokowi ke Rusia dan Ukraina Jadi Jembatan Perdamaian Konflik
Wakil Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI, Gilang Dhielafararez mengingatkan pemerintah agar terus mempertahankan posisi netral Indonesia.
Menurut Gilang, yang harus diutamakan dalam menghadapi konflik Rusia dan Ukraina adalah mempromosikan resolusi damai. Sehingga, Indonesia bisa menjadi solusi damai bagi kedua negara itu.
Indonesia juga harus memikirkan posisi negara-negara sahabat yang ikut terlibat dalam pertikaian Rusia-Ukraina.
"Jangan sampai niat baik kita justru akan merugikan bangsa sendiri,” ucapnya kepada wartawan yang dikutip, Jumat (24/6).
Anggota Komisi III DPR Fraksi PDIP ini berharap, pertemuan Pemerintah Indonesia dengan Rusia dan Ukraina akan membuahkan hasil positif.
Indonesia yang memiliki cita-cita mewujudkan perdamaian dunia diharapkan bisa menjembatani konflik kedua negara tersebut.
Baca Juga:
Jokowi Diminta Upayakan Gencatan Senjata dalam Lawatan ke Rusia-Ukraina
“Sebagai negara yang memiliki cita-cita luhur, kita harus terlibat aktif mewujudkan perdamaian dunia,” kata Gilang.
Gilang mengatakan, langkah diplomasi perdamaian tersebut sejalan dengan politik bebas aktif Indonesia.
“Apalagi sebagai pemegang presidensi G20 tahun ini, Indonesia punya peranan penting sebagai mediator negara-negara anggotanya, termasuk negara mitra,” tuturnya.
Gilang mengingatkan, konflik berkepanjangan Rusia dan Ukraina telah berimbas pada persoalan kemanusiaan dan krisis global yang perlu segera dicarikan jalan keluar.
Sejumlah negara bahkan mengalami krisis energi dan ekonomi akibat kebijakan Rusia buntut konfliknya dengan Ukraina.
“Perdamaian kedua negara harus tercapai karena telah mempengaruhi kondisi ekonomi dan pangan global,” sebut Gilang. (Knu)
Baca Juga:
Paspampres Latihan Beragam Skenario Penyelamatan Jokowi di Ukraina
Bagikan
Joseph Kanugrahan
Berita Terkait
Mikrofon Bocor, Xi Jinping dan Vladimir Putin Terekam Ngobrolin Transplantasi Organ dan Kehidupan Abadi

Bertemu di Beijing, Rusia dan Korut Bakal Tingkatkan Hubungan Bilateral Bikin Program Jangka Panjang

Ketemu Kim Jong-un di China, Putin Berterima Kasih karena Prajurit Korea Utara Bertempur di Ukraina

Respons Pernyataan Trump, Moskow Sebut Rusia, China, dan Korut Tidak Berkomplot Melawan Amerika Serikat

China Pamer Kekuatan Militer dalam Parade Peringatan 80 Tahun Berakhirnya Perang Dunia II

Komentari Eks Marinir Jadi Tentara Bayaran, Dubes Rusia Sebut Pihaknya tak Lakukan Rekrutmen

Eks Marinir Satria Kumbara Bukan Direkrut, Rusia Tegaskan Konsekuensi Tanggung Sendiri

Pertama Kali dalam 500 Tahun Gunung Berapi Rusia Meletus, Ahli Sebut Terkait dengan Gempa Besar

Otoritas Kamchatka Umumkan Pencabutan Peringatan Tsunami

Peringatan Tsunami Terdengar, Pekerja Pembangkit Fukushima Jepang Segera Dievakuasi
