Blok M, dari Kota Satelit Ibu Kota ke Creative Hub Keren Masa Kini


Kawasan Blok M menjadi tempat nongkrong hype anak muda. (foto: Instagram @darisarch)
BEBERAPA waktu setelah kemerdekaan Republik Indonesia, Kota Batavia menampung jumlah populasi yang besar. Pada 1948, 1.174.252 jiwa berdiam di kota itu. Jumlah itu terlalu besar untuk ditampung. Penulis sejarah Jakarta Alwi Shahab menyebut pada periode 1945-1949, penguasa militer Belanda di Indonesia, NICA, berencana melakukan pembangunan wilayah Jakarta. “Mereka berpikir akan berdiam lama di tanah ini,” kata Alwi.
Oleh karena itu, pada 1 Juni 1948, pemerintah Kotapraja mencanangkan sebuah pengembangan kota baru. Tugas pengembangan kota baru diinisiasi dengan pembentukan sebuah yayasan yang diberi nama Centrale Stichting Wederopbouw (CSW). Yayasan itu bertugas sebagai pelaksana pembangunan kota baru di Onderdistrict Kebajoran Ilir.
BACA JUGA:
2021 Menandakan Dua Tahun HUT DKI Jakarta Tanpa Kehadiran Jakarta Fair
"Kurang dari 5 kilometer dari pinggiran kota di barat daya Batavia, di atas tanah merah di Kebajoran yang berbukit dan ditumbuhi pepohonan, sebuah kota baru untuk 100 ribu orang sedang tumbuh. Sepanjang hari, truk, traktor, dan buldoser bersenandung di jalan beraspal sementara. Di sana, mobil-mobil mengilap akan segera berpacu di atas aspal yang mulus. Gubuk-gubuk masih berdiri di antara pohon-pohon yang tersisa di beberapa tempat. Di atas tanahnya, suatu hari nanti akan dibangun gedung bank, kantor, toko, gereja, masjid, dan bioskop. Dalam waktu singkat."
Demikian gambaran optimistis yang diungkapkan Pemimpin Umum Centrale Stichting Wederopbouw (CSW) ir EWH Clason dalam artikel berjudul Aan de rand van Batavia verrijst een nieuwe stad - Te Kebajoran zullen 100.000 mensen in landelijke omgeving wonen di koran Het Parool terbitan 24 September 1949.
Puluhan tahun kemudian, istilah CSW begitu melekat di telinga warga Ibu Kota. Terutama bagi para penumpang bus kota dan angkutan umum rute Blok M.

Nama CSW merujuk pada perempatan jalan di antara Gedung Kejaksaan Agung, Kantor ASEAN, Kantor PLN Kebayoran, dan Peruri. Di masa kini, perempatan itu menghubungkan Jalan Kiai Maja, Jalan Sisingamangaraja, Jalan Trunojoyo, dan Jalan Panglima Polim.
Di perempatan itulah dahulu kantor CSW di bawah kendali Clason berdiri. Di sanalah dulu pusat kesibukan pembangunan kota satelit Batavia, Kebajoran, berputar. Saat Belanda hengkang dari Indonesia pada Desember 1949, megaproyek itu dilanjutkan pemerintah Republik Indonesia dengan menunjuk pengembang baru. Pada 1949, setelah pengakuan kedaulatan Indonesia, CSW dialihkan ke pengembang baru, yakni Pembangunan Chusus Kebajoran (PCK).
Salah satu wilayah selatan yang diincar pemerintah Kotapraja untuk pengembangan ialah Onderdistrict Kebajoran Ilir. Jarak tempuh wilayah itu dari pusat kota hanya 4,5 kilometer. Di kawasan seluas sekitar 730 hektare itu direncanakan dibangun 80.000 unit rumah berikut fasilitas sosial dan jalan raya. Perencanaan itu juga mencakup gedung perkantoran, pasar dan pertokoan, kawasan industri serta sarana ibadah dan sekolah.
Dengan pertimbangan kebutuhan permukiman yang mendesak karena Jakarta memerlukan banyak fasilitas publik sebagai pusat pemerintahan Indonesia, pembangunan wilayah baru dilaksanakan pada tahun itu. H Moh Soesilo merancang pembangunan kawasan baru tersebut. Ia menggunakan konsep kota taman dengan ruang terbuka hijau sebagai ruang milik publik mendapat perhatian khusus. Lokasi yang dipilih ialah daerah dekat Setasiun Kebayoran di sisi timur Kali Grogol.
Pada awalnya, Kebayoran Baru dibagi menurut blok (Blok A sampai Blok S), sesuai dengan tipe peruntukan dan ukuran perumahan yang dibuat. Meski telah berganti nama menjadi kelurahan, blok-blok itu lebih dikenal daripada nama kelurahan di daerah tersebut.
Menurut sejarawan Alwi Shahab, pembangunan di wilayah yang kini dikenal dengan nama Kebayoran Baru dan Blok M merupakan awal mula Jakarta menyediakan fasilitas perkotaan yang terencana dan terpadu. Kebayoran kemudian menjadi wilayah yang tumbuh dan berkembang dengan sangat pesat.

Di era 80-an, 90-an bahkan hingga 2000- an, kawasan Blok M menjadi tempat nongkrong yang hype bagi anak muda. Daerah ini merupakan sebuah kompleks pertokoan yang dibuat bersama-sama dengan kawasan perumahan menengah ke atas.
Dalam perjalanannya, Blok M dan kawasan sekitarnya yang sempat menjadi primadona surga belanja dan tempat nongkrong anak muda era 80-an. Di masa itu, rasanya belum gaul, kalau belum pernah nongkrong di Blok M, khususnya di Aldiron, Melawai atau Mahakam.
Di era jayanya, Blok M jadi tempat kongko anak muda metropolitan. Tak sekadar berkumpul, mereka berkegiatan seru di kawasan pertokoan nan serbalengkap di masa itu. Komunitas Break dance, sepatu roda, bermain musik, hingga penggila trash metal, grind core, dan punk semua menumpuk jadi satu di kawasan ini. Sebagai sebuah kawasan yang mewakili anak muda pada masa itu, Blok M kerap dijadikan latar berbagai film populer, seperti Olga Sepatu Roda, Lupus, Catatan Si Boy hingga yang terbaru ialah Filosofi Kopi karya Angga Sasongko yang diadaptasi dari novel Dewi Lestari.

Namun, di era 2000-an tren itu perlahan meredup. Kawasan gaul itu tidak lagi seksi. Blok M dan kawasan sekitarnya sepi dari pengunjung. Titik terendah Blok M ditandai dengan penutupan sejumlah toko besar pada 2017.
Barulah pada 2019 sebuah ruang baru muncul dan sukses menghidupkan kembali atmosfer anak muda di kawasan Blok M. Dengan mengubah eks-perumahan Peruri menjadi ruang kreatif dan tempat kongko kekinian, M Bloc Space sukses mengembalikan gairah tongkrongan di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Kawasan Blok M kini menjadi area teduh yang diramaikan jejeran kafe. Seiring perkembangan creative hub di kawasan itu, Blok M kembali menjadi pusat kumpul bagi anak muda Ibu Kota.
Creative hub menjadi mangkuk lebur bagi pegiat muda di industri kreatif. Ruang yang dibuat di bekas rumah dinas Perum Peruri itu menjadi rumah bagi pekerja kreatif di bidang musik, seni, dan pembuat konten. Di Blok M, mereka bisa bekreasi dan bekerja bersama dalam semangat kolaborasi.(dwi)
Bagikan
Berita Terkait
Aji Mumpung Banget ini, Seoul Tawarkan Paket Wisata dengan Kelas Tari 'KPop Demon Hunters'

Cara Ramah Pulau Jeju Ingatkan Wisatawan yang Bertingkah, tak ada Hukuman

PSI Tolak Rencana Pramono Buka Ragunan hingga Malam Hari, Pertanyakan Kesiapan Fasilitas

Penyegelan Pulau Reklamasi di Perairan Gili Gede Lombok Tunggu Hasil Observasi Lapangan

Serba-serbi Gunung Tambora, Pesona Jantung Konservasi Alam Khas Indonesia Timur

Korea Utara Buka Resor Pantai Baru demi Cuan di Tengah Sanksi Ketat

Tidak Perlu Ribet Isi Berbagai Aplikasi Pulang Dari Luar Negeri, Tinggal Isi ALL Indonesia

Dibekali Kemampuan Bahasa Asing, Personel Satpol PP DKI Jakarta Dikerahkan ke Kawasan Wisata dan Hiburan

Menelusuri Jakarta Premium Outlets, Ruang Belanja Baru yang Mengusung Keberlanjutan dan Inklusi

Gubernur Jabar KDM Minta Teras Cihampelas Dibongkar, ini nih Sejarah Pembangunannya
