Buaya Purba Jurassic Tiru Paus untuk Mendominasi Laut


Thalattosuchian, buaya purba yang hidup di laut. (Foto: twitter @SteveBrusatte)
SAAT ini, kita tahu buaya hidup di habitat air tawar seperti sungai, danau, dan lahan basah. Walau terdapat beberapa spesies yang hidup di air asin, mereka biasanya hidup di air payau yang punya salinitas rendah di dekat pantai. Mereka tidak berkeliaran di laut.
Namun, kisah buaya purba berbeda. Dalam kelompok bernama Thalattosuchians, mereka dulu menguasai lautan dengan teror. Peneliti baru saja mengungkap bagaimana mereka melakukannya.
BACA JUGA:
Hiu Albino Bermata Satu Mirip Karakter Mike Wazowski di 'Monsters, Inc.'
Dalam hasil penelitian yang dirangkum CNN dan Yahoo News, binatang buas yang sudah punah ini diketahui dapat mencapai ukuran hingga 10 meter. Buaya ini berevolusi dari nenek moyang mereka yang hidup di darat dengan mengadaptasi anggota tubuh menjadi sirip, mengembangkan ekor fluke untuk berenang, dan merampingkan tubuh mereka. Hal itu membuat mereka tangguh, menjadi predator perenang cepat seperti paus dan lumba-lumba.

Para peneliti juga menemukan bahwa mereka telah mengadaptasi bagian dari telinga bagian dalam yang bertanggung jawab atas keseimbangan dan ekuilibrium. Rupanya, mereka secara bertahap menyesuaikan diri dengan kehidupan di lautan, 170 juta tahun yang lalu.
We found that the ears of land-living, semiaquatic, and open-ocean crocs are dramatically different. The fully aquatic (pelagic) species have thicker and stouter ears, probably because of density differences between land and water. pic.twitter.com/Wuq9ThwbKK
— Steve Brusatte (@SteveBrusatte) April 20, 2020
Untuk mencari tahu lebih dalam, para ahli paleontologi dari Universitas Edinburgh menganalisis pemindaian tomografi aksial terkomputerisasi lebih dari selusin tengkorak fosil untuk mempelajari sistem vestibular sang spesies. Sistem itu mencakup tiga kanal setengah lingkaran yang melingkar dari telinga bagian dalam yang mengontrol keseimbangan.
Selama fase semi-akuatik yang panjang, masa awal Thalattosuchia membuat langkah pertama mereka ke dalam air, saluran telinga mereka menjadi lebih gemuk dan lebih kecil. Bentuk itu membuat sistem sensorik mereka kurang sensitif dan menjadi mirip seperti paus dan lumba-lumba yang lebih cocok untuk hidup di lautan.
Berbeda dengan kehidupan di darat, hewan membutuhkan keseimbangan yang sangat peka untuk menghadapi gravitasi dan lanskap yang kompleks. "Organ sensorik seperti telinga bagian dalam menjadi kunci untuk memahami bagaimana hewan purba hidup. Kami menemukan bahwa kerabat buaya laut memiliki bentuk telinga bagian dalam yang sangat unik, mirip dengan reptil yang hidup di air dan paus saat ini," ucap Julia Schwab, pemimpin penelitian dalam sebuah pernyataan.

Para ahli mengatakan temuan mereka juga menunjukkan sistem sensorik buaya berevolusi sebagai respons terhadap lingkungan air dalam baru mereka, bukan dari diri mereka sendiri. "Buaya air purba mengembangkan telinga bagian dalam yang tidak biasa setelah memodifikasi kerangka mereka untuk menjadi perenang yang lebih baik," kata Dr Steve Brusatte, penulis senior studi tersebut.
Tidak hanya Thalattosuchia yang meniru paus atau lumba-lumba, penelitian menyebut perubahan serupa terjadi secara independen pada paus. Namun, mereka langsung berubah saat masuk ke air. Diperkirakan, setiap spesies saling meniru perubahan sesama selama periode adaptasi ini.(Lev)
BACA JUGA:
Seorang Perempuan Cetak Rekor Dunia dengan Tato Eminem Terbanyak di Tubuhnya
Bagikan
Berita Terkait
Kayak Manusia, Kucing Juga Bisa Kena Demensia

Populasi Serangga Terancam Alterasi Pola El Nino yang Dipicu Perubahan Iklim

Arkeolog Temukan Bukti Penyintas Letusan Gunung Vesuvius Kembali Tinggal di Reruntuhan Pompeii

Batu Mars Terbesar di Dunia Dilelang, Terjual Seharga Rp 86,25 Miliar

Jokowi Terkena Alergi Parah, para Ahli Sebut Perubahan Iklim Memperburuk Kondisi Ini

Kenapa Kita Suka Share dan Lihat Konten Hewan Lucu di Media Sosial? Ini Jawaban Ilmiahnya!

Strawberry Moon di Yogyakarta dan Malang! Ini Fakta Menarik di Baliknya yang Terjadi 18,6 Tahun Sekali

Bahaya Screen Time Terlalu Lama Bagi Anak, Dari Cemas hingga Agresif

Seniman Tak Mau Kalah dari Ilmuwan yang Temukan Olo, Ciptakan Warna Baru yang Disebut Yolo

Ilmuwan Klaim Temukan Warna Baru yang Disebut Olo, Dianggap Bisa Bantu Penyandang Buta Warna
