Dampak Hoaks Terhadap Psikologis Seseorang

Andreas PranataltaAndreas Pranatalta - Jumat, 02 Juli 2021
Dampak Hoaks Terhadap Psikologis Seseorang

Banyak hoaks tersebar di mana-mana. (Foto: Pixabay/memyselfaneye)

Ukuran:
14
Audio:

ZAMAN sekarang ini, masyarakat mudah sekali percaya terhadap suatu isu berdasarkan judul beritanya saja, tidak membaca isinya. Pada akhirnya, link-link berita tersebut dibagikan ke teman-temannya dan menimbulkan salah paham. Padahal bisa saja berita tersebut hoaks.

Menurut psikiater Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta, dr. Gina Anindyajati, Sp.KJ, terdapat setidaknya tiga faktor yang memengaruhi seseorang mudah percaya terhadap berita bohong, jika ditilik dari sisi psikologis.

“Faktor utama adalah kecenderungan untuk menyangkal apa yang sedang terjadi, sehingga individu yang bersangkutan akan percaya siapa pun yang kontra atau berlawanan dengan fakta yang ada, ujar Gina mengutip ANTARA.

Baca juga:

Yuk Intip Cara Baru Twitter Mendeteksi Hoax

Dampak Hoaks Terhadap Psikologis Seseorang
Perlu adanya verifikasi. (Foto: Unsplash/Charles Deluvio)


Lebih lanjut, faktor kedua berkaitan dengan kecenderungan psikologis untuk percaya terhadpa teori konspirasi. Dan faktor ketiga yang membuat orang mudah percaya dengan berita hoaks adalah keterikatan secara ideologis maupun politik terhadap penyebara hoaks.

“Orang cenderung semangat menyebarkan suatu berita palsu karena mereka yakin berita tersebut adalah benar. Sekitar 30 persen yakin yang mereka teruskan itu benar. Selain itu juga karena orang menganggap berita palsu tersebut memiliki bagian yang sama dengan dirinya sehingga ‘merasa perlu’ untuk menyebarkan,” jelas Gina.

Ia menambahkan bahwa orang yang menyebarkan berita palsu memiliki dorongan emosional dan bermaksud orang lain merasakan efek emosional seperti yang ia alami. Ketika disinggung soal pengecekan fakta sebelum menyebarkan sebuah informasi, Gina mengatakan bahwa orang cenderung menolak untuk melakukan pengecekan fakta karena secara kognitif, manusia itu pemalas.

“Otak manusia menghemat energi untuk tugas-tugas penting, sehingga tidak semua informasi akan di cross check untuk memastikan kesahihannya. Apalagi kalau berita palsu ini ternyata disampaikan oleh pihak yang kredibel, disebarkan secara luas, maka otak manusia secara otomatif menganggapnya ‘benar’,” ujarnya.

Gina lalu membagikan langkah yang bisa dilakukan masyarakat untuk menangkal sebaran hoaks, terutama di masa pandemi ini.

Baca juga:

Yuk Intip Cara Baru Twitter Mendeteksi Hoax

Dampak Hoaks Terhadap Psikologis Seseorang
Kebanyakan orang malas mengecek fakta. (Foto: Unsplash/Austin Distel)


Pertama, penting bagi seseorang untuk memusatkan perhatian pada apa yang dibaca, bukan sebagai sambilan atau selewatan saja. Fokus apa yang dilihat, dibaca, dan dipahami.

“Berusaha untuk sadar penuh akan aktivitas yang dikerjakan sehingga juga bisa mengambil keputusan mengenai tindakan apa yang dilakukan berikutnya,” kata Gina. Kedua adalah bersabar. Menurutnya, ketika akan menyebarkan informasi, usahakan untuk bersabar dan melakukannya perlahan, bukan dalam kondisi buru-buru.

Ketiga adalah menyatakan atau menyampaikan fakta dengan bahasa yang lugas dan sederhana. Bila ada informasi yang hendak disebarluaskan, maka gunakanlah bahasa yang mudah dimengerti dan menampilkan fakta. (and)

Baca juga:

Cara Tepat Bedakan Hoaks dan Fakta

#Psikologi #Kesehatan Mental #Penyebar Hoaks #Info Kesehatan #Kesehatan
Bagikan
Ditulis Oleh

Andreas Pranatalta

Stop rushing things and take a moment to appreciate how far you've come.

Berita Terkait

Indonesia
Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak
Pemerintah DKI melalui dinas kesehatan akan melakukan penanganan kasus campak agar tidak terus menyebar.
Dwi Astarini - Jumat, 12 September 2025
Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak
Indonesia
Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian
Langkah cepat yang diambil jajaran Dinkes DKI untuk mencegah penyakit campak salah satunya ialah melalui respons penanggulangan bernama ORI (Outbreak Response Immunization).
Dwi Astarini - Selasa, 09 September 2025
Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian
Indonesia
TNI Merasa Jadi Sasaran Hoaks dan Adu Domba, Pastikan Solid bersama Polri Jaga Stabilitas Keamanan Nasional
Menurut Kapuspen TNI, Brigjen Freddy Ardianzah, konten-konten menyesatkan itu sengaja digoreng untuk mendiskreditkan TNI sekaligus memecah belah soliditas TNI dan Polri.
Frengky Aruan - Jumat, 05 September 2025
TNI Merasa Jadi Sasaran Hoaks dan Adu Domba, Pastikan Solid bersama Polri Jaga Stabilitas Keamanan Nasional
Indonesia
Bantahan TNI Terkait 5 Kabar Yang Tuduh Ada Dugaan Keterlibatan TNI Dalam Demo
Kepala Pusat Penerangan Mabes TNI, Brigjen TNI (Mar) Freddy Ardianzah membantah informasi yang menyebutkan anggota TNI terlibat dalam aksi demonstrasi.
Alwan Ridha Ramdani - Jumat, 05 September 2025
Bantahan TNI Terkait 5 Kabar Yang Tuduh Ada Dugaan Keterlibatan TNI Dalam Demo
Indonesia
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong
Lonjakan kasus malaria yang kembali terjadi setelah daerah tersebut sempat dinyatakan eliminasi pada 2024 itu harus menjadi perhatian serius pemerintah pusat dan daerah.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong
Indonesia
Aksi Demo di Bandara Adalah Hoaks, Kapolresta Bandara Soetta: Jangan Terhasut Provokasi
Kapolresta Bandara Soetta Kombes Pol Ronald Sipayung mengimbau masyarakat untuk tidak terhasut provokasi.
Frengky Aruan - Kamis, 04 September 2025
Aksi Demo di Bandara Adalah Hoaks, Kapolresta Bandara Soetta: Jangan Terhasut Provokasi
Lifestyle
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Stres dapat bermanifestasi pada gangguan di permukaan kulit.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Dunia
Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat
Menkes AS juga menghapus program pencegahan penyakit yang krusial.
Dwi Astarini - Rabu, 03 September 2025
Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat
Lifestyle
Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular
Mereka yang membatasi makan kurang dari delapan jam sehari memiliki risiko 135 persen lebih tinggi meninggal akibat penyakit kardiovaskular.
Dwi Astarini - Selasa, 02 September 2025
Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular
Indonesia
[HOAKS atau FAKTA] : Prabowo Akhirnya Setuju Bupati Pati Sudewo Diberhentikan dari Jabatannya
Untuk diketahui, mekanisme pemberhentian bupati diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah (Pemda)
Angga Yudha Pratama - Sabtu, 30 Agustus 2025
[HOAKS atau FAKTA] : Prabowo Akhirnya Setuju Bupati Pati Sudewo Diberhentikan dari Jabatannya
Bagikan