Terapis Tangguh, Memiliki 3 Akun Pijat Daring demi Keluarga


Layanan pijat daring sepi pelanggan selama pandemi. (Foto: Pexels/Nadin Sh)
NANI menemukan banyak rintangan selama berprofesi sebagai terapis di layanan pijat daring. Mulai dari dibatalkannya pemesanan, diberikan rating buruk, hingga sempat dikira bisa memberikan layanan 'lain'. Namun ia tidak pernah berpikir untuk berhenti jadi terapis, karena kemampuan yang ia kuasai ialah memijat untuk mencari rizki.
Ketika pandemi melanda Indonesia, kesulitan ia makin bertambah. Terapis asal Tangerang ini mengaku bisa mendapatkan 70 pelanggan sebelum pandemi. Namun, di masa pandemi, jangankan mendapatkan satu pelanggan. Demi mencegah penularan COVID-19, akun terapis pijat daring Nani tidak diaktifkan untuk sementara oleh pengelola.
Baca Juga:
Meski tidak bisa mendapatkan pelanggan secara daring, Nani tetap tangguh dengan mencari alternatif lainnya. Beruntung ia tetap menjaga koneksi dengan pelanggan-pelanggannya, sehingga tanpa aplikasi pun ia masih bisa mendapatkan panggilan. Ia selalu siap dapat panggilan demi bisa menghidupi kelima anaknya.
Namun, di awal pandemi, pastinya banyak orang yang ragu untuk memesan jasa terapis. Bahkan pernah Nani tidak mendapatkan orderan selama dua bulan lebih. Dalam menghadapi situasi ini sang suami yang bekerja sebagai buruh bangunan membantu biaya kebutuhan rumah sehari hari. Bantuan lainnya dari sang anak sulung, yang bekerja sebagai kurir antar barang daring.

Rupanya tanpa bekerja sebagai terapis, Nani merasa keadaan ekonomi keluarganya makin menipis. Pendapatan suami dan anak sulungnya tidak cukup. Tapi ia tetap tidak kehilangan akal. Akhirnya dia mendaftarkan akun terapis di aplikasi pijat daring lainnya. Sampai-sampai, ia memiliki tiga akun terapis dari tiga apikasi pijat daring yang berbeda.
Bekerja di tiga aplikasi pijat daring memang melelahkan. Tapi, bagi Nani hal tersebut terbayar, karena tentu saja pendapatan ia kembali seperti semula, bahkan bertambah. Masa-masa tersebut sayangnya tidak berlangsung lama. Ketika Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM ) darurat diterapkan pada 3 Juli 2021, ketiga akunnya tersebut kembali tidak diaktifkan.
Baca Juga:
Mbok Jamu Gendong, Tangguh Mewariskan Ramuan Warisan Leluhur
"Yah walaupun dibuka juga orderan juga sepi mas pada takut kena Corona, paling ngandalin dari orderan pribadi yang sebelumnya udah pernah saya urut," Kata Nani kepada merahputih.com.
Sebenarnya, Nani mengaku takut memijat pelanggan di masa pandemi karena ia bisa saja terpapar COVID-19. Namun, karena sayang keluarga, ia menyampingkan rasa takut tersebut dan tetap menjalankan profesinya dengan gigih.
Selama bekerja di tengah pandemi, Nani tidak pernah abai dengan protokol kesehatan. Sebelum memijat, ia ganti baju, cuci tangan, dan cuci kaki terlebih dulu agar pelanggan percaya ia sudah steril dari virus.

Begitu pula sebaliknya, tak jarang pelanggan Nani menanyakan hal seputar protokol kesehatan kepadanya sebelum memijat seperti surat vaksin. Ada juga pelanggan yang sudah menyiapkan rapid test untuk Nani.
Kelebihan yang Nani miliki ialah aktif dalam mengikuti perkumpulan terapis di daerah Tangerang. Mulai dari pelatihan urut, bekam, sampai pelatihan refleksi menggunakan listrik. Jadi dari situlah Ibu Nani mendapatkan koneksi dan juga sertifikat untuk melakukan praktek terapisnya.
"Ada juga temen saya, padalah dia punya tempat spa gitu,tapi karena sepi pengunjung jadinya dia ikut terapis daring sama pelatihannya kaya saya," ungkap Nani. (jhn)
Baca Juga: