Kesehatan

CDC Masukkan Jepang ke Daftar Risiko Tinggi untuk Dikunjungi

Dwi AstariniDwi Astarini - Rabu, 09 Februari 2022
CDC Masukkan Jepang ke Daftar Risiko Tinggi untuk Dikunjungi

CDC memasukkan Jepang ke daftar risiko tinggi untuk bepergian. (pexels-satoshi-hirayama)

Ukuran:
14
Audio:

BADAN pencegahan dan penanggulangan penyakit AS (CDC) menambahkan lebih banyak destinasi dalam daftar risiko tinggi untuk dikunjungi akibat COVID-19, Senin (7/2).

Daftar risiko tinggi untuk dikunjungi, level 4 dalam kategori CDC, kini berisikan 135 negara. Daftar itu akan terus berkembang seiring dengan penyebaran cepat varian omicron ke seluruh dunia. Pada Januari lalu, daftar level 4 ‘hanya’ berisi 80 destinasi. Dengan tambahan terbaru ini, seperti dilansir CNN Travel, daftar level 4 berjumlah paling banyak di antara semua level keamanan CDC.

BACA JUGA:

Menekuni Hobi, Kunci Jaga Kesehatan Mental saat Pandemi

Badan AS itu membagi tingkat keamanan destinasi berdasarkan jumlah kasus baru COVID-19 dalam 28 hari terakhir. Level 4 merupakan daftar destinasi dengan risiko tinggi dengan catatan 500 kasus per 100 ribu populasi dalam 28 hari terakhir. CDC menyarankan pelancong menghindari bepergian ke destinasi yang masuk level 4.

Pekan ini, CDC menambahkan dua negara kepulauan ke daftar level 4. Jepang di Asia dan Kuba di Karibia. Destinasi yang ada di level 4 tersebar di seluruh penjuru dunia. Beberapa destinasi yang baru dimasukkan ke daftar pekan ini termasuk Armenia, Republik Demokrasi Kongo, Israel, Libia, dan Oman.

Kuba
Selain Jepang, CDC juga memasukkan Kuba pekan ini. (pexels-yuting-gao)

Sejumlah destinasi favorit pelancong, seperti Australia, Kanada, Prancis, Peru, Singapura, dan Spanyol, telah lebih dahulu ada di daftar level 4 CDC. Inggris bahkan telah berada dalam daftar sejak Juli 2021.

Sementara itu, untuk daftar level 3, yang berlaku untuk destinasi dengan 100-500 kasus per 100 ribu populasi dalam 28 hari, mendapat tiga tambahan pekan ini, yaitu Bangladesh, Montserrat, dan Afrika Selatan.

Destinasi berisiko moderat dan rendah

selandia baru
Selandia Baru yang diketahui memiliki aturan ketat perjalanan ada di level moderat.(Foto: pexels-tim-grundtner)

CDC juga mencatat sejumlah destinasi memiliki risiko moderat (level 2) dengan catatan 50-99 kasus per 100 ribu populasi dalam 28 hari terakhir. Hanya ada lima negara dalam level 2 ini. Pakistan merupakan tambahan terbaru dalam daftar yang juga memasukkan Selandia Baru. ‘Negeri Kiwi’ diketahui sebagai negara yang memberlakukan aturan ketat dalam hal perjalanan wisata.

Sementara itu, negara dengan jumlah kasus kurang dari 50 per 100 ribu populasi dalam 28 hari terakhir dimasukkan CDC dalam kategori level 1, risiko rendah. Hanya ada tujuh negara di daftar risiko rendah dan tak ada penambahan untuk pekan ini. Indonesia saat ini ada dalam daftar level 1 CDC bersama dengan Tiongkok yang tengah menjadi tuan rumah Olimpiade Musim Dingin.

Daftar destinasi dengan penyebaran COVID-19 ini amat membantu para pelancong menetapkan tujuan mereka. Dr Leana Wen, seorang analis medis di CNN yang juga profesor manajemen dan kebijakan kesehatan publik di George Washington University Milken Institute School of Public Health, mengatakan laju transmisi amat penting menjadi pertimbangan saat memutuskan untuk bepergian ke suatu destinasi. Meski demikian, ia menyebut faktor lain juga perlu menjadi pertimbangan. “Laju transmisi bisa menjadi salah satu pemandu. Hal lain yang perlu dipertimbangkan yakni tindakan pencegahan apa yang diperlukan ketika sampai di tujuan. Hal yang ketiga ialah jenis kegiatan yang akan dilakukan di sana,” jelas Wen.

Ia membandingkan aktvitas mengunjungi bar tertutup yang penuh pelanggan dengan berbaring di pantai dan menjauh dari kerumunan. “Itu akan sangat jauh berbeda. Keduanya memiliki tingkat risiko yang jauh berbeda,” imbuhnya.

Dalam panduan mereka, CDC menyarankan para pelancong untuk menghindari bepergian sampai benar-benar menerima dosis lengkap vaksin. Wen pun mengamini syarat tersebut. Ia menyebut pelancong yang belum menerima dosis lengkap vaksin amat mungkin terjangkit COVID-19. “Pelancong wajib mengenakan masker berkualitas, seperti N95, KN95 atau KF94, saat berada di dalam ruang yang penuh sesak dengan orang lain yang belum diketahui status vaksinnya,” sarannya.(dwi)

#Kesehatan #COVID-19
Bagikan
Ditulis Oleh

Dwi Astarini

Love to read, enjoy writing, and so in to music.

Berita Terkait

Indonesia
Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak
Pemerintah DKI melalui dinas kesehatan akan melakukan penanganan kasus campak agar tidak terus menyebar.
Dwi Astarini - Jumat, 12 September 2025
Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak
Indonesia
Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian
Langkah cepat yang diambil jajaran Dinkes DKI untuk mencegah penyakit campak salah satunya ialah melalui respons penanggulangan bernama ORI (Outbreak Response Immunization).
Dwi Astarini - Selasa, 09 September 2025
Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian
Indonesia
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong
Lonjakan kasus malaria yang kembali terjadi setelah daerah tersebut sempat dinyatakan eliminasi pada 2024 itu harus menjadi perhatian serius pemerintah pusat dan daerah.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong
Lifestyle
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Stres dapat bermanifestasi pada gangguan di permukaan kulit.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Dunia
Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat
Menkes AS juga menghapus program pencegahan penyakit yang krusial.
Dwi Astarini - Rabu, 03 September 2025
Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat
Lifestyle
Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular
Mereka yang membatasi makan kurang dari delapan jam sehari memiliki risiko 135 persen lebih tinggi meninggal akibat penyakit kardiovaskular.
Dwi Astarini - Selasa, 02 September 2025
Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular
Indonesia
Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran
Irma mendorong BPJS Kesehatan untuk bekerja sama dengan Badan Pusat Statistik
Angga Yudha Pratama - Kamis, 28 Agustus 2025
Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran
Indonesia
Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar
Presiden Prabowo juga menargetkan membangun total 500 rumah sakit berkualitas tinggi sehingga nantinya ada satu RS di tiap kabupaten dalam periode 4 tahun ini.
Alwan Ridha Ramdani - Selasa, 26 Agustus 2025
Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar
Indonesia
Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional
Presiden Prabowo yakin RS PON Mahar Mardjono dapat menjadi Center of Excellence bagi RS-RS yang juga menjadi pusat pendidikan dan riset, terutama yang khusus berkaitan dengan otak dan saraf.
Alwan Ridha Ramdani - Selasa, 26 Agustus 2025
Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional
Indonesia
Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa
Riza Chalid, selaku pemilik manfaat PT Orbit Terminal Merak, merupakan salah satu dari delapan tersangka baru dalam kasus korupsi tata kelola minyak mentah
Angga Yudha Pratama - Jumat, 22 Agustus 2025
Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa
Bagikan