Ayah dan Ibu Ingat! Kelebihan Berat Badan Pada Bayi Berpotensi Terkena Penyakit Degeneratif


Bunda, hindari pemberian madu untuk bayi di bawah satu tahun. (Foto: Unsplash/Hui Sang)
MerahPutih.com - Makanan manis saat ini jadi pilihan orang tua untuk diberikan pada anak. Bahkan, diberikan kepada bayi, yang bisa menyebabkan obesitas.
Padahal, seringkali merupakan jenis makanan yang tidak sehat, contohnya bubur bayi instan yang bebas dijual di pasaran. Bubur tersebut memiliki kandungan yang berbeda jauh dengan Makanan Pendamping ASI (MPASI) alami yang dibuat untuk anak usia enam sampai 24 bulan.
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo menyebutkan bayi yang obesitas atau kelebihan berat badan berpotensi terkena penyakit degeneratif.
"Beberapa riset menunjukkan bahwa bayi gemuk berpotensi terserang penyakit degeneratif seperti jantung, hipertensi, diabetes di saat usianya dewasa. Jadi, yang ideal itu bentuk tubuh proporsional," kata Hasto dalam keterangannya di Jakarta, Senin (29/7).
Baca juga:
Penderita Obesitas tak Bisa Serta-Merta Melakukan Body Contouring
Ia mengingatkan, agar orang tua atau pengasuh waspada dan tetap berhati-hati jika bayi terindikasi stunting diberikan asupan terus-menerus sehingga berat badannya melebihi batas normal.
"Bayi gendut disangka sehat, hati-hati. Ketika bayi usia di bawah dua tahun (baduta) terindikasi stunting, setelah itu tubuhnya gendut karena asupan makanannya, tetap harus hati-hati," ujarnya.
Untuk menunjang kecerdasan otak dan menjaga asupan demi kesehatan tubuh bagi bayi dan remaja, makanan yang dikonsumsi tidak harus berharga mahal karena makanan yang bergizi dan kaya dapat diperoleh dengan mudah.
"Makanan yang bagus belum tentu mahal. Daging sapi mengandung lemak jenuh, sedangkan ikan tidak mengandung lemak jenuh, tetapi kandungan utamanya tinggi protein dan dibutuhkan bagi pertumbuhan. Ikan lele misalnya, jauh lebih murah dari daging sapi tapi lebih bagus (kandungan gizinya)," ucapnya.
Baca juga:
2045, Indonesia Diprediksi Masuk 10 Besar Obesitas Dunia
Hasto menegaskan agar para remaja lebih hati-hati saat membeli makanan, apalagi jajanan kegemaran banyak orang seperti cilok dan seblak yang banyak dinikmati hanya karena rasanya saja, bukan kandungan gizinya.
"Cilok bagus asalkan diisi ikan atau telur, tetapi isinya harus kelihatan agar kita yakin, kalau hanya rasanya saja, tidak terlihat isinya, itu sangat berbahaya. Makan cilok bisa ciloko (celaka) kalau tidak betul-betul tahu isinya," ucapnya.
Selain itu, salah satu makanan sehat yakni hamburger yang isinya jelas dan bergizi seperti daging, telur, dan sayur. (*)
Bagikan
Alwan Ridha Ramdani
Berita Terkait
Daftar Promo 17 Agustus 2025: Diskon Spesial Kemerdekaan dari Minuman, Makanan, hingga Fashion!

62 Persen ASN Pemprov DKI Obesitas, Dinkes Juga Buka Data Hipertensi, Diabetes hingga Kejiwaan

Ingat Ya Bunda! Beri Makan Anak Jangan Hanya Fokus Pada Nasi dan Mie

Yogurt Bisa Jadi Solusi Camilan Sehat untuk Si Kecil, Asal Rendah Gula

50 Persen Perempuan Ikut Cek Kesehatan Gratis Alami Obesitas Sentral, Jika Tidak Ditangani Bisa Alami Stroke

Survei IPO: Kinerja Presiden Prabowo Subianto Dinilai Memuaskan, Program MBG Unggul di Mata Publik

Ayam Goreng Widuran Jadi Sorotan Soal Isu Nonhalal, Kemenag Solo: Pelaku Usaha Harus Tunduk Aturan

Pemerintah Tarik 9 Produk Pangan Olahan Terdeteksi Mengandung Unsur Babi

Korban Keracunan Makanan Acara halal bihalal di Klaten Terus Bertambah, 44 Orang Masih Dirawat

Polri Ikutan Garap Makan Bergizi Gratis, Kepala BGN Minta 1.000 Dapur Umum
