BI Prediksi Tekanan Inflasi Pada Desember 2021 Meningkat


Pasar Tanah Abang. (Foto: Antara)
MerahPutih.com - Penjualan eceran Oktober 2021 mengalami pertumbuh, setelah kontraksi pada September 2021. Hal ini tercermin dari Indeks Penjualan Riil (IPR) Oktober 2021 meningkat 1,8 persen dari bulan sebelumnya (month-to-month/mtm) atau naik dari minus 1,5 persen (mtm) pada September 2021.
Survei Penjualan Eceran (SPE) Bank Indonesia (BI) mencatat,peningkatan tertinggi terjadi pada kelompok perlengkapan rumah tangga lainnya, kelompok suku cadang dan aksesori, serta kelompok makanan, minuman, dan tembakau.
Baca Juga:
Begini Dampak PON Bagi Ekonomi Papua Versi Bank Indonesia
"Responden menyatakan kenaikan kinerja penjualan sejalan dengan mulai meningkatnya permintaan masyarakat seiring pelonggaran kebijakan pembatasan mobilitas serta didukung kelancaran distribusi," ujar Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono di Jakarta, Selasa (9/11).
Penjualan ritel turut diperkirakan tumbuh 5,2 persen jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/oy), didorong peningkatan sejumlah kelompok seperti kelompok makanan, minuman dan tembakau serta bahan bakar kendaraan bermotor.
Erwin menuturkan, hasil SPE mengindikasikan kinerja penjualan eceran yang menurun pada September 2021, yang terutama bersumber dari kelompok suku cadang dan aksesori, perlengkapan rumah tangga lainnya dan kelompok makanan, minuman dan tembakau.

"Responden menyatakan penurunan tersebut disebabkan oleh permintaan masyarakat yang masih terbatas. Sedangkan, kelompok bahan bakar kendaraan bermotor tercatat meningkat sejalan dengan membaiknya mobilitas seiring pelonggaran kebijakan pembatasan mobilitas di berbagai wilayah," katanya.
Secara tahunan, kinerja penjualan eceran pada September 2021 terkontraksi 2,2 persen (yoy), tak jauh berbeda dari minus 2,1 persen (yoy) pada bulan sebelumnya.Dari sisi harga, responden survei memprediksikan tekanan inflasi pada Desember 2021 meningkat, tercermin dari Indeks Ekspektasi Harga Umum (IEH) Desember 2021 sebesar 128,4, lebih tinggi dari 124,8 pada November 2021.
Responden menyatakan peningkatan didorong faktor musiman (HBKN) dan kenaikan harga bahan baku. Sementara itu, IEH Maret 2022 sebesar 128,3, lebih rendah dari 138,7 pada Februari 2022, yang didukung kecukupan pasokan dan kelancaran distribusi. (Asp)
Baca Juga:
Bank Indonesia Bikin Himpunan Bisnis Pesantren
Bagikan
Asropih
Berita Terkait
Biar Rakyat Senang Saat Belanja, Mendagri Perintahkan Daerah Tahan Inflasi Maksimal di 3,5 Persen

Harga Beras Berikan Kontribusi Inflasi Terbesar Kelompok Pangan Setelah Bawang Merah

Pujian Presiden Prabowo ke Tim Ekonomi dan Menlu Sugiono di Sidang Kabinet, Senang Dengan Capaian Ekonomi

Lapangan Usaha Jasa Lainnya Alami Pertumbuhan Tertinggi, Pertumbuhan Ekonomi Kuartal 4,04 Persen

Angka Kemiskinan Jakarta Year On Year Turun, Gubernur Klaim Berhasil Kendalikan Inflasi

Strategi Sukses Jakarta Kendalikan Inflasi Jadi Kunci Stabilitas Harga Pangan dan Distribusi Efisien

Jakarta Alami Deflasi, Si Bawang Merah Jadi Biang Kerok Utama

Politikus Demokrat Minta Presiden Prabowo Contoh Program SBY Dorong Pertumbuhan Ekonomi

Dalam 20 Bulan Terakhir Harga Emas Alami Lonjakan Tertinggi di April 2025

IMF Ramalkan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Anjlok, Istana Optimis Masih akan Baik-Baik Saja
