Dampak Hoaks Terhadap Psikologis Seseorang


Banyak hoaks tersebar di mana-mana. (Foto: Pixabay/memyselfaneye)
ZAMAN sekarang ini, masyarakat mudah sekali percaya terhadap suatu isu berdasarkan judul beritanya saja, tidak membaca isinya. Pada akhirnya, link-link berita tersebut dibagikan ke teman-temannya dan menimbulkan salah paham. Padahal bisa saja berita tersebut hoaks.
Menurut psikiater Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta, dr. Gina Anindyajati, Sp.KJ, terdapat setidaknya tiga faktor yang memengaruhi seseorang mudah percaya terhadap berita bohong, jika ditilik dari sisi psikologis.
“Faktor utama adalah kecenderungan untuk menyangkal apa yang sedang terjadi, sehingga individu yang bersangkutan akan percaya siapa pun yang kontra atau berlawanan dengan fakta yang ada, ujar Gina mengutip ANTARA.
Baca juga:

Lebih lanjut, faktor kedua berkaitan dengan kecenderungan psikologis untuk percaya terhadpa teori konspirasi. Dan faktor ketiga yang membuat orang mudah percaya dengan berita hoaks adalah keterikatan secara ideologis maupun politik terhadap penyebara hoaks.
“Orang cenderung semangat menyebarkan suatu berita palsu karena mereka yakin berita tersebut adalah benar. Sekitar 30 persen yakin yang mereka teruskan itu benar. Selain itu juga karena orang menganggap berita palsu tersebut memiliki bagian yang sama dengan dirinya sehingga ‘merasa perlu’ untuk menyebarkan,” jelas Gina.
Ia menambahkan bahwa orang yang menyebarkan berita palsu memiliki dorongan emosional dan bermaksud orang lain merasakan efek emosional seperti yang ia alami. Ketika disinggung soal pengecekan fakta sebelum menyebarkan sebuah informasi, Gina mengatakan bahwa orang cenderung menolak untuk melakukan pengecekan fakta karena secara kognitif, manusia itu pemalas.
“Otak manusia menghemat energi untuk tugas-tugas penting, sehingga tidak semua informasi akan di cross check untuk memastikan kesahihannya. Apalagi kalau berita palsu ini ternyata disampaikan oleh pihak yang kredibel, disebarkan secara luas, maka otak manusia secara otomatif menganggapnya ‘benar’,” ujarnya.
Gina lalu membagikan langkah yang bisa dilakukan masyarakat untuk menangkal sebaran hoaks, terutama di masa pandemi ini.
Baca juga:

Pertama, penting bagi seseorang untuk memusatkan perhatian pada apa yang dibaca, bukan sebagai sambilan atau selewatan saja. Fokus apa yang dilihat, dibaca, dan dipahami.
“Berusaha untuk sadar penuh akan aktivitas yang dikerjakan sehingga juga bisa mengambil keputusan mengenai tindakan apa yang dilakukan berikutnya,” kata Gina. Kedua adalah bersabar. Menurutnya, ketika akan menyebarkan informasi, usahakan untuk bersabar dan melakukannya perlahan, bukan dalam kondisi buru-buru.
Ketiga adalah menyatakan atau menyampaikan fakta dengan bahasa yang lugas dan sederhana. Bila ada informasi yang hendak disebarluaskan, maka gunakanlah bahasa yang mudah dimengerti dan menampilkan fakta. (and)
Baca juga:
Bagikan
Andreas Pranatalta
Berita Terkait
Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak

Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian

TNI Merasa Jadi Sasaran Hoaks dan Adu Domba, Pastikan Solid bersama Polri Jaga Stabilitas Keamanan Nasional

Bantahan TNI Terkait 5 Kabar Yang Tuduh Ada Dugaan Keterlibatan TNI Dalam Demo

DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong

Aksi Demo di Bandara Adalah Hoaks, Kapolresta Bandara Soetta: Jangan Terhasut Provokasi

Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut

Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat

Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular

[HOAKS atau FAKTA] : Prabowo Akhirnya Setuju Bupati Pati Sudewo Diberhentikan dari Jabatannya
![[HOAKS atau FAKTA] : Prabowo Akhirnya Setuju Bupati Pati Sudewo Diberhentikan dari Jabatannya](https://img.merahputih.com/media/22/38/a6/2238a682cc365a50a1d4194eea4b227a_182x135.jpg)