BI Rate Tinggi, Inflasi Rendah Tanda Ekonomi Melambat

Uniqlo Senayan City. (Foto: Uniqlo)
MerahPutih.com - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) Desember 2024 sebesar 0,44 persen month-to-month (mtm), sehingga secara tahunan inflasi IHK 2024 menjadi 1,57 persen yoy.
Angka tersebut masih dalam kisaran target pemerintah 2,5 persen plus minus 1 persen. Sementara Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) pada 17-18 Desember 2024 memutuskan untuk tetap mempertahankan BI rate di level 6 persen.
Kepala Center of Macroeconomics and Finance Institute for Development of Economics and Finance (Indef) M Rizal Taufikurahman menyatakan, tingkat suku bunga acuan yang tinggi disertai inflasi yang rendah justru berpotensi memperlambat pertumbuhan ekonomi.
Hal tersebut karena suku bunga acuan Bank Indonesia atau BI rate yang tinggi disertai inflasi yang rendah seperti yang terjadi saat ini, masing-masing tercatat sebesar 6 persen dan 1,57 persen year-on-year (yoy) pada Desember 2024, dapat menciptakan suku bunga riil yang tinggi.
Baca juga:
Inflasi Akhir Tahun 2024 Capai 0,44 Persen, Tertinggi di Papua
"Suku bunga riil yang tinggi cenderung meningkatkan biaya pinjaman riil yang dapat menekan investasi dan konsumsi, serta memperlambat pertumbuhan ekonomi,” ucap M Rizal Taufikurahman saat dihubungi ANTARA dari Jakarta, Senin.
Ia mengatakan, BI rate yang tinggi cenderung meningkatkan suku bunga pinjaman perbankan, sehingga membatasi akses masyarakat terhadap pembiayaan yang kemudian mengurangi daya beli, konsumsi domestik, dan kemampuan berinvestasi.
Kondisi tersebut, lanjutnya, menyebabkan rendahnya tekanan permintaan dalam perekonomian di tengah masyarakat, sehingga menekan laju inflasi.
Meskipun demikian, Rizal menuturkan bahwa tingkat inflasi yang terjaga rendah dan stabil juga dapat memberikan ruang bagi Bank Indonesia untuk menyesuaikan kebijakan moneternya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Bank Indonesia pun telah menyatakan komitmennya untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan memastikan inflasi tetap dalam sasaran, sembari terus mencermati dinamika kondisi yang berkembang.
"Diproyeksikan ke depan, jika inflasi tetap terkendali, terdapat peluang bagi Bank Indonesia untuk menurunkan suku bunga acuan guna mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi,” katanya. (*)
Bagikan
Alwan Ridha Ramdani
Berita Terkait
Inflasi September Capai 0,21 Persen, Tertinggi di Deli Serdang Sebesar 6,81 persen

Inflasi Diklaim Terkendali, Rupiah Menguat

Alasan Bitcoin Jadi Solusi Investasi Menarik di Tengah Ancaman Inflasi

Biar Rakyat Senang Saat Belanja, Mendagri Perintahkan Daerah Tahan Inflasi Maksimal di 3,5 Persen

Harga Beras Berikan Kontribusi Inflasi Terbesar Kelompok Pangan Setelah Bawang Merah

Angka Kemiskinan Jakarta Year On Year Turun, Gubernur Klaim Berhasil Kendalikan Inflasi

Strategi Sukses Jakarta Kendalikan Inflasi Jadi Kunci Stabilitas Harga Pangan dan Distribusi Efisien

Dalam 20 Bulan Terakhir Harga Emas Alami Lonjakan Tertinggi di April 2025

IMF Ramalkan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Anjlok, Istana Optimis Masih akan Baik-Baik Saja

Inflasi Jakarta 2 Persen di Maret 2025, Tarif Listrik Jadi Penyumbang Terbesar
