'Covidiot', Istilah Baru untuk Orang yang Meremehkan Virus Corona
Covidiot istilah baru untuk orang yang meremehkan pandemi virus Corona (Kamil Zihnioglu/AP_Elpais)
MENANGGAPI pandemi virus Corona, beberapa negara terpaksa melakukan lockdown untuk meminimalisir penyebaran COVID-19. Namun, apakah dengan melakukan lockdown akan menjamin berkurangnya penyebaran dari COVID-19?
Sangat mungkin, untuk beberapa negara langkah ini dapat meminimalisir dari penyebaran virus yang menyerang sistem pernapasan tersebut. Tetapi langkah ini tampaknya tidak begitu efektif di Italia, Spanyol, bahkan di Indonesia.
Baca juga:
Melansir laman The Guardian, sejauh ini Italia dan Spanyol menjadi dua negara yang memiliki angka kematian tertinggi akibat virus Corona. Otoritas Roma telah mengumumkan pada Jumat, 20 Maret 2020 tercatat 5986 kasus baru yang terinfeksi virus Corona dan tercatat 627 ribu kasus kematian baru. Jika ditotalkan, saat ini di Italia terdapat 47.021 orang yang telah positif terinfeksi virus Corona dan 4032 orang meninggal dunia.
Sementara itu, di Spanyol saat ini angka kematian mencapai 1378 orang dan mengalami peningkatan tertinggi mencapai 235 orang dalam kurun waktu 24 jam. Melansir laman World Meters Info, Spanyol menjadi negara kedua di Eropa yang memiliki kasus virus Corona tertinggi, yaitu sebanyak 25,374 orang.
Melihat angka kematian dan angka kasus baru dari virus Corona ini terus meningkat, tak bisa dipungkiri bahwa mayoritas masyarakat di seluruh penjuru dunia mulai panik dengan situasi genting seperti saat ini.
Sehingga akhir-akhir ini seringkali kita melihat melalui media sosial atau melihat secara langsung orang melakukan panic buying alias belanja berlebihan seperti memborong persediaan makanan, tisu toilet dan berbagai macam kebutuhan pokok lainnya.
Baca juga:
Pandemi Corona, Mengapa 'Social Distancing' Perlu Dilakukan?
Meskipun begitu, ada pula orang yang beranggapan bahwa virus Corona ini tidak begitu menakutkan. Ketika sebagian orang melakukan social distancing, sebagian lainnya beranggapan COVID-19 bukanlah hal yang perlu dikhawatirkan. Orang yang beranggapan demikian tetap memilih untuk liburan ke negara atau kota lain, dan datang ke tempat keramaian yang berisiko menularkan virus Corona.
Melansir laman News18, The Urban Dictionary telah menemukan sebuah kata atau istilah baru untuk mengkategorikan orang yang melakukan penimbunan barang akibat panic buying dan orang yang tak acuh akan bahaya virus Corona, serta tidak mengikuti arahan untuk melakukan social distancing.
Dalam artian orang seperti ini justru akan membantu penyebaran atau penularan dari COVID-19. Orang yang dikategorikan dalam kedua hal tersebut disebut sebagai Covidiot.
Self Analysis:- Are you COVIDIOT?#CoronavirusOutbreakindia #JantaCurfewMarch22 pic.twitter.com/H5abQpuZUB
— Dr. Minakshi Chhibber Kochhar (@DrMinakshiCk) March 21, 2020
Sejak virus Corona dinyatakan sebagai pandemi, kata Covidiot seringkali digunakan oleh warganet Twitter untuk menggambarkan kategori orang yang meremehkan COVID-19 dan melakukan panic buying sehingga kata yang terdiri dari COVID-19 dan idiot ini menjadi trending. (Bel)
Baca juga:
Teladan! Ini Alasan Pemulihan Corona di Korea Selatan Berlangsung Cepat
Bagikan
Ananda Dimas Prasetya
Berita Terkait
Ribuan Warga Terkena Ispa Akibat Pembakaran Lapak Limbah Ilegal, Virus dan Bakteri Dapat Menular
Ilmuwan China Temukan Virus Corona Kelelawar Baru yang Sama dengan COVID-19, Disebut Dapat Menular ke Manusia Lewat
Kaspersky Blokir Lebih 36 Juta Ancaman Siber Lokal di Indonesia
DPRD DKI Minta Dinkes Tak Remehkan Virus HMPV, Takut seperti COVID-19
IDI: Anak-Anak di Bawah 14 Tahun Rentan Terinfeksi Virus HMPV
Kasus HMPV Masuk ke Indonesia, Menkes Imbau Tak Usah Panik
Hadapi Ancaman Virus HMPV di Indonesia, Menkes: Tetap Tenang dan Waspada
Apa Itu Virus HMPV: Gejala, Penyebaran, dan Cara Menghadapinya
HMPV Merebak dan Jadi Perhatian Serius di China, Kemenkes Bagikan Langkah Preventif
Waspada! Skema Penipuan Baru Sasar Bisnis di Media Sosial