COVID-19 Bergejala Ringan Timbulkan Masalah Kesehatan Mental Jangka Panjang


Penyintas COVID-19 gejala ringan rentan alami gangguan mental.(foto: LosAngelesTimes)
PANDEMI COVID-19 telah memperburuk krisis kesehatan mental global. Semua itu berkat kesepian, ketidakpastian, dan keuangan. Namun, penelitian terbaru menunjukan virus itu sendiri menambah peningkatan masalah kesehatan mental.
Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan di The BMJ, orang yang terinfeksi dan selamat dari COVID-19 memiliki risiko tinggi mengidap berbagai gangguan kesehatan mental hingga satu tahun setelah fase akut penyakit. Masalah kesehatan mental tersebut antara lain kecemasan dan depresi, gangguan penggunaan opioid, dan masalah tidur. Demikian dikabarkan Health, Kamis (9/3).
BACA JUGA:
“Hal yang paling mengejutkan ialah risiko gangguan mental terbukti di orang-orang yang memiliki gejala ringan,” ungkap penulis utama Ziyad Al-Aly, MD, yang juga Direktur Pusat Epidemiologi Klinis di Sistem Perawatan Kesehatan Urusan Veteran St Louis.
Studi yang dilakukan para peneliti di VA St Louis Health Care System menemukan kasus kesehatan mental harus segera ditangani lebih lanjut.
Peneliti menemukan 41 persen mantan pasien COVID-19 mengalami gangguan tidur dan depresi. Sebanyak 38 persen dari mereka yang memiliki riwayat infeksi COVID-19 mengalami stres dan gangguan penyesuaian, seperti gangguan stres pascatrauma (PTSD).
“Kebanyakan orang mulai mengalami gejala kesehatan mental dalam 90 hingga 120 hari pertama setelah infeksi awal. Dalam beberapa kasus, itu bisa terjadi delapan bulan atau hingga satu tahun setelahnya,” ujar Al-Aly.
Meski begitu, ada kabar baik bagi penyintas COVID-19. Hanya 4,4 persen hingga 5,6 persen dari peserta penelitian yang didiagnosis menderita depresi, kecemasan atau stres. Tetap saja, penelitian ini menyoroti bahwa angka itu masih signifikan.
Para peneliti lebih lanjut menemukan kasus baru, ketika pasien COVID-19 memiliki peningkatan risisko 80 persen untuk masalah gangguan kognitif seperti kabut otak dan kebingungan. COVID-19 juga membuat orang yang pernah terinfeksi lebih mungkin untuk diberi resep antidepresan dan obat kecemasan.
Oleh karena itu, penyintas dan keluarga harus meningkatkan kesadaran akan implikasi kesehatan mental jangka panjang dari infeksi virus corona. Mereka yang mengalami gangguan mental karena infeksi COVID-19 didorong mendapatkan pengobatan dini.(jul)
Bagikan
Berita Terkait
Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak

Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian

DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong

Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut

Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat

Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular

Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran

Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar

Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional

Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa
