Kunjungan Jokowi ke Rusia dan Ukraina Jadi Jembatan Perdamaian Konflik


Arsip - Presiden Rusia Vladimir Putin (kanana) dan Presiden RI Joko Widodo. (Foto: Antara)
MerahPutih.com - Rencana kunjungan kenegaraan Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke Ukraina dan Rusia pekan depan memang berbeda dari biasanya. Kali ini, Jokowi akan mengunjungi negara yang sedang mengalami konflik senjata.
Wakil Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI, Gilang Dhielafararez berharap, pertemuan Pemerintah Indonesia dengan Rusia dan Ukraina akan membuahkan hasil positif.
Baca Juga:
Jokowi Diminta Upayakan Gencatan Senjata dalam Lawatan ke Rusia-Ukraina
Indonesia yang memiliki cita-cita mewujudkan perdamaian dunia diharapkan bisa menjembatani konflik kedua negara tersebut.
“Indonesia harus menjadi jembatan perdamaian bagi Rusia dan Ukraina yang tengah berkonflik. Sebagai negara yang memiliki cita-cita luhur, kita harus terlibat aktif mewujudkan perdamaian dunia,” kata Gilang dalam keterangan tertulis, Kamis (23/6).
DPR pun, sambungnya, mendukung upaya Presiden Jokowi yang akan menemui Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky di Kiev dan Presiden Rusia Vladimir Putin di Moskow usai mengikuti Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G7 di Jerman sebagai negara tamu.
Gilang mengatakan, langkah diplomasi perdamaian tersebut sejalan dengan politik bebas aktif Indonesia.
“Apalagi sebagai pemegang presidensi G20 tahun ini, Indonesia punya peranan penting sebagai mediator negara-negara anggotanya, termasuk negara mitra,” tuturnya.
Gilang mengingatkan, konflik berkepanjangan Rusia dan Ukraina telah berimbas pada persoalan kemanusiaan dan krisis global yang perlu segera dicarikan jalan keluar.
Sejumlah negara bahkan mengalami krisis energi dan ekonomi akibat kebijakan Rusia buntut konfliknya dengan Ukraina.
“Perdamaian kedua negara harus tercapai karena telah mempengaruhi kondisi ekonomi dan pangan global,” sebut Gilang.
Baca Juga:
Lokasi Kunjungan Jokowi di Kiev Berjarak 380 Km dari Area Pertempuran
DPR mendorong agar pertemuan Presiden Jokowi dengan Presiden Rusia dan Presiden Ukraina dapat memperjuangkan gencatan senjata.
Gilang mengatakan, DPR sendiri juga terus berupaya menjembatani konflik Rusia dan Ukraina lewat diplomasi parlemen.
“Konflik Rusia dan Ukraina terus menimbulkan korban kemanusiaan, yang tidak bisa dibiarkan. Sebagai negara yang menjunjung tinggi asas kemanusiaan, Indonesia tidak bisa berdiam diri,” ungkapnya.
Meski demikian, Anggota Komisi III DPR ini mengingatkan pemerintah agar terus mempertahankan posisi netral Indonesia.
Menurut Gilang, yang harus diutamakan dalam menghadapi konflik Rusia dan Dunia adalah mempromosikan resolusi damai sehingga Indonesia bisa menjadi solusi damai bagi kedua negara itu.
“Kita juga harus memikirkan posisi negara-negara sahabat yang ikut terlibat dalam pertikaian Rusia-Ukraina. Jangan sampai niat baik kita justru akan merugikan bangsa sendiri,” ucapnya.
Sikap Indonesia dalam mewujudkan perdamaian dunia telah termaktubkan dalam Pembukaan UUD 1945. Dalam upaya menciptakan perdamaian dunia itu, Indonesia dinilai tetap harus mengedepankan langkah bijaksana.
“Sebagai bagian dari masyarakat dunia, memang sudah sebuah keharusan bagi Indonesia berperan aktif pada perdamaian dunia,” jelas Gilang. (Bob)
Baca Juga:
Peralatan Keselamatan Jokowi Selama di Kiev: Helm hingga Peluru tanpa Batas
Bagikan
Mula Akmal
Berita Terkait
Mikrofon Bocor, Xi Jinping dan Vladimir Putin Terekam Ngobrolin Transplantasi Organ dan Kehidupan Abadi

Bertemu di Beijing, Rusia dan Korut Bakal Tingkatkan Hubungan Bilateral Bikin Program Jangka Panjang

Ketemu Kim Jong-un di China, Putin Berterima Kasih karena Prajurit Korea Utara Bertempur di Ukraina

Respons Pernyataan Trump, Moskow Sebut Rusia, China, dan Korut Tidak Berkomplot Melawan Amerika Serikat

China Pamer Kekuatan Militer dalam Parade Peringatan 80 Tahun Berakhirnya Perang Dunia II

Komentari Eks Marinir Jadi Tentara Bayaran, Dubes Rusia Sebut Pihaknya tak Lakukan Rekrutmen

Eks Marinir Satria Kumbara Bukan Direkrut, Rusia Tegaskan Konsekuensi Tanggung Sendiri

Ini Yang Akan Dibahas Dalam Pertemuan Trump dan Putin di Alaska

Pertama Kali dalam 500 Tahun Gunung Berapi Rusia Meletus, Ahli Sebut Terkait dengan Gempa Besar

Otoritas Kamchatka Umumkan Pencabutan Peringatan Tsunami
