Body Shaming, Motivasi Terbesar Pemuda Negeri Aing Turunkan Berat Badan


Cibiran karena bentuk badan yang dinilai tidak sempurna, telah kerap kali didengar. (Foto: Unsplash/Diana Polekhina)
TIMBANGAN yang terletak di sudut ruangan menjadi alat yang jarang tersentuh. Bagi sebagian orang, berat badan menjadi momok yang menakutkan. Pipi gembil yang dulu terlihat lucu saat masih belia, kini tak dipandang sama. Semuanya berubah seiring dengan cibiran dan tatapan aneh dari orang sekitar.
Cibiran mengenai bentuk badan yang dinilai kurang menarik oleh masyarakat, mungkin telah menjadi makanan sehari-hari. Namun seiring bertambahnya usia, mengapa cibiran ini terdengar lebih menyakitkan?
Baca Juga:
Tak ayal, cibiran ini menjadi faktor pendukung orang dengan kelebihan berat badan untuk mengurangi asupan makanan yang dikonsumsi. Tak hanya cibiran, kancing kemeja yang dipaksa dikancingkan walaupun sudah tidak muat juga mendorong seseorang untuk mulai menurunkan berat badan. Keinginan untuk terlihat menarik dengan menggunakan pakaian terbaik masih menjadi salah satu impian yang belum tercapai.
Penolakan sering kali dirasakan orang yang memiliki bobot tubuh berlebih. Tak hanya dari lingkungan pertemanan, namun juga dari lawan jenis. “Pernah waktu aku lewat, orang itu ngatain aku najis sambil ketawa gitu,” ucap Seli yang pernah mengalami perlakukan tidak enak karena mengalami obesitas.
Bentuk tubuh yang dianggap tidak sesuai harapan membuatnya harus memendam dalam-dalam keinginan untuk menjalin hubungan. Cibiran juga terkadang datang dari orang terdekat, keluarga salah satunya. Cibiran yang berkedok nasihat sering kali diterima saat sedang menghadiri acara-acara keluarga.

Berbagai cara telah dilakukan, mulai dari meminum teh herbal hingga melakukan pengobatan tradisional akupuntur. Namun mengurangi porsi makan dan menggantinya dengan makanan berserat dinilai lebih efektif bagi Seli. Tetapi perlu diketahui, setiap tubuh manusia memiliki kebutuhan yang berbeda-beda. Oleh karena itu, setiap orang harus menyesuaikan kebutuhan tubuh dengan metode diet yang dilakukan agar lebih efektif.
Nasi yang sebelumnya merupakan sumber karbohidrat utamanya selama 18 tahun, mulai digantinya dengan kentang rebus. Dirinya juga harus mengucapkan selamat tinggal kepada snek yang biasanya tak pernah absen berada di keranjang, saat dirinya berbelanja.
Kini Seli mulai lupa bagaimana rasanya mengkonsumsi nasi. Sebab dirinya sudah tidak mengkonsumsi nasi selama tiga tahun belakangan. Tepatnya saat Seli lulus dari SMA, dirinya memutuskan untuk lebih menjaga pola makannya. Selain karena dirinya ingin memiliki penampilan baru saat pertama kali masuk ke perguruan tinggi, faktor kesehatan juga mendorongnya untuk berkomitmen hidup lebih sehat.
Baca Juga:
Tepatnya saat sedang mengikuti kegiatan ‘Live In’ yang diadakan sekolahnya, asam lambung serta asma yang diderita Seli kambuh. Saat itu, Seli langsung dilarikan ke klinik terdekat di daerah Wonosari karena kondisinya yang cukup parah. Kejadian tersebut semakin membulatkan tekad Seli untuk menerapkan pola hidup sehat.

"Masih jelas diingatanku bahwa seluruh tubuh, hingga organ pernapasan ku itu kaku. Untuk bernapas saja susah," jelas Seli. Pada saat itu dokter menjelaskan bahwa kondisi Seli disebabkan karena kolesterol tinggi yang dapat disebabkan karena berbagai hal. Namun dalam melihat berat badan Seli dan dibandingkan dengan tinggi badannya, dokter menyebutkan bahwa dirinya mengalami obesitas.
Dengan tinggi badan 158 cm dan berat badan Seli yang pada saat itu mencapai angka 71 kilogram, dirinya juga merasakan bahwa tubuhnya sudah terlalu besar. Selain baju seragam yang sudah sempit, Seli juga merasa lebih mudah merasa lelah dan napasnya cenderung pendek. Pada saat itu, kondisi badannya malah membuat Seli malas untuk bergerak sehingga membuat berat badannya sulit untuk turun.
Kini Seli telah berhasil menurunkan berat badannya sebagai 16 kilogram. Untuk menjaga berat badannya, Seli sesekali menyempatkan sedikit waktunya untuk berolahraga di tengah kesibukan perkuliahannya. Hingga saat ini Seli juga tetap konsisten untuk tidak mengkonsumsi nasi dan menggantinya dengan jenis karbohidrat lainnya. (cit)
Baca Juga:
Bayu Fajri, Pemuda Negeri Aing Tak Kehabisan Akal Walau Bisnis Kena Imbas Pandemi
Bagikan
Berita Terkait
62 Persen ASN Pemprov DKI Obesitas, Dinkes Juga Buka Data Hipertensi, Diabetes hingga Kejiwaan

50 Persen Perempuan Ikut Cek Kesehatan Gratis Alami Obesitas Sentral, Jika Tidak Ditangani Bisa Alami Stroke

Cek Kesehatan Gratis Terbanyak Temukan Warga Alami Gangguan Mata Akibat Gadget, Kedua Obesitas

China Perangi Obesitas dengan Inisiatif Diet dan Gaya Hidup Sehat

Ayah dan Ibu Ingat! Kelebihan Berat Badan Pada Bayi Berpotensi Terkena Penyakit Degeneratif

Penderita Obesitas tak Bisa Serta-Merta Melakukan Body Contouring

Ini Pilihan Yang Bisa Dilakukan Hilangkan Tumpukan Lemak dan Kulit Bergelambir

Penderita Obesitas Sangat Berisiko Alami Migrain Kronis

Sering Bisulan Bisa Jadi Pertanda Obesitas

Mengenali Tanda-tanda Obesitas pada Tubuh
